Siang itu ada jadwal meeting dengan big boss. Tapi bukan membahas bisnis, melainkan topik mengenai story whatsaap dari salah satu di antara kami, yang akhirnya judge kami semua tim yang toxic.
Saya pun bingung!
Eh, ternyata ada rekan yang curhat masalah pekerjaan di story WA (whatsapp). Entah disengaja atau tidak, entah ia sadar atau tidak, bahwa ia menyimpan nomor kontak big boss dan sebaliknya. Kemudian curhat di story WA, sehingga hal yang demikian tidak dapat dihindari.
Pada intinya salah satu rekan tim pagi menjauhi salah satu rekan lainnya karena suatu hal. Dan karena di story WA nya ditulis semua karyawan, alhasil kami semua pun baik tim pagi, tim siang, tim sore, tim malam terkena imbasnya. Termasuk saya yang tim malam tidak tahu apa-apa tentang masalah tim shift pagi, juga terkena imbasnya.
Suatu tragedi yang sangat disayangkan, karena dari story whatsapp yang kita anggap biasa, tapi dapat menjadi masalah besar dan merugikan orang lain.
***
Berdasarkan informasi yang saya kutip dari Warta Bromo (2020), salah satu perusahaan air mineral di kawasan Kabupaten Pasuruan, Jatim. Manajemen memutus kerja karyawannya sebanyak 131 orang, disebabkan story Whatsapp salah satu (attitude) karyawan yang tidak dapat ditoleransi.
Story Whatsapp tersebut mengungkapkan bahwa salah satu karyawan kecewa dengan pihak manajemen perusahaan, karena mereka tidak memberikan izin yang bersangkutan untuk tidak masuk kerja, pada hari yang ditentukan dirinya mengikuti suatu kegiatan.
Manajemen pun tidak memberikan izin libur kerja, alasannya karena ada keterlambatan mengenai pengajuan izin tidak masuk kerja. Yang seharusnya mengajukan tiga hari sebelumnya, tapi baru sampai di manajemen pada hari tepat ia meminta libur.
Karena kekesalannya tersebut, ia pun membuat story WA yang terkesan melecehkan perusahaan. Pantas saja hal tersebut sempat dilihat salah satu manajemen perusahaan yang ada di kontak WA nya, dan akhirnya masalah tersebut menjadi besar, yaitu terjadinya PHK massal.
Awalnya hanya satu orang yang di PHK, kemudian merambat menjadi ratusan yang di PHK, karena teman-teman karyawan lainnya ikut menolak keputusan manajemen perusahaan untuk PHK salah satu karyawan yang apes tersebut.
Ada suatu gerakan mogok kerja dari ratusan karyawan tersebut dan mengatasnamakan solidaritas pertemanan. Hingga akhirnya hal tersebut berujung PHK seluruh karyawan yang mogok kerja, disebabkan produksi perusahaan tetap harus berjalan.
***
Dari kisah di atas, kita dapat menarik kesimpulan akan bahaya yang dapat menghampiri diri sendiri bahkan orang lain. Dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan sadar atau tidak sadar, kejahatan curhat di story Whatsapp juga media sosial sangat berbahaya.
Pertama, orang lain akan mudah memahami karakter atau kualitas diri kita.
Kedua, membuka aib sendiri, keluarga, pertemanan, juga pekerjaan.
Ketiga, kita akan kehilangan ruang privasi.
Keempat, curhatan akan dimanfaatkan oleh oknum yang tidak menyukai kita.
Kelima, mudah dihujat netizen, yang berujung depresi.
***
Dalam ilmu manajemen, seseorang harus mampu lulus uji kompetensi untuk masuk ke suatu perusahaan. Kompetensi utama sendiri ada tiga macam, yaitu Knowledge (pengetahuan), Skill (kemampuan), dan Attitude (sikap).
Sementara yang terjadi dalam case di atas adalah masalah Attitude. Walaupun pengetahuan dan kemampuan bagus, jika tidak dilengkapi dengan sikap yang baik, tetap akan merugi.
Tidak ada karyawan maupun manajemen perusahaan yang sempurna, tetapi sebagai karyawan hal-hal yang dapat kita hindari yaitu:
a. Tidak menganggap posisi kita (karyawan) penting.
Bagaimanapun posisi kita ini seperti pepatah yang mengatakan bahwa; hilang satu tumbuh seribu. Jadi perusahaan akan tetap berjalan dengan atau tanpa kita.
Dengan cara tidak menganggap diri kita ini penting di perusahaan, kita akan lebih banyak rendah hati dan tidak banyak protes atau demo. Sehingga hal-hal yang merugikan diri dari segi Attitude dapat dikendalikan.
b. Solidaritas pertemanan yang berlebihan dapat merugikan diri sendiri dan keluarga.
Segala hal yang berlebihan, tidak baik bagi kelangsungan hidup. Salah satunya seperti solidaritas pertemanan yang berlebihan pun dapat merugikan diri sendiri dan keluarga.
Awalnya hanya ikut-ikutan membela teman yang terlibat permasalahan, tapi pada akhirnya kita pun kena imbasnya. Dan hal tersebut menjadi penyesalan di kemudian hari, karena anak dan istri bahkan orangtua harus kelaparan karena kita yang kehilangan pekerjaan.
Dan sebenarnya solidaritas pertemanan yang berlebihan ini bukan hanya terjadi dalam pekerjaan saja, melainkan di kalangan mahasiswa pun juga ada.
Baca juga:Â Solidaritas Pertemanan yang buruk di kalangan Mahasiswa
Solidaritas pertemanan boleh dan sah-sah saja, hanya kita juga harus paham betul mengenai hal yang dihadapi oleh kawan atau satu kelompok kita.
Nah.. salah satu cara untuk mengendalikannya yaitu dengan mengidentifikasi pola reaksi berlebihan dalam diri. Karena kebanyakan orang memiliki pemicu yang bisa menimbulkan reaksi berlebihan secara emosional.
Pemicu yang lazim di antaranya iri hati, penolakan, kritik, dan pengendalian. Dengan mempelajari pemicu lebih dalam, anda lebih berkemungkinan besar untuk mengendalikan emosi saat menghadapi pemicu tersebut.Â
c. Hindari aksi mogok kerja untuk menyampaikan aspirasi (protes/demo)
Aksi mogok kerja di perusahaan manapun, seringkali berakhir dengan pemutusan kerja. Bagaimanapun produksi atau kinerja dalam perusahaan tetap harus berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga dengan aksi mogok kerja, perusahaan pun mempunyai alasan kenapa harus memberhentikan kita dalam bekerja.
Sehingga alangkah baiknya ketika ada ketidakcocokan akan suatu hal dalam peraturan, sistem, maupun hak dan kewajiban, aspirasi bisa disampaikan dengan lebih kalem.Â
Misalnya ada satu karyawan yang bermasalah dengan attitude dan akan dikeluarkan dari perusahaan dalam waktu dekat, tidak perlu melakukan aksi mogok kerja untuk suara kita didengar.
Salah satu caranya yaitu dengan mencatat dan menyimpulkan satu poin utama yang ingin disampaikan, dan memilih satu perwakilan karyawan untuk nego langsung pada atasan akan jalan keluar dari permasalahan tersebut.
Jalan keluarnya contoh dengan perjanjian. Kita bisa nego atasan agar tidak langsung pecat teman kerja kita, melainkan dilakukan nego untuk suatu perjanjian bahwa teman kita ini tidak akan melakukannya lagi. Lebih tepatnya beri kesempatan dalam waktu tertentu untuk melakukan perbaikan diri.
Kemudian jika suatu hari satu teman yang bermasalah ini tidak ada perubahan dalam attitude atau melakukan hal yang sama dengan bukti yang kuat, barulah kita semua sebagai teman harus rela melepasnya dalam pekerjaan, karena memang sudah tidak dapat diperbaiki lagi sebagai syarat bergabung di perusahaan tempat kita bekerja.
Dengan cara menyampaikan aspirasi lebih kalem seperti yang disampaikan di atas tanpa melakukan aksi mogok kerja dan lain-lain, setidaknya kita dapat menyelamatkan banyak kepala keluarga dalam mencari nafkah. Karena aksi mogok kerja adalah satu hal utama yang dapat memutuskan pekerjaan.
***
Maka dari itu saya menyarankan agar Anda lebih berhati-hati dalam menulis story di Whatsapp maupun di media sosial. Dengan cara; tidak asal posting konten, menjaga etika, dan jangan lupa filter akun atau nomor-nomor tertentu yang tidak ingin dilihat beberapa orang penting di postingan kita agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Mari lebih bijak dalam bermedia sosial :)
Salam, @Alfira_2808
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H