Mohon tunggu...
Alfonsina M. Tapotubun
Alfonsina M. Tapotubun Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FPIK Universitas Pattimura - Duta Kampus Merdeka

Menyukai dinamika... menghargai kerja cerdas

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Produk Olahan: Hilirisasi Hasil Laut untuk Masyarakat Sejahtera

11 Juni 2024   19:17 Diperbarui: 12 Juni 2024   02:58 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permen jelly anggur laut (dok.pribadi)

Penulis: Alfonsina Marthina Tapotubun (Jurusan Teknologi Hasil Perikanan FPIK Universitas Pattimura)

Ikan dalam arti luas dikelompokkan sebagai bahan pangan hasil laut yang telah diketahui sebagai sumber gizi dengan nilai biologis yang tinggi sehingga dapat diserap tubuh secara maksimal. Tren konsumsi produk hasil laut di dunia cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan meningkatnya kesadaran tentang kesehatan dan pola hidup sehat.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) merilis terjadinya kenaikan konsumsi ikan global secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Ikan memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi, protein berkualitas tinggi, dan nutrisi penting lainnya yang penting untuk kesehatan tubuh termasuk jantung, otak, sistem saraf.

Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) melaporkan angka konsumsi produk hasil laut masyarakat dunia mengalami peningkatan. Konsumsi ikan tahun 2021 mencapai 180,07 juta metrik ton atau meningkat 1,02% dibanding tahun 2018-2020 sebesar 178,3 juta metrik ton, dan diproyeksikan akan mencapai 200,6 juta metrik ton pada tahun 2030 (katabox.katadat.co.id).

Peningkatan konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani yang lebih sehat disebabkan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang protein hewani yang sehat, diikuti dengan peningkatan ekonomi dan daya beli.

Bersamaan dengan itu, terjadi pula peningkatan permintaan ikan berkelanjutan yang berasal dari perairan konservasi yang menjamin keamanan lingkungan laut dan organisme di dalamnya. Sejalan dengan itu pula, dalam hal produk olahan masyarakat cenderung juga untuk memilih produk olahan hasil laut yang sehat dan aman.

Di wilayah perairan Maluku, pencemaran limbah industri relatif lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki banyak pabrik. Realita ini merupakan peluang untuk menyediakan produk-produk olahan hasil laut yang sehat yang menjadi perhatian masyarakat dunia saat ini.

Maluku dikenal sebagai daerah penangkapan ikan yang kaya akan potensi sumber daya laut, namun belum dikenal dengan produk olahan hasil laut khasnya di luar wilayah ini. Contohnya, ikan asar Galala/Hative Kecil, ikan cakalang Banda, ikan asin Taniwel, julung kering Seram Timur, dan lain sebagainya hanya dikenal secara terbatas di Maluku.

Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya modal dan kurangnya pembinaan serta pendampingan dari pihak terkait, sehingga produk-produk yang dihasilkan belum siap untuk bersaing secara permanen dan kompetitif di pasaran yang lebih luas. Padahal produk-produk olahan ini memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan melalui peningkatan fasilitas produksi dan modifikasi performa sesuai permintaan pasar.

Laut yang luas menyimpan kekayaan sumberdaya hayati yang besar dan terdata sebagai potensi perikanan yang tinggi. Kesejahteraan masyarakat pesisir di Maluku belum terjadi secara optimal karena aspek pengolahan dan pemasaran belum sepenuhnya dioptimalkan secara efisien dan efektif.

Laut Maluku memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan berbagai jenis ikan, udang, kerang-kerangan, kepiting, teripang, rumput laut, laor dan masih banyak lagi.

Potensi lestari perikanan tangkap di Provinsi Maluku mencapai 1,64 juta ton/tahun, dengan jenis-jenis utama seperti pelagis kecil, demersal, pelagis besar, ikan karang, udang, cumi-cumi, dan lobster. Produksi beberapa komoditas unggulan seperti ikan layang, tuna, dan cakalang juga mencatat jumlah yang signifikan.

Data tersebut menegaskan kekayaan laut Maluku, yang menjadi sektor pendapatan utama daerah. Setiap daerah di Maluku mempunyai kekhasan produk hasil laut.

Walaupun demikian, rata-rata tingkat kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir yang hidup di sekitar potensi tersebut masih cukup memprihatinkan. Meskipun potensi ini besar, belum tercapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Pada kenyataannya masyarakat pesisir lebih banyak berperan sebagai penyedia bahan baku untuk daerah lain atau negara lain.

Oleh karena itu, fokus perlu bergeser dari sekadar peningkatan produksi tangkapan pada sektor hulu harus diimbangi dengan pengolahan produk dan pemasarannya pada sektor hilir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir.

Kenyataan yang terjadi bahwa selama ini kita sangat bangga memanfaatkan potensi sumber daya perikanan dan kelautan sebagai sektor utama pendapatan daerah. Namun, belum memperkaya masyarakat pesisir ini dengan kebijakan dan pengetahuan yang mendorong peningkatan kualitas hidup mereka. Kita lebih sering berperan sebagai penyedia bahan baku yang kemudian diolah oleh daerah atau negara lain, meningkatkan harga dan kesejahteraan masyarakat di tempat tersebut.

Oleh karena itu, fokus kita seharusnya tidak hanya pada satu sektor dalam perikanan dan kelautan, tetapi semua sektor tersebut harus saling mendukung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maluku.

Tingkat kemiskinan yang tinggi sebenarnya mencerminkan kondisi masyarakat pesisir dan nelayan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kekayaan laut yang selama ini kita banggakan. Saya ingin menekankan bahwa jika satu sektor diabaikan, maka sektor lainnya tidak akan berfungsi secara optimal, termasuk mencapai potensi maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai contoh, jika kita hanya fokus pada peningkatan produksi hasil tangkapan tanpa memerhatikan sektor perikanan lainnya, maka akan terjadi penurunan harga, pemasaran yang terbatas, dan pemborosan sumber daya laut. Dalam jangka panjang, hal ini akan mengurangi stok ikan.

Jika hal ini terus berlanjut, kontribusi peningkatan produksi hasil tangkapan terhadap kesejahteraan masyarakat masih harus dipertanyakan. Hal ini memperlihatkan lemahnya tanggung jawab dalam memanfaatkan potensi laut yang dianugerahkan Tuhan.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara peningkatan produksi hasil tangkapan dengan keberlanjutan sumber daya laut. Kegiatan budidaya juga perlu ditingkatkan untuk menjaga keberlanjutan potensi laut, didukung oleh manajemen pengelolaan yang tepat dan pemanfaatan berbagai peluang kekayaan laut lainnya.

Sudah saatnya industri-industri perikanan khususnya industri pengolahan hasil perikanan di tingkat rumah tangga masyarakat yang umumnya pada skala usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) dirangsang pertumbuhannya sehingga hasil tangkapan dapat diubah menjadi berbagai produk olahan yang berdaya saing. Pemanfaatan berbagai hasil laut dengan konsep hulu-hilir dilakukan dengan asumsi sebagian hasil tangkapan diolah menjadi berbagai produk olahan.

Sejalan dengan hal tersebut maka sudah saatnya pemasaran ikan dari Maluku ke luar daerah selayaknya harus didominasi oleh produk olahan. Dengan kata lain pemasaran ikan segar atau bahan baku segar mulai ditekan, sehingga Maluku akan lebih dikenal sebagai center of fish product bukan hanya sebagai penyedia ikan segar. 

Pengolahan ikan menjadi berbagai produk sangat baik diterapkan karena akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir. Produksi berbagai produk bernilai dapat memberi nilai tambah dan meningkatkan nilai jual.

Pengolahan ikan menjadi berbagai produk olahan baik melalui proses pengolahan tradisional seperti ikan asap, ikan asin, ikan kering, dendeng ikan, kecap, bekasam dan lain-lain maupun pengolahan modern seperti ikan kaleng, bakso, kaki naga, sosis dan lain-lain dapat memperpanjang umur simpan dan memperluas jangkauan pemasaran.

Melalui proses pengolahan dan pengawetan maka produk memiliki umur simpan yang lebih lama (dibanding ikan segar) sehingga membuka peluang untuk ekspansi pasar dan meningkatkan pendapatan nelayan dan masyarakat pesisir.

Pengolahan ikan memungkinkan masyarakat dapat memenuhi konsumsi protein harian yang berasal dari ikan karena tidak membutuhkan pengolahan dari ikan segar yang masih dihindari beberapa kalangan. Pengolahan ikan dapat mengurangi pemborosan dan penyia-nyiaan pangan.

Proses pascapanen dengan diversifikasi produk olahan dapat memanfaatkan sumberdaya hasil laut secara lebih efisien dan sekaligus dapat menyediakan peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat pada setiap tahapan pengolahan sehingga mengurangi tingkat pengangguran.

Posisi ikan dalam hierarki pangan secara tegas diakui dalam Undang-Undang Pangan 2012, yang menempatkan ikan sejajar dengan sumber pangan lainnya. Dalam konteks ini, pengolahan ikan menjadi produk bernilai tambah menjadi sangat strategis mengingat sifat ikan yang mudah rusak.

Pendekatan hulu-hilir dalam pengolahan ikan di Maluku bisa menjadi solusi cerdas untuk meningkatkan nilai tambah dan distribusi produk olahan ikan. Diversifikasi produk olahan juga penting untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun, untuk mencapai hal ini, regulasi pemerintah yang mendukung dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan ikan menjadi krusial.

Pengolahan sebagai konsep hilirisasi seharusnya diimplementasikan secara masif untuk kesejahteraan masyarakat nelayan dan pesisir sebagai pemilik kekayaan laut, baik di Maluku maupun di Indonesia. Untuk memperkuat komitmen dan upaya hilirisasi hasil tangkapan, sudah waktunya pemerintah merancang dan menetapkan kebijakan strategis yang melibatkan semua pelaku di sektor perikanan dari hulu hingga hilir, termasuk akademisi dan lembaga riset, pembiayaan dan investor. Berbagai permasalahan klasik yang menjadi penghambat upaya pengolahan sebagai hilirisasi hasil tangkapan haruslah menjadi perhatian yang didiskusikan secara serius untuk mendapatkan inovasi-inovasi penyelesaian yang pro masyarakat.

Konsep hilirisasi dengan pengolahan dan diversifikasi produk olahan dari hasil tangkapan di laut Maluku maupun Indonesia dengan eco-labelling memiliki prospek promosi yang tinggi. Komitmen hilirisasi dengan pengolahan dan diversifikasi produk yang masif membutuhkan perencanaan yang matang dan keberanian untuk mengimplementasikannya.

Perubahan zaman yang bergerak cepat membutuhkan tindakan cepat untuk mengembangkan produk-produk yang berdaya saing baik melalui diversifikasi produk olahan, perbaikan performa produk olahan tradisional, pengembangan produk-produk alternatif dan non konvensional, menghasilkan inovasi produk olahan baru yang dapat menciptakan permintaan baru untuk pasar perikanan dalam arti luas dan komoditi kelautan global lainnya. Diversifikasi olahan berbasis hasil laut baik ikan maupun non ikan menjadi kekayaan masa kini dan masa depan. Kesadaran ini merupakan respon cerdas memanfaatkan kekayaan laut yang tersimpan di dalam brankas raksasa yaitu laut kita.

Sudah saatnya memanfaatkan hasil laut secara cerdas dengan mengoptimalkan hilirisasi sebagai strategi bijak meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian sumberdaya hayati dengan lingkungan yang sehat sesuai tema hari laut sedunia "Mengkatalisasi Aksi untuk Laut dan Iklim Kita"

#Hilirisasi Hasil Laut untuk Masyarakat Sejahtera

#Produk Olahan: Sisi lain peringatan hari laut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun