Mohon tunggu...
alfiyah dhiya ulhaq
alfiyah dhiya ulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

ALFIYAH DHIYA ULHAQ_ 22107030098_ UIN SUNAN KALIJAGA

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Mengenal Beauty Privilege, Contoh dan Bagaimana Pengaruhnya!!

7 Juni 2023   21:01 Diperbarui: 7 Juni 2023   21:05 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minpow ngomong begini bukan niat mau menakut-nakuti, melainkan nyiapin kamu supaya nggak kaget dan bisa mempersiapkan diri buat berhadapan dengan ketimpangan keadilan semacam itu.  Ada gak sih cara yang bisa kita lakukan untuk menyikapi permasalahan seperti ini? Lagi-lagi, sejauh ini kita cuma bisa ngingetin atasan kita soal perbuatan yang dia lakukan. Karena belum ada hukum atau undang-undang yang mengatur soal perbuatan seperti ini.

3.  Lowongan Kerja

Terakhir contoh diskriminasi akibat beauty privilege lainnya yang sering kita lihat di iklan lowongan pekerjaan. Di dalam daftar kualifikasi, selain lulusan, jurusan dan kemampuan lainnya biasanya diselipkan kalimat  "berpenampilan menarik". Paham kan maksudnya? Itu artinya orang-orang yang penampilannya menarik punya peluang lebih besar ketimbang mereka yang kurang menarik. Kenapa hal kaya gitu penting dijadikan syarat atau standar  dalam masuk lowongan pekerjaan? Bukannya kita kerja pakai otak, kemampuan dan perilaku ya? Kenapa penampilan juga dijadikan syarat? Nah, karena itu adalah salah satu bentuk beauty privilege yang kemudian mendiskriminasi teman-teman semua. Memang, kalau penampilan kita nggak menarik, kita nggak butuh kerja? Nggak butuh makan? Uang turun dari atap, gitu? 

Bagaimana pengaruhnya?

Memang benar standar cantik atau menarik itu relatif. Tetapi, ada beberapa kesamaan yang dimiliki secara universal. Sebagian besar didasarkan pada standar kecantikan Eropa, seperti putih, tinggi, kurus, dan baru-baru ini dikenal dengan "Instagram photogenic". Jenis wajah seperti inilah yang seringkali muncul di feed Instagram, membuat semua orang berpegang pada standar kecantikan tersebut. Mereka semua contoh dari apa yang masyarakat anggap "cantik" secara universal. 

Semakin dekat dengan itu, semakin cenderung mengalami beauty privilege. Semakin terlihat menyerupai orang-orang cantik yang terdapat pada iklan, televisi, atau surat kabar lainnya. Semakin besar juga kemungkinan akan dihargai secara finansial atau dihargai oleh masyarakat. 

Menurut Andrew Pearson, seorang Hipnoterapis, "Selama bertahun-tahun kita telah melihat bahwa sekelompok orang tertentu telah dikucilkan dari budaya, dalam status rendah dan tinggi". Nyatanya dalam periklanan, film, TV, seni, fotografi, dan bahkan penulis. Ternyata orang-orang yang memiliki warna kulit gelap, lingkar pinggangnya lebar, atau wajahnya tidak simetris, ia sedang berjuang mencari pengakuan di media sosial agar dirinya bisa dijadikan seperti orang pada umumnya. .Nyatanya tidak, kini lebih sulit untuk melupakan sesuatu daripada mempelajarinya, karena kebiasaan lama sulit dihilangkan. Namun, menurut Pearson beauty privilege dapat dihilangkan dengan cara seluruh dunia mengubah persepsi tentang kecantikan dan daya tarik seseorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun