Mohon tunggu...
Alfiyaturohmah
Alfiyaturohmah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa sastra inggris

Bertemanlah dengan orang yang bijak, yang tidak membedakan kasta dan adat. Berdamailah juga dengan musuh karena tidak semua kawanmu berbulu lembut.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rasa

31 Oktober 2021   14:00 Diperbarui: 31 Oktober 2021   14:08 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tentang Rasa oleh Alfiyaturohmah

Pagiku sendu

Malamku terasa pilu

Diiringi derasnya hujan dan petir yang menggelegar

Aku termenung dan bersandar di balik pintu yang besar

Pesona indah yang kian hari ku dambakan

Kini tak lagi datang mengharapkan

Aku rapuh seperti belalang

Terbang kesana kesini seakan menghilang

Kini diriku tak lagi berharap 

Pada mendung yang gelap

Kini diriku tak lagi berharap

Pada rasa yang tak pernah terucap

Aku tidak pernah membenci harapan

Yang tidak pernah tau kapan datang kepastian

Aku juga tidak membenci rasa

Jika yang ku dapatkan adalah putus asa

Kini bersamamu seperti kertas buram

Bibir dan tanganpun seakan terdiam

Gemerlapnya bintang seakan menjadi hambatan

Pada jalan yang menjadi tujuan

Tak adalagi harapan

Tak adalagi impian

Tak ada juga lembaran yang tergambar

Pada indahnya goresan warna di buku bergambar

Melepaskanmu kini menjadi jalan utama

Bagi sepasang merpati nan indah disana

Walau berat pada awalnya 

Akan indah pada akhirnya

Kusudahi semua tentang rasa

Pada hati yang seakan tersiksa

Pada dasarnya kita tidak akan bersama

Dibawah indahnya bulan purnama

Lalu ku pendam semua harapan

Pada buku yang terkunci dalam diam

Tak ingin ku kembali pada keadaan

Jika akhirnya harus terlupakan

Rasa yang Tersampaikan oleh Alfiyaturohmah

Mentari pagi hangatkan suasana hati

Pada seseorang yang kini sedang ku kagumi

Ku coba tuk merangkai mimpi

Pada pohon yang tak berduri

Aku tersenyum dalam lamunan

Lalau terbang setinggi awan

Berharap mimpiku tersampaikan

Pada do'a yang ku panjatkan

Ku lihat pohon bergoyang di tepi pantai

Bukan berarti aku tidak menanti

Pada ombak yang menyapa pasir

Menunjukkan bahwa dia akan kembali

Malam ini rembulan bersinar terang

Pada jiwa dengan semangat terbakar

Ku beranjak pada penantian

Tanpa sadar cintaku terbalaskan

Sulit rasanya aku percaya

Pada diri yang terus bertanya

Apakah semua ini nyata?

Angin dengan tenangnya merasuk ke jiwa

Seolah ingin memberitahu yang sebenarnya

Ini semua memang benar adanya

Namun diriku masih belum percaya

Kini biarlah air mengalir apa adanya

Ku serahkan semua takdirku kepada-Nya

Berharap semua akan baik-baik saja

Sampai waktu halal itu tiba

Kini hari-hariku mempesona

Seperti pelangi yang penuh dengan warna

Tidak seperti hari sebelumnya

Yang hanya abu-abu saja

Waktu terasa terus berlalu

Seiring langkah dalam cerita

Kini aku tersipu malu

Pada wajah yang selalu ceria

Kini aku tak lagi cemas 

Pada badai yang akan datang

Kini aku tak lagi takut

Pada bayangan hitam yang menghadang

Aku dan kamu kini menjdi kita

Mengarungi suka maupun duka

Sejatinya kita tetap bersama

Hingga kelak menuju surga, Aaamiin

Karya Alfiyaturohmah

Sastra Inggris Universitas Pamulang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun