Inilah yang ada pada diri seorang Bripda Randy. Hanya mampu menyembunyikan aib yang dibuatnya. Namun, rasa kemanusiaan diabaikan. Nurani beku, sampai melupakan peran perempuan yang hadir dalam dirinya. Jika Bripda Randy memiliki rasa kemanusiaan, aborsi tak perlu dilakukan. Gentlemen dong, harus menerima dan berani memakai akal budi yang sehat untuk menerima Novia sebagai "teman seperjalanan". Â
Rasa kemanusiaan, sebuah rasa yang bebas. Bebas dalam pengertian ini adalah merdeka. Merdeka dalam pemikiran I. Kant, filsuf dan salah satu tokoh Pencerahan pada akhir abad ke-18, mengungkapkan merdeka untuk menggunakan akal budi (Vernunt). Akal budi, salah satu bagian manusia. Bagian ini terabaikan Bripda Randy dalam realitas hidup bersama Novia. Novia "terpental" hanya karena akal budi Bripda Randy, tak digunakan secara bijaksana layaknya seorang manusia dewasa.
Selain I Kant menyebut akal budi sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari manusia, bagian lain disebutnya dengan nama "publik". "Publik" sama dengan arena. Di area publik inilah, setiap orang melihat dan membaca, apakah orang yang dewasa mampu menggunakan akal budinya. Novia, telah tiada. Ia meninggal di samping kubur ayahnya.
Viral kisah Novia, bukan karena ia meninggal, tetapi boleh dibilang, Bripda Randy tak mampu menggunakan kebebasannya untuk menerima Novia sebagai "teman seperjalanan". Meninggal Novia ialah "arena publik". Dari arena publik inilah, orang sejagad baru memahami bagaimana perjuangan hidup yang dijalankan Novia selama ini. Novia mengalami alienasi dari pacarnya, Bripda Randy dan putusasa dengan dirinya sendiri. Ia mengadu namun responsnya tak berguna. Ia memilih cara, mengaduh pada sang ayah. Selesailah!
Rasa kemanusiaan, terbenam, kini muncul ke "publik"
 Bagi I. Kant, "publik" ialah arena dimana akal budi dipertunjukkan. Dan orang-orang dapat melihat dan memahami, sejauhmana orang menggunakan akal budinya. Novia, di "publik", menggunakan akal budinya secara dewasa. Ia berjumpa dengan keluarganya, keluarga Bripda Randy, dan mungkin sahabat-sahabatnya untuk membantu dia memberi solusi. Bisa saja, orang-orang telah membantunya dengan caranya. Dan belum menemukan titik kulmunasi yang jelas.
Namun, sisi inilah yang sebenarnya "arena" kemanusiaan dipertaruhkan. Rasa kemanusiaan: keadilan, hormat, solider, peduli, dan lain-lain bukan menjadi fokus dunia sosial masa kini. Egoisme diri, hedonisme, dan fatalisme telah menggerogoti hati nurani, dan kini menjadi penguasa, yang mengikis habis rasa kemanusiaan itu. Novia, mundur diri. Ia akhirnya berpasrah dengan perjuangannya. Mengambil keputusan yang tidak dikehendaki publik. Inilah fakta, bahwa Novia tak sanggup menghadapi realitas dan rasa kecewa yang diterimanya.
Kini, publik menyoroti kisahnya. Apresiasi rasa kemanusiaan muncul ke ruang publik. Hemat saya, ini bukan hal baru. Tetapi justru keterlambatan dalam hal kesadaran. Sadar bahwa baik atau buruk, selalu datang terlambat, ketika kisah itu bermakna korban dan derita. Pada titik inilah yang sekarang dimiliki oleh "dunia viral".
Pangkalpinang, 7 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H