Mohon tunggu...
alfiyah dhiya ulhaq
alfiyah dhiya ulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

ALFIYAH DHIYA ULHAQ_ 22107030098_ UIN SUNAN KALIJAGA

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Mengenal Beauty Privilege, Contoh dan Bagaimana Pengaruhnya!!

7 Juni 2023   21:01 Diperbarui: 7 Juni 2023   21:05 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer, udah gak asing lagi kan istilah beauty privilege? Alias kemudahan yang didapat seseorang tanpa usaha, atau hak istimewa yang didapatkan karena dianggap lebih cantik dan menarik berdasarkan standar kecantikan masyarakat. Nah, orang-orang yang memiliki keunggulan ini diyakini bahwa  akan diberi banyak kesempatan yang tidak dimiliki orang dengan fisik standar. Nggak adil ya? Yah, kenapa sih hidup ini nggak adil? Ketimbang kamu  berusaha mati-matian agar hidupmu menjadi adil, mending kamu jalanin aja sambil lemesin. Kita bahas lebih lanjut yuk, soal mengenal  beauty privilege dan pengaruhnya. 

Berbagai penelitian dan survei ilmiah telah membuktikan bahwa penampilan sebenarnya berhubungan langsung dengan seberapa baik seseorang diterima oleh orang lain, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkup pekerjaan. Selain seksisme, rasisme, dan usia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, daya tarik fisik juga dapat menentukan. 

Terlepas dari kepribadian, keterampilan, dan bakat. Namun pemikiran seperti inilah yang dapat menimbulkan prasangka atau diskriminasi atas dasar penampilan seseorang. Nah, ini dapat terjadi dalam berbagai kondisi termasuk saat kencan, di lingkungan sosial, dan tempat kerja. Kenapa soal privilege menjadi masalah sosial yang bahkan sampai ke-blow up di media sih? 

Karena itu sekarnag jadinya ada dua sudut pandang yang punya privilege untuk ngebandingin kesuksesan mereka dengan yang gak punya privilege. Sementara yang nggak punya privilege mengutuk kegagalan mereka karena ketiadaan privilege yang dimiliki. Apalagi soal beauty privilege, Itu lebih parahnya  lagi. Karena beauty privilege itu kan soal fisik dan perempuan bisa jadi cuma sebagai objektifikasi sebatas fisiknya doang. 

Emang kamu mau dinilai berdasarkan fisik saja? Bukan berdasarkan skill dan kemampuanmu? Nggak mau kan? Makanya, kita harus ngelakuin sesuatu untuk menyikapi masalah satu ini. Sebenernya, drama kayak gini tuh gak perlu. Tetapi, kalau kemudian beauty privilege itu mengarah ke diskriminasi. Maka dari itu menurut Mipow baru kita boleh menyikapinya dengan tegas. Karena kalau sudah ada diskriminasi, itu artinya sudah ada pihak yang dirugikan, Apa aja sih contoh diskriminasi dari beauty privilege yang dicontohkan oleh Mipow. 

Contoh Diskriminasi Karena Beauty Privilege 

1. Perlakuan Istimewa di Dunia Pendidikan

Di dunia pendidikan saja, yang seharusnya kita dapat pengarahan, pelatihan dan pemahaman tentang ilmu dan banyak hal. Nah disini kita malah kadang terpaksa harus menyikapi diskriminasi akibat Beauty Privilege. Sedih kan? Contohnya nih, ada guru yang memperlakukan istimewa ke beberapa murid hanya karena mereka kelihatan lebih menarik. Hal itu juga berbahaya, karena bisa memicu terjadinya pelecehan. Makannya, supaya tidak berkelanjutan, maka kita harus kompak sama-sama memerangi ketimpangan atau diskriminasi yang terjadi. 

2. Promosi

Diskriminasi akibat beauty privilege itu bisa kita temui waktu atasan memberlakukan promosi. Lihat aja pasti  temen kantor kamu yang penampilannya lebih menarik, wajahnya lebih cantik dapat promosi.  Sementara temen kamu yang lebih kompeten malah nggak dapet. Sucks banget sih. Tapi memang begitu kenyataan yang bakal kita hadapi di dunia kerja. 

Minpow ngomong begini bukan niat mau menakut-nakuti, melainkan nyiapin kamu supaya nggak kaget dan bisa mempersiapkan diri buat berhadapan dengan ketimpangan keadilan semacam itu.  Ada gak sih cara yang bisa kita lakukan untuk menyikapi permasalahan seperti ini? Lagi-lagi, sejauh ini kita cuma bisa ngingetin atasan kita soal perbuatan yang dia lakukan. Karena belum ada hukum atau undang-undang yang mengatur soal perbuatan seperti ini.

3.  Lowongan Kerja

Terakhir contoh diskriminasi akibat beauty privilege lainnya yang sering kita lihat di iklan lowongan pekerjaan. Di dalam daftar kualifikasi, selain lulusan, jurusan dan kemampuan lainnya biasanya diselipkan kalimat  "berpenampilan menarik". Paham kan maksudnya? Itu artinya orang-orang yang penampilannya menarik punya peluang lebih besar ketimbang mereka yang kurang menarik. Kenapa hal kaya gitu penting dijadikan syarat atau standar  dalam masuk lowongan pekerjaan? Bukannya kita kerja pakai otak, kemampuan dan perilaku ya? Kenapa penampilan juga dijadikan syarat? Nah, karena itu adalah salah satu bentuk beauty privilege yang kemudian mendiskriminasi teman-teman semua. Memang, kalau penampilan kita nggak menarik, kita nggak butuh kerja? Nggak butuh makan? Uang turun dari atap, gitu? 

Bagaimana pengaruhnya?

Memang benar standar cantik atau menarik itu relatif. Tetapi, ada beberapa kesamaan yang dimiliki secara universal. Sebagian besar didasarkan pada standar kecantikan Eropa, seperti putih, tinggi, kurus, dan baru-baru ini dikenal dengan "Instagram photogenic". Jenis wajah seperti inilah yang seringkali muncul di feed Instagram, membuat semua orang berpegang pada standar kecantikan tersebut. Mereka semua contoh dari apa yang masyarakat anggap "cantik" secara universal. 

Semakin dekat dengan itu, semakin cenderung mengalami beauty privilege. Semakin terlihat menyerupai orang-orang cantik yang terdapat pada iklan, televisi, atau surat kabar lainnya. Semakin besar juga kemungkinan akan dihargai secara finansial atau dihargai oleh masyarakat. 

Menurut Andrew Pearson, seorang Hipnoterapis, "Selama bertahun-tahun kita telah melihat bahwa sekelompok orang tertentu telah dikucilkan dari budaya, dalam status rendah dan tinggi". Nyatanya dalam periklanan, film, TV, seni, fotografi, dan bahkan penulis. Ternyata orang-orang yang memiliki warna kulit gelap, lingkar pinggangnya lebar, atau wajahnya tidak simetris, ia sedang berjuang mencari pengakuan di media sosial agar dirinya bisa dijadikan seperti orang pada umumnya. .Nyatanya tidak, kini lebih sulit untuk melupakan sesuatu daripada mempelajarinya, karena kebiasaan lama sulit dihilangkan. Namun, menurut Pearson beauty privilege dapat dihilangkan dengan cara seluruh dunia mengubah persepsi tentang kecantikan dan daya tarik seseorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun