Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Waktu Maghrib", Film yang Sarat Makna

12 Februari 2023   14:09 Diperbarui: 15 Februari 2023   21:01 2938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Poster resmi film Waktu Maghrib (Dok. Rapi Films) via Kompas.com

Film ke-11 yang saya tonton di bioskop tahun 2023 ini, yaitu Waktu Maghrib. Sebuah film horror Indonesia yang berdurasi 104 menit dengan klasifikasi usia 17+.

Film Waktu Maghrib ini produksi Rapi Films, Sky Media. Kemudian diproduseri Gope T. Samtani, Sunil G. Samtani. Ditulis oleh Agasyah Karim, Khalid Khasogi, Bayu Kurnia. Dan disutradarai oleh Sidartha Tata.

Sementara para pemeran dalam film ini, yaitu Aulia Sarah (sebagai Bu Woro), Ali Fikry (Adi), Nafiza Fatia Rani (Ayu), Bima Sena (Saman), Taskya Namya (Ningsih), Andri Mashadi (Karta), Sadana Agung (Hansip), dan lain-lain.

Para pemeran dalam film ini saya rasa sangat baik, mampu menyalurkan tujuan peran dan alur cerita film terasa sangat nyata, walau memang ada aktingnya beberapa pemeran yang kurang, tapi dapat ditutupi dengan alur ceritanya yang menarik.

Dan bagi saya yang memukau aktingnya di film ini yaitu Aulia Sarah dan Ali Fikry.

Kalau Aulia Sarah di sini tidak terlalu banyak plot, hanya aktingnya saat menjadi bu guru yang galak juga bagus dan bertolak belakang saat ia menjadi Badarawuhi pada film KKN di Desa Penari.

Termasuk Ali Fikry, saya lebih suka dia berperan di sini daripada ia dulu berperan di film Kuntilanak 3 (2022) yang menurut saya perannya kurang berkesan, karena alur cerita filmnya kurang menarik.

Film Waktu Maghrib ini juga membuat saya menjadi flashback di masa kecil. Dimana dalam film ini dikisahkan mengenai anak-anak pedesaan yang masih bermain di luar rumah menjelang maghrib. Hal tersebut terasa relate dengan kehidupan masa kecil saya sebagai anak pedesaan.

Ayo mulih, ayo ndang mulih, wes kate maghrib, kate surup, ndang mulih. Gak ilok onok njobo omah, utowo metu omah pas kate maghrib.

Artinya: Ayo pulang, ayo cepat pulang, sudah mau maghrib, mau surup (pergantian sore ke malam), cepat pulang. Tidak baik ada di luar rumah, atau mau keluar rumah saat mau maghrib.

Begitulah kurang lebih orang tua saya dulu yang menegur ketika masih bermain di luar rumah saat menjelang waktu maghrib.

Ketika saya bertanya pada orangtua saya dulu waktu masih kecil, kenapa kok disuruh pulang saat menjelang maghrib?

Orangtua saya pun menjawab, ada dua alasan. Pertama, waktunya orang shalat maghrib dan kamu kelihatan orang gak shalat alias masih bermain itu apa tidak malu. Kedua, aura negatif di pergantian sore ke malam itu sedang kuat, apalagi anak-anak kecil, bahaya, takut nanti digondol wewe gombel.

Ya namanya anak kecil diberi wejangan seperti itu otomatis takut lah. Apalagi secara tidak langsung memang aura negatifnya itu terasa sekali terlebih saat saya masih kecil.

Pada film Waktu Maghrib ini lokasi yang digunakan dalam film adalah di sebuah desa yang sangat plosok dan dekat hutan. Nah, kalau di desa saya juga dekat perkebunan dan persawahan warga yang sangat luas. Kalau dinilai sih sebelas dua belas juga dengan latar tempat pada film ini.

Terlebih yang ditampilkan pada film ini sekitar tahun 2000-an awal, hal itu terlihat pada kalender di rumah salah satu pemain yang memperlihatkan bahwa kalendernya tahun 2002. Dan pada tahun itu juga hampir sama seperti di desa saya saat masih suram.

Masih suram yang saya maksud adalah Masjid atau musholla pun juga masih satu atau dua saja, zaman itu juga masih jarang yang bisa baca tulis kitab suci dan doa-doa, lampu penerangan jalan masih minim, hingga luas perkebunan dan persawahan itu lebih besar daripada jumlah dan bangunan rumah penduduk.

Sehingga saat langit gelap pun terlihat suram, karena rumah penduduk yang satu dan lainnya jaraknya berjauhan dan dibatasi masing-masing oleh perkebunan yang lebih luas daripada suatu rumah.

Dengan tampilan yang demikian, jelasnya bagi anak kecil ya menakutkan. Apalagi saat berangkat atau pulang ngaji ke musholla itu selalu menjelang dan usai maghrib, seringkali hal itu membuat anak-anak kecil seusia saya dulu berlarian karena ketakutan.

Namun semakin dewasa atau hingga saat ini, di pedesaan saya sudah jauh lebih maju. Masjid/musholla sudah banyak dibangun, kemudian sudah banyak taman pendidikan baca tulis kitab suci, penerangan lampu di jalan sudah lebih baik, dan sudah banyak dibangun perumahan yang meminimalisir jarak perkebunan (semacam hutan) antar rumah warga lebih rapat.

Jadi tidak ada lagi tuh drama anak kecil yang berlarian saat melewati perkebunan warga, karena perkebunan (semacam hutan) itu sudah berganti alias penuh dengan bangunan perumahan warga.

Namun, meskipun secara perkembangan pembangunan desa yang signifikan sekitar 20 tahun lebih terakhir, tapi hal itu tetap tidak menghilangkan budaya orang-orang desa, yaitu tetap memberikan wejangan atau menyuruh anak-anaknya untuk pulang atau tutup pintu rumahnya saat maghrib tiba.

