Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terrace X

28 Mei 2020   14:15 Diperbarui: 28 Mei 2020   14:16 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan teras kuliner "Terrace X" terlihat begitu sepi. Tidak seperti biasanya. Lampu depan, redup. Biasanya, keramaian para pengunjung dapat disaksikan dari tempat parkiran. Ada kendaraan beroda dua ada juga yang beroda empat. Makanan yang disajikan sesuai dengan keinginan pengunjung. Ada lele goreng, ayam goreng, ikan goreng, lempah ikan tenggiri, dan lain-lain. Juga berbagai jenis minuman yang sehat yang tersedia di "Terrace X". Strategis memang kehadiran rumah makan "Terrace X" di Jalan Selan, Pangkalpinang. Tepatnya di samping RS. Bhakti Wara.

Senja ini, Vonny terlihat di teras "Terrace X". Entah kenapa, ia mondar mandir kesana kemari. Sedikit-sedikit ia melongoh ke dalam gerbang pintu "Terrace X". Terlihat lesuh dan agak awut-awutan. Motornya tidak dimatikan. Lampunya dibiarin hidup. Dari kejauhan nampak wajahnya menunduk. Rambutnya dibiarkan terurai begitu saja. Ia duduk dimotornya, sambil menggenggam android, dan terdengar sura musik rock dari kejauhan. Bahkan sambil mendengar musik, ia menggeleng-gelengkan kepala, sambil mengikuti sentakan alunan musik rock yang diputarnya. Bagai musik hits yang ada di diskotik.

 Vonny sedang menunggu seseorang. Atau memang hanya singgah sebentar, mengisi waktu luang untuk menghibur diri dengan musik-musik rock, bisik Steven dalam hatinya.

Mata Steven terus menerus memperhatikan Vonny dan motornya yang lagi di teras "Terrace X". Tak lama berselang, tiba-tiba ada motor beat yang menghampiri Vonny. Mereka lalu ngobrol sebentar. Steven pun semakin menatap kedua motor itu sampai-sampai lupa mengedipkan matanya.

Jangan-jangan, mereka asyik omongi gue ini, bisiknya lagi. Tidak puas dengan apa yang dipikirkan, Steven yang tidak jauh dari simpang itu, merogokan sakunya. Diambilnya android, kemudian mencoba mencari nomor salah satu dari kedua sahabatnya itu.

Waduuuh, gawat, gak ada nomor pula, cetusnya dari kejauhan. Steven kemudian perlahan-lahan turun dari motornya dan duduk di aspal di dekat motornya itu. Sambil memutar "Kupeluk Hatimu" salah satu syair lagu NOAH. Steven mencoba mencari nomor hp Prima, teman dekatnya.

Terdengar suara Steven meminta Prima mengirim nomor hp Vonny. Tidak lama kemudian, terdengar suara "Separuh Aku" nada dering yang dipasang Vonny. Vonny melihat hpnya. Ia menunjukkan kepada temannya, tanda bahwa ada Steven yang sedang aktif. Vonny kelihatan masa bodoh saja. Tidak mau berbicara dengan Steven.

"Angkat saja, kasihan orang udah nelephon", perintah Maxi dengan nada serius. "Untuk apa?", sahut Vonny. "Biarin aja! Biar dia sampai capek nelephon", tambah Vonny.

Dari simpang "Terrace X", Steven begitu marah. "Sombong sekali kau Vonny", ungkap Steven dengan nada agak kecewa. Vonny tak peduli, ia serius mengobrol dengan Maxi. Entah apa yang dibicarakan mereka. Sementara itu, Steven begitu geram karena Vonny tidak lekas menerima telephonnya.

"Sini, saya yang angkat saja", pinta Maxi. "Untuk apa", jawab Vonny. "Iya, sebagai teman, kita tidak boleh begitu. Kita kan sahabat sejak di bangku SMA", jawab Maxi lagi. "Kita sekarang libur, jaga jarak, kerja PR dari rumah, dan jarang kita ketemu", nasihat Maxi. "Weee sok sekali kamu Maxi", balas Vonny. "Bukan sok, tapi kasihan, teman itu kan mau jumpa bersama kita", bela Maxi.

Bagaimana pun kita masih sahabat. Covid-19, tidak membuat kita bermasalah. Pandemi Covid-19 yang sedang marak ini, justru menghadirkan rindu kita. "Apa sih Pandemi itu, Maxi?" Orang-orang kok sekarang ini sedikit-sedikit sebut pandemi," tanya Vonny.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun