Mohon tunggu...
Alfi Rahmadi
Alfi Rahmadi Mohon Tunggu... -

Peneliti, Jurnalis, Praktisi Publik Relasi, Forensik Komunikasi. \r\n\r\nWartawan Majalah Forum Keadilan (2004-2009), dengan karir terakhir sebagai redaktur. Majalah Gontor (2002-2004). \r\n\r\nSebagai jembatan komunikasi, dapat dihubungi melalui saluran +82112964801 (mobile); +81806243609 (WhatsApp); Email: alfirahmadi09@gmail.com | alfirahmadi17@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Pengawal Lumbung Pangan

23 September 2014   12:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:51 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah, pembangunan infrastruktur irigasi, dalam penerapan Prof.Tualar, dapat mengurangi ketergantungan pada alam secara signifikan dan mengurangi tingkat kegagalan setidak-tidaknya hingga 90 persen. Ketersediaan air sawah irigasi menyebabkan produksi lebih tinggi dan lebih stabil dibandingkan padi lahan kering (padi gogo).

Di tataran daya saing pertanian, IPAT-BO yang diterapkan di sejumlah daerah turut merangsang gairah pengembangan agrobisnis pangan berbasis industri pedesaan. Terutama kualitas SDM, didukung oleh Pemda setempat dan sejumlah pengusaha produk pertanian.

Di Jawa Timur dan Jawa Tengah misalnya, telah menggerak sejumlah kelompok tani membuat koperasi dan menyempurnakan koperasi yang sudah ada. Bahkan, kesadaran akan daya saing itu telah menggerak sejumlah praktisi pertanian di dua provinsi itu melebar sayap dengan membentuk assosiasi nasional. Namanya: Jaringan Pengembangan Pertanian Organik Nasional (JPPON).

"Tahun 2011, kami dari JPPON mendampingi Prof.Tualar Simarmata sebagai Ketua Dewan Penasehat JPPON ke Istana Presiden, diundang melalui Staf Khusus Presiden untuk presentasi IPAT-BO ini," ungkap Setiawan Purnomo, praktisi pertanian sekaligus Ketua Dewan Pembina JPPON.

Nah, menjembatani tiga persoalan krusial itulah Prof.Tualar Simarmata menciptakan praktik manajemen Kedaulatan Pangan. Manajemen itu ia istilahkan dengan "ABG". Yakni mensinergiskan kelompok Akademisi-Business (pengusaha)-Government.
Pada kelompok Akademisi, Prof.Tualar mendorong para petani Indonesia menguasai teknologi pangan. Misi ini telah melekat dalam labotarium bernama Sanggar Penelitian, Latihan, dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) yang didirikan Fakultas Pertanian Unpad tahun 1980-an.

[caption id="attachment_343879" align="alignleft" width="252" caption="Prof.Tualar Simarmata bersama para TOT di SPLPP Unit Ciparay, Bandung"]

14114274031154194821
14114274031154194821
[/caption]

Terdiri dari beberapa unit, teknologi IPAT-BO dipusatkan di unit Ciparay, Bandung. Sejauh ini, sanggar unit Ciparay itu telah menerapkan sistem TOT (Training-of-Trainers). Saat teknologi IPAT-BO pertama kali diterapkan di Sumedang 2006, saat itulah para petani dididik secara langsung oleh empunya: Prof. Tualar Simarmata. "Nah, petani yang dididik itu kini telah menjadi trainer untuk melatih petani lainnya," papar Kepala SPLPP-Ciparay ini.

Para petani itu juga dibekali untuk menguasai alat dan mesin pertanian dan pengelolaan panen dan pasca panen. Bagi Prof.Tualar, hal ini merupakan keharusan untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas lahan pertanian.

Pada kelompok Business, Prof.Tualar Simarmata melalui Fakultas Pertanian Unpad mengembangkan spin-off industry dengan sejumlah pelaku industri pertanian. Inti kerjasamanya: bagaimana hasil riset pertanian menjadi industri massif di lapangan nyata.

Widagdo Gondowardoyo adalah salahsatu pengusaha yang sudah bekerjasama dengan Prof.Tualar sejak 2009. "Saya kenal Prof.Tualar dari berita di Koran Kompas 2008. Ada sejumlah penemuan teknologi pertanian. Tapi IPAT-BO yang beliau temukan itulah bagi saya yang paling pas dalam mempercepat swasembada pangan, bahkan menjadi lumbung pangan dunia," ujarnya.

CV.Bintang Asri Artauly, salahsatu mitra dalam spin-off industry tersebut. Produk perusahaan ini merupakan hasil pengembangan riset dosen pertanian Unpad yang telah terdaftar. Antara lain Bionutrisi BIO (biofertilizer), Pupuk Cair Organik (Bionutrisi), Bionutrisi Degra (decomposer), dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun