Selain konsep kemiskinan multidimensi, untuk tujuan analisis yang sama, indikator-indikator seperti prevalensi ketidakcukupan pangan, stunting, dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) akan lebih dekat dengan kemampuan memenuhi kecukupan gizi dibandingkan dengan konsep kemiskinan pada umumnya. Indikator ini akan sejalan dengan pernyataan dari CISDI bahwa asupan protein harian rumah tangga perokok lebih rendah dibandingkan rumah tangga tanpa  perokok.
Akhir kata, jika kita sedang membahas kemiskinan absolut sebagaimana yang diukur BPS, maka konsumsi rokok tidak dapat dikatakan menyembunyikan 8,8 juta penduduk miskin.Â
Namun, hal ini bisa saja terjadi jika yang kita bahas adalah konsep kemiskinan lain, misalnya kemiskinan multidimensi. Karena konsumsi barang-barang yang (dinilai) memiliki nilai guna rendah seperti rokok akan mengurangi jumlah dana yang dapat dialokasikan untuk melakukan konsumsi pada kebutuhan lainnya yang bersifat lebih pokok. Sayangnya, untuk melihat sebanyak apa penduduk miskin yang disembunyikan konsumsi rokok dalam konsep ini, perlu dilakukan penelitian lanjutan.
Mungkin artikel ini juga dapat menjadi inspirasi bagi para pejuang skripsi yang sedang  mencari topik. Ada banyak yang bisa kita debatkan dengan data, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H