Hal itu masih dipercaya mengenai aura negatif saat maghrib tiba itu membawa sial, jika kita ada di luar rumah saat maghrib tiba. Kecuali kita keluar rumah saat waktu maghrib menuju ke Masjid/musholla terdekat untuk shalat berjamaah. Tapi, meskipun keluar ke masjid untuk shalat berjamaah, jikalau anak kecil sebaiknya didampingi orangtua juga, karena dikhawatirkan juga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Bahkan saat kita lelah usai beraktivitas seharian dan ingin istirahat alias rebahan apalagi ketiduran saat menjelang maghrib, itu juga hukumnya gak ilok alias dilarang. Karena saat maghrib tiba, posisi kita ini harus sadar dan tidak boleh di alam bawah sadar (tidur). Hal itu dipercaya membawa efek aura negatif ke tubuh (penyakit) dan saat bangun pun akan menjadi linglung.

Pernah gak kamu ketiduran saat menjelang maghrib, kemudian kamu baru terbangun pas sudah waktu isya, atau malah tengah malam baru terbangun. Pernah ngerasa tiba-tiba menjadi linglung gak sih?

Ya, itu segelumit kisah mengenai waktu maghrib yang memang penuh dengan aura mistis. Telebih aura tersebut sangat lebih terasa jika lokasimu sedang berada di area pedasaan yang dekat perkebunan/hutan. Karena ketika maghrib tiba, tapi posisimu sedang di tengah atau pusat kota, aura negatif tersebut terpendam dengan hingar bingar malam di perkotaan, sehingga terasa biasa saja.

Sementara ketika film Waktu Maghrib ini muncul terasa sangat menarik, karena terkesan film yang relate dengan kehidupan nyata terlebih budaya orang-orang di pedesaan yang masih mempercayai aura negatif di waktu maghrib tersebut.

Dalam film memang dikisahkan anak-anak yang masih bermain dan tidak mau pulang saat waktu maghrib tiba itu akan hilang, dibawa atau dimakan oleh salah satu jin jahat yang menyerupai manusia.

Tapi kalau dalam plot ini, tidak terlalu relate dengan kehidupan di pedesaan saya ya, karena sejauh ini tidak ada yang hilang dibawa jin/hantu/wewe gombel saat waktu maghrib tiba. Hanya lebih ke arah wejangan atau peringatan bahwa saat waktu itu tidak baik di luar rumah, dan lain-lain.

Nah, dalam film diceritakan anak-anak yang dibawa jin jahat itu adalah yang masih ada di luar rumah saat menjelang atau waktu maghrib tiba. Hal itu membuat warga di pedesaan itu ketakutan karena desanya terkesan menjadi horror, dan membuat warga menjadi enggan untuk pergi ke masjid/musholla, hingga masjid/musholla sepi dari warga yang shalat berjamaah.

Dalam hal ini menjadi suatu kesan yang negatif, karena memang itu salah satu tujuan iblis yang memperdaya atau menyerang ketakutan kita untuk tidak pergi ke masjid dan shalat berjamaah. Semakin iman warga lemah, semakin iblis itu menjadi kuat di wilayah tersebut.

Film Waktu Maghrib ini saya lihat mempunyai kesempatan untuk setara dengan teror Film Pengabdi Setan. Dimana tiap plot yang ditampilkan sangat menegangkan dan tidak diberi jeda untuk sekedar ke toilet karena takut ketinggalan alur ceritanya yang menarik.

Teror mengenai anak-anak kecil yang penuh kerapuhan dibanding orang dewasa menjadi daya tarik tersendiri pada film ini. Sehingga seandainya nih film klasifikasi usianya semua umur alias anak-anak kecil bisa nonton gitu bagus kali ya, soalnya dapat mengedukasi agar waktu maghrib tiba itu mereka segera pulang dan tidak lanjut bermain karena aura negatif sedang kuat-kuatnya.

Aura negatif yang dimaksud dari awal artikel adalah saat waktu maghrib tiba, makhluk yang tak kasat mata seperti jin, iblis, setan, itu sedang keluar semua alias berkeliaran, dan energi mereka sedang kuat-kuatnya saat itu sampai waktu isya tiba.

Sehingga disarankan semua orang terutama anak-anak di rumah saja, tutup pintu jendela, dan kalaupun keluar sekedar shalat berjamaah saja ke masjid, atau kalau ada kepentingan lain ditunda sampai waktu isya saja. Termasuk tidur tidak disarankan saat maghrib, barulah setelah isya diperbolehkan tidur sampai pagi tiba.

Secara keseluruhan ini film rekomendasi dan bukan horror kaleng-kaleng. Setidaknya istirahat juga dari film horror Indonesia yang akhir-akhir ini berkisah tentang anak iblis melulu judulnya dari kemarin-kemarin. Nih film bukan tentang anak iblis, melainkan teror untuk anak-anak dan juga ada imbasnya untuk orang dewasa di waktu maghrib.

Jika dilihat dari keseluruhan lagi, ini film juga berpeluang bagus untuk dilanjutkan sequelnya yaitu Waktu Maghrib 2. Entah berapa tahun lagi, tapi pasti saya usahakan nonton untuk kelanjutan film ini yang saya rasa akan lebih menarik, karena yang sekarang saja sangat menarik.

Score dari saya untuk film ini, yaitu 8,5/10.

Review film Waktu Maghrib ini dari saya juga dapat dilihat pada video di bawah ini:


Yuk, dukung perfilman Indonesia dengan menonton film karya anak bangsa.

Salam, @Alfira_2808

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun