Menjadi penyiar radio sepertinya enak ya, tinggal cuap-cuap alias ngobrol, menyapa pendengar, muterin lagu saja dibayar. Kira-kira bayaran alias gaji penyiar radio itu berapa ya?
Oke, sebelum kita membahas berapa gaji penyiar radio, simak dulu suka dan duka menjadi penyiar radio pada link artikel di bawah ini, agar kita dapat pencerahan terlebih dahulu mengenai suka dukanya, dan dapat membandingkan kesamaan atau kesetaraan suka duka dengan gaji yang terima.
Nah, setelah kita menyimak suka dan duka menjadi penyiar radio, mari kita bahas mengenai gaji yang diterima.
Sebelumnya untuk diketahui terlebih dahulu bahwa tiap radio itu gajinya berbeda, hanya di sini yang dibahas secara standar sesuai analisis yang dilihat dari beberapa sudut.
Bagaimanapun ketika membahas gaji seseorang atau gaji dari sebuah profesi itu adalah sesuatu hal sensitif, sehingga jarang ada yang secara blak-blakan alias vulgar menyebutkan nominal ketetapan gaji individu tiap bulannya.
Begitupun dengan artikel ini tidak akan menyebutkan secara vulgar alias blak-blakan nominalnya berapa, melainkan akan menyebutkan standar atau rata-rata gaji penyiar radio dari beberapa sudut.
Pertama, kita lihat dulu radionya adalah radio apa, milik pemerintah kah, milik swasta, radio komunitas, atau malah radio abal-abal.
Untuk mencari tahu perbedaannya, simak penjelasan saya mengenai cara memilah atau menentukan radio itu adalah radio kriteria apa pada link di bawah ini.
Nah, setelah kamu mengetahui perbedaannya, coba kamu cari satu, dua, atau tiga radio di daerah kamu dan tentukan dari tiga radio tersebut diantaranya adalah radio dengan kriteria apa saja?
Ketika kamu sudah menentukan radio yang satu dengan lainnya termasuk radio milik pemerintah, atau milik swasta/bisnis, atau radio komunitas, atau radio abal-abal/ilegal, baru lah kamu dapat membedakan mengenai gaji yang akan diterima, karena jelas konsep radionya sudah berbeda.
Kedua, yang perlu kamu tahu bahwa tiap penyiar radio itu berbeda dari segi jam kerja.
Jam kerja penyiar radio itu terbagi dua, pertama ditentukan oleh waktu sesuai jam siaran (part time), kedua ditentukan oleh waktu standar kantor (8 jam kerja/full time).
Ada penyiar radio yang hanya datang untuk siaran saja. Ia datang untuk membawakan suatu program dengan waktu dua atau tiga jam saja, kemudian ia langsung pulang.
Ada juga penyiar radio yang datang ke kantor/studio bukan hanya untuk siaran saja, melainkan juga ada tugas/job desc lainnya yang perlu dikerjakan di kantor selain siaran, hingga membuat jam kerjanya menjadi full time (8 jam kerja).
Contohnya saya sendiri.
Saya bekerja di radio milik swasta/bisnis, dengan jam kerja full time (8 jam). Selain menjadi penyiar, saya juga mempunyai job desc lain sebagai music director dan financial management. Sehingga saat tidak siaran, di kantor saya mengerjakan tugas lainnya tersebut.
Nah, untuk masalah gaji pastinya berbeda dengan yang kerja hanya part time dengan kerja full time. Apalagi ada beban tanggung jawab tambahan selain menjadi penyiar, pastinya gajinya juga menyesuaikan.
Untuk diketahui juga, bahwa tidak semua radio swasta/bisnis itu kerjanya full time, ini kebetulan saja di radio saya sistem kerjanya demikian. Karena mayoritas radio itu kerjanya part time (datang siaran saja, selesai pulang) dan bukan full time (8 jam kerja). Paling yang kerja full time itu adalah bagian manajemen dan bukan penyiar.
Sehingga untuk menjawab sesuai topik, kita dapat membedakan dari segi jenis radio apa dahulu, ketahui juga sistem kerjanya, barulah kesimpulan gajinya.
Seperti radio komunitas semacam milik sekolah atau untuk kepentingan golongan tertentu, biasanya dibayar seikhlasnya, karena biasanya sebatas sukarela dan bukan penyiar profesional, melainkan mencari pengalaman atau pembelajaran dalam dunia broadcasting.
Kemudian jangan samakan juga radio besar (legal) dengan radio abal-abal/tidak resmi (ilegal), jelasnya kalau dari segi gaji jauh dari kata sesuai, karena dari segi pengelolaan manajemen saja tidak jelas, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan radio profesional.
Nah, dari beberapa kriteria radio, yang gajinya setidaknya dapat dibuat pemasukan bulanan adalah radio resmi milik pemerintah maupun radio swasta untuk bisnis. Hanya di antara kriteria dari keduanya tersebut yang membedakan adalah waktu kerja, kalau part time jelasnya lebih sedikit, kalau full time bisa 2x lipat gajinya dari yang part time.
Jika membahas gaji penyiar radio yang full time dan part time itu berapa sih?
Penyiar radio yang full time, biasanya gajinya tidak jauh dari Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK). Sementara untuk penyiar radio part time, biasanya separuh/setengah dari Upah Minimum Kota/Kabupaten.
Sehingga lebih detail penyiar radio itu gajinya berapa, sekarang kita beralih memilih radio yang ingin kita kepoin (cari tahu) standar gajinya berapa. Kamu dapat identifikasi terlebih dahulu itu radio berada di daerah Kota/Kabupaten mana dulu. Kemudian kita cari tahu standar UMK nya di area tersebut berapa, sehingga kita dapat menyimpulkan rata-rata gajinya berapa.
Termasuk ketika mengetahui sistem kerjanya juga part time atau full time, di situ juga dapat mengambil kesimpulan apakah gajinya standar UMK tersebut diterima secara penuh (full time) atau setengah dari UMK (part time).
Namun, standar gaji tersebut untuk mayoritas radio, tapi ada juga beberapa yang gajinya di atas rata-rata standar radio dan dapat dilihat dari segi rating tiap radio tersebut.
Misalnya radio itu adalah radio paling ternama di suatu wilayah/provinsi, sehingga iklan-iklan nasional yang masuk juga banyak, hingga berpengaruh pada pendapatan para penyiar radio tersebut. Karena umumnya gaji penyiar radio juga berasal dari hasil pendapatan iklan per bulannya. Sehingga semakin banyak iklan nasional, semakin makmur juga itu radionya beserta para karyawannya.
Kesimpulan yang dapat saya berikan mengenai berapa gaji penyiar radio, yaitu kerja di radio tidak dapat membuat kita menjadi orang yang cepat kaya, karena standar rata-rata gaji penyiar radio itu juga tidak jauh dari UMK. Tapi menjadi seorang penyiar radio setidaknya dapat menyambung kehidupan dengan pendapatan secukupnya.
Ya terbukti saya sendiri yang sudah mengabdi di radio lebih dari 10 tahun (2012-sekarang) dengan gaji secukupnya, saya juga dapat membiayai sekolah mulai SMA, kemudian S1, dan S2 secara mandiri alias tanpa meminta sepeser uang pun untuk biaya pendidikan ke orangtua.
Pada intinya, besar atau kecilnya pendapatan bulanan kita, tergantung dari siapa yang mendapatkan gajinya, bisa atau tidak ia mengelola keuangan dengan baik, jika tidak dapat lebih, setidaknya cukup.
Keistimewaan kerja di radio dalam menjalani rutinitas di kesehariannya tidak seperti kerja, melainkan seperti hobi yang dibayar. Sehingga meskipun gajinya standar UMK bahkan ada juga beberapa radio yang gajinya jauh di bawah UMK, itu yang dicari bukan uang, melainkan kenyamanan dalam bekerja.
Saya pun sebenarnya saat sudah lulus kuliah S2 tahun 2021 lalu, ada beberapa tawaran untuk bergabung di perusahaan bidang lainnya dengan jabatan dan gaji yang menggiurkan juga. Tapi saya tolak dan tetap teguh memilih di sini menjadi seorang penyiar radio.
Saya besar di sini, bisa menyambung hidup di sini, lantas ketika pendidikan saya sudah tinggi, saya harus meninggalkan profesi yang sudah membesarkan saya gitu kah?
Ya tiap orang memang berbeda-beda, ada yang pindah-pindah tempat kerja untuk perkembangan karir maupun perkembangan keuangan/kemakmuran keluarga.
Tapi kalau saya sih bukan tipikal orang seperti istilah kacang yang lupa pada kulitnya ya, bertahan dengan gaji secukupnya adalah cara saya bersyukur. Karena menurut saya kerja di mana saja, jabatan apa saja, gaji berapa saja, akan tetap sama saja, karena rezeki sudah ada yang ngatur, yaitu Tuhan.
Dan menurut saya, orang yang sukses itu (di luar keuangan) bukan yang pindah-pindah kerja seperti kutu loncat. Tapi orang sukses itu adalah yang awet dan menikmati pekerjaannya sebagai ladang untuk mencari pahala juga rezeki yang berkah secukupnya, dan yang penting halal.
Selengkapnya sharing saya mengenai berapa gaji penyiar radio, dapat juga dilihat pada video di bawah ini.
Dan yang menarik pada video di bawah ini, ada suami saya koko Jefta Fembriant, yang juga mantan penyiar radio. Ia juga berbagi pengalaman mengenai berapa gaji penyiar radio, sekaligus alasan kenapa ia dulu sekitar tahun 2013-an pindah kerja dari penyiar radio dan menjadi pegawai bank sampai sekarang.
Salam, @Alfira_2808
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H