Geopolitik adalah konsep yang mengaitkan geografi dengan politik zaman sekarang. Meskipun berfokus pada geografi dan terlihat objektif, penggunaannya sebenarnya sangat dipengaruhi oleh cara pandang sosial. Artikel ini menggunakan metode kualitatif untuk menunjukkan bahwa konsep "Indo-Pasifik" yang tengah ramai dibicarakan saat ini sebenarnya merupakan hasil dari pandangan geopolitik yang dibuat oleh negara-negara tertentu yang memiliki kepentingan di wilayah tersebut.Â
Persaingan untuk mengontrol wilayah ini terjadi antara beberapa negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India, Australia, dan Jepang. Indonesia, sebagai bagian yang strategis di wilayah Indo-Pasifik, berusaha menciptakan konsep geopolitik yang mendorong kerjasama dan harmoni, bukan sekadar persaingan seperti yang terjadi di Asia-Pasifik. Melalui ASEAN, Indonesia berupaya mempromosikan gagasan tentang Indo-Pasifik yang terbuka, bebas, dan inklusif dalam forum-forum internasional.
Setelah Barack Obama tidak lagi menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, terjadi perubahan dalam kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinan Donald Trump dari fokus "Asia-Pasifik" menjadi "Indo-Pasifik". Kebijakan Trump ini sebenarnya merupakan pengembangan dan perubahan dari strategi "Asia-Pacific rebalancing" yang diterapkan sebelumnya.Â
Dilihat dari segi geopolitik, perubahan ini dari fokus "Asia-Pasifik" saat Obama (Glosserman, 2016) ke "Indo-Pasifik" saat Trump terjadi karena AS merasa adanya tantangan yang semakin besar dari Tiongkok.Â
AS bertekad untuk mempertahankan dominasi global dengan meningkatkan kehadiran militer di wilayah Indo-Pasifik dan meningkatkan kerjasama strategis dengan mitra-mitra kuncinya: Jepang, Australia, dan India (Saeed, 2017). Fokus AS terhadap India juga dipengaruhi oleh kenyataan bahwa India dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi pemimpin di antara negara-negara berkembang (Chen, 2018).
Indonesia menyadari dampak pentingnya pergeseran pusat perhatian ekonomi dan geopolitik global. Secara strategis, negara ini berada pada posisi yang vital dalam geopolitik global serta merupakan jalur utama perdagangan dan energi di wilayahnya.Â
Dengan menguasai empat wilayah maritim strategis seperti Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Sunda, dan Selat Ombai, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi elemen kunci dalam strategi Indo-Pasifik karena sebagai negara kepulauan, Indonesia dapat memberikan akses yang lebih luas.
Negara-negara dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik disarankan untuk bekerja sama dalam memonitor jalur pelayaran di wilayah tersebut. Hal ini terutama penting mengingat peningkatan aktivitas agresif Angkatan Laut Tiongkok dalam dekade terakhir.Â
Indonesia percaya bahwa penting untuk mengembangkan konsep Indo-Pasifik melalui ASEAN guna mempertahankan peran sentral ASEAN serta menjadikan wilayah tersebut sebagai lingkungan yang kooperatif, inklusif, terbuka, transparan, dan sesuai dengan hukum internasional. Hal ini sangat relevan bagi Indonesia dalam mempertahankan peran sentral dan relevansi ASEAN sebagai poros Indo-Pasifik.
Mateusz Ambrozek (2017) menyatakan bahwa geopolitik tak berjalan dalam hampa, melainkan dipengaruhi oleh penambahan atau pengurangan faktor-faktor yang relevan bagi negara tertentu.Â
Dengan demikian, dinamika geopolitik di suatu wilayah merupakan hasil dari konstruksi yang dilakukan oleh negara-negara di wilayah tersebut. Contohnya, dalam tulisan berjudul "The North Natuna Sea Renamed as Geopolitics of Indonesia in Natuna," Yugolastarob Komeini dkk menunjukkan bagaimana Indonesia menggunakan perubahan nama wilayah laut di sebelah utara Kepulauan Natuna sebagai langkah dalam menanggapi klaim yang dibuat oleh Tiongkok terhadap Laut Tiongkok Selatan Kawasan tersebut (Situmeang & Fadra., 2018) mencoba untuk menerapkan kembali strategi ini, yang Indonesia juga terlibat di dalamnya untuk membentuk struktur geopolitik di kawasan. Hal ini dilakukan melalui upaya membangun dan memperluas gagasan Indo-Pasifik yang sesuai dengan kebutuhan nasional, sekaligus menjunjung tinggi nilai dan norma yang telah diterapkan oleh ASEAN dalam wilayah tersebut.
Indonesia telah mengambil langkah konkret dengan memperkenalkan dan mempromosikan gagasan Indo-Pasifik dalam forum-forum multilateral melalui partisipasi dalam ASEAN. Pada East Asia Summit ke-8 di Singapura, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno, menguraikan kepada 10 negara ASEAN dan 8 negara mitra ASEAN (Tiongkok, Jepang, Australia, Korea Selatan, India, Selandia Baru, Rusia, dan Amerika Serikat) bahwa Indonesia mendorong 3 aspek penting bagi mencapai kedamaian dan kesejahteraan dalam wilayah Indo-Pasifik, yaitu kerja sama di bidang maritim, konektivitas, dan pembangunan yang berkelanjutan. Meskipun konsep Indo-Pasifik versi Indonesia telah disampaikan sebelumnya, pertemuan EAS kali ini menyoroti secara menyeluruh visi tersebut dengan penekanan pada kepentingan ASEAN, yang mendapat dukungan luas dari negara-negara yang hadir dalam EAS.
Konsep Indo-Pasifik yang diinisiasi oleh Indonesia menjadi basis kerjasama ekonomi yang sangat penting. Hal ini karena wilayah Indo-Pasifik diakui sebagai daerah dengan pertumbuhan ekonomi paling dinamis di dunia (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2018a). Salah satu langkah awal Indonesia dalam membangun geopolitik di wilayah tersebut adalah kolaborasi dengan Selandia Baru dalam menyusun Pernyataan Pemimpin KTT EAS tentang Penanggulangan Sampah Plastik di Laut yang kemudian disetujui pada KTT EAS bulan November 2018 (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2018a). Indonesia menyadari bahwa situasi geopolitik di sana membawa tantangan besar bagi perdamaian, stabilitas, lingkungan, dan kemakmuran negara-negara di wilayah tersebut. Oleh karena itu, kerjasama antar-negara menjadi keharusan untuk menghadapi tantangan tersebut. Indonesia juga memperhatikan bahwa jika fondasi Indo-Pasifik tidak ditegakkan dengan kuat, negara-negara sepanjang Samudera Hindia dan Samudera Pasifik berisiko menjadi pusat tarik-menarik di antara kekuatan global.
Oleh karena itu, Indonesia berupaya mendorong pembangunan struktur geopolitik di wilayah Indo-Pasifik dengan prinsip-prinsip seperti transparansi, keterbukaan, inklusi, kerja sama, dan menghormati hukum internasional. Hal ini penting untuk menjaga peran utama ASEAN yang telah lama mengusung nilai-nilai tersebut.Â
Dengan demikian, ASEAN memiliki potensi untuk memimpin dalam wilayah baru ini. Dalam kerangka konstruktivisme dalam geopolitik, kita menyadari bahwa cara kita memahami dunia geopolitik sangat tergantung pada definisi yang kita gunakan. Melalui pendekatan ini, Indonesia secara aktif memperkenalkan ide-ide mereka tentang Indo-Pasifik di forum-forum multilateral, karena menurut konstruktivisme, tindakan retorika ini akan membentuk kerangka geopolitik regional baru yang dipengaruhi oleh norma-norma dan konstruksi sosial.
Dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia tahun 2018, disampaikan sejumlah langkah strategis yang diambil Indonesia dalam membentuk kerangka kerja regional di wilayah Indo-Pasifik (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2018b).Â
Pertama, adalah meningkatkan kemitraan multilateralisme untuk menghormati hukum internasional (Partnership must be strengthened to prevent the mighty takes all). Kedua, mempromosikan semangat co-opetition (cooperative competition), yakni semangat bekerja sama di tengah persaingan global guna mencapai hasil optimal.Â
Ketiga, memperluas ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan bukan hanya di ASEAN tetapi juga di wilayah Indo-Pasifik secara keseluruhan, dengan Indonesia dan ASEAN berperan kunci dalam menciptakan kerangka kerja regional tersebut. Keempat, Indonesia membangun kerja sama Indo-Pasifik untuk memperkuat rasa saling percaya dan keuntungan bersama, serta memperluas kebiasaan dialog dalam kerja sama regional di Indo-Pasifik. Terakhir, Indonesia berupaya membangun Indo-Pasifik dengan pendekatan building blocks, yakni:
1. Memperkuat kerja sama antar negara-negara di sekitar wilayah Indo-Pasifik dalam bidang strategis seperti keamanan, maritim, perdagangan, dan investasi, baik secara dua negara maupun banyak negara.
2. Mendorong peningkatan kerjasama di IORA sesuai dengan kesepakatan Jakarta Concord dan Rencana Aksi 2017 -- 2021, untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru yang mendukung perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Samudra Hindia.
3. Mengaitkan kolaborasi bilateral, multilateral, dan struktur kerja sama di Samudra Hindia dengan mekanisme yang dipimpin oleh ASEAN untuk membangun koneksi yang lebih kuat.
Semua langkah yang dilakukan Indonesia untuk mengutamakan peran ASEAN dalam geopolitik Indo-Pasifik bersumber dari pentingnya nilai ASEAN dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Konstruksi Indo-Pasifik juga menjadi sarana bagi Indonesia untuk mengatasi kekurangan yang selama ini terdapat dalam ASEAN, terutama terkait perpecahan dalam menghadapi Tiongkok.Â
Dengan membangun konsep Indo-Pasifik, Indonesia berupaya untuk menyatukan ASEAN serta menggalang dukungan dari kekuatan regional lainnya guna menghadapi tantangan global, termasuk kebangkitan Tiongkok, tindakan agresifnya di kawasan, dan potensi proteksionisme di wilayah Indo-Pasifik.
Nama : AlfiyaturrohmahÂ
Nim : 231320000793Â
Prodi : bahasa inggrisÂ
Dosen Pengampu : Dr. WAHIDULLAH, S.H.I., M.H.
Matkul : kewarganegaraanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H