"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam dikampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Merantaulah, kau akan dapat pengganti dari kerabat dan kawan.
Berlelah-lelah lah, manisnya hidup terasa setelah berjuang."
Â
"Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan.
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak kan keruh menggenang."
      Â
"Singa jika tak tinggalkan sarang
Tak akan dapat mangsa.
"Anak panah jika tidak tinggalkan busur
Tak akak kena sasaran"
Â
"Jika matahari di orbitnya tidak bergerak, dan terus diam.
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang".
Â
"Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali menjadi tambang.
 Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan."
"Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni."
Merantaulah...
"Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hiduplah di negeri asing (di negeri orang)." Â (Imam Syafi'i)
Manusia memiliki fase di setiap masanya. Fase dimana ia melahirkan, dimana ia tumbuh, dimana ia bersekolah, dimana ia masuk pesantren, dimana ia kuliah, dan dimana ia menikah. Semua itu berkesinambungan seiring berjalannya waktu, seiring bertambahnya usia. Â
Santri putri, sosok lemah lembut, penuh tawadduk nan elegan. Hari-harinya dihiasi Al-Qur'an, sholat berjema'ah, kutubut turats, diba' sholawat hingga setoran hafalan.Â
Statement miring tentang santri putri seperti "kudet" karena selalu terkurung di Ma'had dan selalu dipandang sebelah mata tidak mengendorkan  semangat dalam mencari ilmu. Karena mereka punya jalan sendiri, jalan yang berbeda dengan orang kebanyakan, jalan yang selalu menjadi prinsip, yakni jalan menuju surga-Nya.
Setelah bertahun-tahun mengkaji ilmu agama, pada akhirnya akan tiba suatu saat santri putri memasuki dunia baru --dunia yang sebenarnya-. Dunia yang membuat melepas dengan berat hati Pondok Pesantren, Kyai dan Nyai. And Then, Life must go on. And this time we will go to national. Not just in ma'had.
Santri Putri yang berkuliah di luar pesantren, seringkali mendapat image buruk dari kalangan pesantren itu sendiri. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya bahwa dunia luar itu liar, dunia luar barokahnya sedikit, dunia luar banyak mudhorotnya dan santri putri yang memilih kuliah diluar adalah pencari kebebasan semu saja, tidak iffah lagi, mudah terpengaruh dunia luar.
Maka dari itu, sebagai santri putri lulusan Madrasah Aliyah sebuah pondok pesantren sudah merupakan hal wajib plus urgen ketika menghadapi dunia perkuliahan di luar untuk melakukan ulasan ulasan:
Pertama, menutupi aurat dengan syar'i. Tidak memakai celana, baju ketat. Apalagi yang menampilkan lekuk tubuh. Yups, don't be a jilboobser. Masih ingat Jilboobs kan? Suatu komunitas jilbab pemakai krudung namun pakaiannya ketat. Kuy, simak hadits dibawah ini:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian." (HR. Muslim no. 2128).
Di antara maksud dari berpakaian namun telanjang adalah menyingkap aurat, berpakaian tipis, termasuk pula berpakaian ketat yang menampakkan bentuk lekuk tubuh.
Muhammad Abduh Tuasikal, lulusan King Saud University, Riyadh pernah menulis amalkanlah ajaran Islam secara utuh, jangan separuh-separuh.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al Baqarah: 208).
Syaikh As Sa'di rahimahullah menjelaskan, "Laksanakanlah seluruh ajaran Islam, jangan tinggalkan ajaran Islam yang ada. Jangan sampai menjadikan hawa nafsu sebagai tuan yang dituruti. Artinya, jika suatu ajaran bersesuaian dengan hawa nafsu, barulah dilaksanakan dan jika tidak, maka ditinggalkan. Yang mesti dilakukan adalah hawa nafsu yang tunduk pada ajaran syari'at dan melakukan ajaran kebaikan sesuai kemampuan. Jika tidak mampu menggapai kebaikan tersebut, maka dengan niatan saja sudah bisa mendapatkan pahala kebaikan.
Syaikh Al Albani rahimahullah pernah mengatakan, "Tujuan pakaian muslimah adalah agar tidak menggoda. Tujuan ini bisa tercapai hanya dengan wanita berbusana longgar. Adapun berbusana ketat walau itu menutupi warna kulit, namun masih menampakkan bentuk lekuk tubuh seluruhnya atau sebagiannya. Sehingga hal ini pun menggoda pandangan para pria. Dan sangat jelas hal ini menimbulkan kerusakan, tanpa diragukan lagi. Yang tepat, pakaian muslimah haruslah longgar (tidak ketat)." (Jilbab Al Mar-ah Al Muslimah fil Kitab was Sunnah, hal. 131).
Nah, gimana penjelasannya? Sekarang sudah paham kan? Monggo diamalkan. Jangan ikut kebanyakan orang yang masih belum paham yah.
Kedua, menjaga pergaulan dengan lawan jenis. Tidak caper dengan teman-teman cowok. Berkomunikasi dengan sekedarnya ketika ada tugas kelompok, diskusi dan rapat-rpat formal. Memang, perasaan antara kedua insan tidak bisa dihindarkan karena sifatnya fitrah dari Allah Swt. Maka, jadilah wanita strong anti baper agar bisa mengontrol perasaan sehingga hal-hal seperti khalwat tidak terjadi, apalagi pacaran.
Dan yang terakhir adalah istiqomah ibadah dan istiqomah berdo'a. Istiqomah beribadah melanjutkan apa yang sudah dilaksanakan saat dipesantren dahulu. Sholat Berjema'ah, Sholawatan, Mengaji Al-Qur'an, dll.Â
Jangan sampai tugas kuliah menghalangi dari istiqomah beribadah, karena itu merupakan tolak ukur kita sebagai alumni pesantren apakah tetap konsisten dengan amaliyah-amaliyah pesantren.Â
Ingatlah, tidak ada orang sibuk, yang ada orang sok sibuk. Allah Swt adil memberi setiap manusia waktu 24 jam, bergantung dari kita, mau istiqomah atau tidak.Â
Istiqomah beribadah merupakan benteng pertahanan dari hura-hura dunia luar, dari maksiat-maksiat di depan mata. Sedangkan istiqomah berdoa sendiri adalah  senjata orang mukmin dan mukminah.
So, berdo'alah supaya dikuatkan iman dan senantiasa selalu berada dalam lindungan Allah Swt. Eitss.. jangan lupa berdo'a untuk keluarga Kyai, sebagai sarana penyambung antara santri dan guru.
Untuk semua santri putri, kalian tetaplah santri, gelar itu akan melekat sampai akhir hayat, karena tidak ada yang namanya mantan santri J. Jaga diri, jaga hati, dan jaga iman niscaya hidup aman. Selamat berproses.. Selamat berjuang untuk agama dan bangsa ini. Selamat menjadi mahasiswi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H