Penulis: Alfonsina Marthina Tapotubun (Jurusan Teknologi Hasil Perikanan FPIK Universitas Pattimura)
Ikan dalam arti luas dikelompokkan sebagai bahan pangan hasil laut yang telah diketahui sebagai sumber gizi dengan nilai biologis yang tinggi sehingga dapat diserap tubuh secara maksimal. Tren konsumsi produk hasil laut di dunia cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan meningkatnya kesadaran tentang kesehatan dan pola hidup sehat.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) merilis terjadinya kenaikan konsumsi ikan global secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Ikan memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi, protein berkualitas tinggi, dan nutrisi penting lainnya yang penting untuk kesehatan tubuh termasuk jantung, otak, sistem saraf.
Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) melaporkan angka konsumsi produk hasil laut masyarakat dunia mengalami peningkatan. Konsumsi ikan tahun 2021 mencapai 180,07 juta metrik ton atau meningkat 1,02% dibanding tahun 2018-2020 sebesar 178,3 juta metrik ton, dan diproyeksikan akan mencapai 200,6 juta metrik ton pada tahun 2030 (katabox.katadat.co.id).
Peningkatan konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani yang lebih sehat disebabkan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang protein hewani yang sehat, diikuti dengan peningkatan ekonomi dan daya beli.
Bersamaan dengan itu, terjadi pula peningkatan permintaan ikan berkelanjutan yang berasal dari perairan konservasi yang menjamin keamanan lingkungan laut dan organisme di dalamnya. Sejalan dengan itu pula, dalam hal produk olahan masyarakat cenderung juga untuk memilih produk olahan hasil laut yang sehat dan aman.
Di wilayah perairan Maluku, pencemaran limbah industri relatif lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki banyak pabrik. Realita ini merupakan peluang untuk menyediakan produk-produk olahan hasil laut yang sehat yang menjadi perhatian masyarakat dunia saat ini.
Maluku dikenal sebagai daerah penangkapan ikan yang kaya akan potensi sumber daya laut, namun belum dikenal dengan produk olahan hasil laut khasnya di luar wilayah ini. Contohnya, ikan asar Galala/Hative Kecil, ikan cakalang Banda, ikan asin Taniwel, julung kering Seram Timur, dan lain sebagainya hanya dikenal secara terbatas di Maluku.
Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya modal dan kurangnya pembinaan serta pendampingan dari pihak terkait, sehingga produk-produk yang dihasilkan belum siap untuk bersaing secara permanen dan kompetitif di pasaran yang lebih luas. Padahal produk-produk olahan ini memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan melalui peningkatan fasilitas produksi dan modifikasi performa sesuai permintaan pasar.
Laut yang luas menyimpan kekayaan sumberdaya hayati yang besar dan terdata sebagai potensi perikanan yang tinggi. Kesejahteraan masyarakat pesisir di Maluku belum terjadi secara optimal karena aspek pengolahan dan pemasaran belum sepenuhnya dioptimalkan secara efisien dan efektif.