Di Maluku, pengolahan ikan masih terbatas pada metode tradisional di daerah-daerah penangkapan ikan. Beberapa produk olahan yang dihasilkan antara lain ikan cakalang asar di Kota Ambon, julung kering di Seram Bagian Timur, cakalang banda dan bekasang di Banda, puri kering di Maluku Tenggara dan Kota Tual, ikan asin di Seram Bagian Barat, ina sua di Teon Nila Serua, serta gurita, cumi kering di Maluku Barat Daya, ikan balobo kering dan terasi udang rebon dari kepulauan Aru, dan lain-lain.
Secara umum hingga saat ini produk-produk olahan tersebut di atas hanya dijual di pasar tradisional untuk konsumsi masyarakat lokal di Maluku.
Mengonsumsi ikan sangat penting untuk menjaga daya tahan tubuh dan kesehatan masyarakat, terutama dalam situasi darurat seperti pandemi COVID-19 yang pernah dialami pada tahun 2020. Â Mengonsumsi ikan juga bertujuan meningkatkan ketahanan pangan keluarga melalui peningkatan daya beli masyarakat yang berasal dari penghasilan pengolahan produk ikan.
Di sisi lain, kondisi ekstrem akibat bencana alam maupun non alam dapat terjadi sewaktu-waktu dan berdampak pada kehidupan masyarakat. Misalnya, pandemi COVID-19 yang memengaruhi semua aspek kehidupan, di mana peningkatan imun dan kesehatan tubuh menjadi sangat penting untuk menghindarinya.
Tidak diragukan lagi, konsumsi ikan dapat meningkatkan pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan masyarakat. Sejak abad ketujuh, masyarakat Jepang telah mengembangkan dan mengonsumsi produk olahan ikan berbasis surimi.
Makanan laut sangat terintegrasi dalam budaya pangan Jepang. Peningkatan kecerdasan, pertumbuhan, dan kesehatan masyarakat di Jepang dan Korea Selatan diasumsikan berasal dari budaya konsumsi seafood. Jepang adalah contoh masyarakat dengan budaya makanan yang selalu melibatkan hasil laut.
Sejalan dengan itu, kedua negara ini tercatat memiliki etos kerja yang mengagumkan dan sejumlah inovasi di berbagai bidang. Selain itu, selama pandemi COVID-19, kedua negara ini memiliki tingkat penyebaran yang relatif lambat, diduga terkait dengan kebiasaan mengonsumsi ikan bermutu dan aman.
Sejenak menoleh ke belakang: ketika WHO menetapkan wabah COVID-19 sebagai pandemi pada 1 Maret 2020, kebijakan social distancing dan physical distancing diberlakukan di berbagai belahan dunia untuk memutus rantai penyebaran virus.
Kebijakan ini mengharuskan setiap daerah untuk hidup mandiri dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dimilikinya demi mempertahankan kehidupan masyarakat. Pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi ikan guna menjaga imunitas tubuh (DetikNews: 18 Maret 2020; SuaraJogya.com: 20 Maret 2020; SuaraJogya: 28 Maret 2020; iNews: 20 April 2020).
Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam DetikNews, mengedukasi masyarakat melalui kampanye makan ikan (Gemarikan) untuk menjaga imun tubuh selama pandemi COVID-19. Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DKI Jakarta, Doni Monardo, dalam siaran berita iNews pada Jumat, 20 April 2020, juga mendorong masyarakat untuk gemar makan ikan agar terhindar dari virus corona. Kampanye ini bertujuan mencegah penyebaran COVID-19 karena mengonsumsi ikan sangat baik untuk daya tahan tubuh atau imunitas.