Selain itu, pertunjukan dan persembahan benar-benar dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan. Drama yang biasanya ditampilkan secara live, kemarin hanya berupa video di layar. Ini baru pertama kali drama yang dimunculkan itu berupa seperti film layar lebar.
Drama yang ditampilkan berjudul “Kado untuk Jeje”
Kisah dalam drama bercerita bahwa di gereja itu ada seseorang atau hamba Tuhan yang namanya Jeje. Ia ini merantau ke Kota Pasuruan, sedangkan daerah asalnya itu di luar Pulau Jawa. Si Jeje ini menelepon ibunya dan mengabarkan bahwa tahun ini tidak bisa pulang dikarenakan dirinya terpapar virus corona.
Jeje pamit pada ibunya bahwa tahun ini tidak bisa pulang dan takut untuk menulari keluarganya. serta Jeje minta maaf pada ibunya jika ada salah atau hal lainnya.
Akhirnya ibunya pun menjawab bahwa “kamu tetap anakku, sampai kapan pun kamu tetap anakku. Jika kamu dalam kondisi dan sakit apa pun, ibu tidak akan menjauhi kamu”.
Setelah ditutup teleponnya, Jeje pun menangis. Ia berdoa pada Tuhan, menyerahkan diri, pasrah dan berdoa dengan khidmat yang lebih ke arah refleksi diri.
Hingga akhirnya sesuatu pun terjadi. Tepat tanggal 25 Desember, Jeje mendapatkan kado teristimewa dari Tuhan. Saat itu juga penyakit Jeje yaitu corona sembuh. Ia pun menangis di dalam gereja dan berterima kasih pada Tuhan yang sudah menyembuhkan penyakitnya.
Kesimpulan yang bisa dipetik pada kasus tersebut, yaitu kita harus pasrah pada Tuhan. Kita harus menyerahkan hidup kita pada Tuhan. Biarlah kehendak Tuhan yang menjawabnya. Kita berusaha dan kita harus tetap menjadi lebih baik.
Tema yang diangkat kemarin 25 Desember itu adalah "I am with you and will keep you wherever you go."
Tuhan menggenapi firmannya, bahwa Tuhan akan senantiasa beserta kita. Dengan kata lain kalau kita pernah mendengar istilah "Imanuel", yaitu Tuhan beserta kita.