Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Petai, Makanan Khas Indonesia yang Sering Menjadi Bahan Diskriminasi

18 Desember 2020   03:04 Diperbarui: 18 Desember 2020   03:25 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masakan petai from Freepik

Pernahkah anda makan petai?

Bagaimana tanggapan orang sekitar melihat anda usai konsumsi petai?

Percaya diri kah anda usai makan petai?

*

Dari tiga pertanyaan di atas itu lah alasan terciptanya artikel ini. Karena masih banyak orang yang tidak percaya diri untuk mau memakan petai di tengah umum, atau tidak percaya diri untuk berbaur dengan lainnya usai konsumsi makanan yang diolah bersama dengan petai tersebut.

Jangankan anda, saya saja juga tidak percaya diri usai makan petai karena aromanya yang khas meninggalkan jejak dalam jangka waktu yang lama.

Yang membuat tidak percaya diri itu adalah sikap yang diberikan oleh orang-orang sekitar ketika melihat ada yang konsumsi petai langsung menutup hidungnya, pindah tempat, hingga menjauh sementara waktu. Hal-hal tersebut lah yang membuat pecinta petai tidak percaya diri dalam mengkonsumsinya di tempat umum.

Saya sendiri juga suka dengan petai, apalagi kalau dimakan bersama nasi empok (nasi jagung), dengan lauk lainnya seperti ikan teri, menjeng (kedelai berbumbu/lentho), sambal tomat, tempe tahu bacem, daun singkong, hm.... jadi lapar. hehe

Petai ini aromanya sangat menyengat karena kandungan asam amino yang mengandung unsur sulfur, hingga menghasilkan satu gas Hidrogen sulfida yang terkenal sangat bau.

Meskipun aroma yang dihasilkan sangat bau atau menyengat, tapi makanan ini banyak manfaatnya pada tubuh. Seperti mengontrol gula darah, mengobati infeksi, melancarkan sistem pencernaan, dan melawan radikal bebas.

Namun jangan terlalu banyak makan petai karena juga ada efek sampingnya, seperti asam urat, rematik, dan sakit ginjal. Konsumsinya secukupnya saja, karena semua yang berlebihan dalam segala hal itu tidak baik untuk kesehatan.

Ilustrasi gambar bermain bunga pete from delihgibral (Rumah Gibral) on WordPress.com
Ilustrasi gambar bermain bunga pete from delihgibral (Rumah Gibral) on WordPress.com

Dulu saya punya pohon petai yang sangat besar dan tinggi di belakang rumah. Setiap hari saat masih kecil sering kali mengambil untuk dibuat mainan yaitu calon pete yang gagal akan terjatuh ke tanah, itu saya ambil dan saya sebut "pentungan".

Saya bermain-main dengan pentungan itu untuk saya ambil kulitnya yang seperti robekan kertas kecil-kecil, dan saya taburkan ke teman-teman ala pengiring pengantin yang menaburkan bunga.

Sayang, pohon petai itu sudah ditebang beberapa tahun lalu karena sudah terlalu besar dan tinggi, sehingga takut membahayakan jika roboh ke rumah tetangga sekitar ketika ada hujan lebat atau angin yang besar.

Ketika sedang panen, petai-petai tersebut di jual atau diborong oleh pemborong dengan harga yang lumayan untuk bisnis. Malah sampai sekarang pemborong petai tersebut masih sering berkunjung ke rumah untuk menanyakan pada orangtua "Apa ada pohon petai lagi untuk dijual atau diborong?"

Dengan seringnya pemborong petai tersebut bertanya di perkebunan saya tentang makanan ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa hingga saat ini makanan petai ini masih digemari atau disukai oleh masyarakat Indonesia.

Petai sendiri bisa dimakan secara langsung seperti lalapan, bisa juga dijadikan makanan utama yang diolah menjadi balado petai, dan lain-lain.

Ilustrasi masakan petai from Freepik
Ilustrasi masakan petai from Freepik

Nah, kita tidak bisa memungkiri bahwa mayoritas orang tidak menyukai aroma petai, meskipun sebenarnya masih tetap mau untuk mengonsumsi makanan tersebut dalam waktu tertentu.

Sehingga yang bisa kita lakukan adalah:

Konsumsi petai mentah di rumah

Makanan petai tidak harus selalu dimasak menjadi suatu olahan makanan, melainkan dengan dimakan secara langsung juga bisa dengan rasa original petai yang menggelora.

Namun efeknya ketika dimakan secara langsung, akan meninggalkan aroma yang sangat menyengat di mulut kita.

Sehingga disarankan untuk konsumsi petai mentah di rumah saja. Yang pasti orang rumah atau keluarga inti sudah terbiasa dan menerima apa adanya kita yang suka makan petai, karena sejak kita kecil dulu sudah dibiasakan dengan hidangan/masakan petai yang bahkan diturunkan oleh keluarga sendiri.

Konsumsi petai olahan di luar rumah

Untuk diketahui, bahwa petai yang sudah diolah atau matang (warna hijau berubah) aroma menyengat yang dihasilkan tetap ada, tetapi aromanya sudah berkurang dari yang sebelumnya (mentah).

Maka dari itu, ketika anda memutuskan untuk mengolah makanan dengan bahan utama atau dicampurkan dengan petai, masih tidak masalah jika mau dibawa untuk bawa bekal ketika keluar rumah. Misalnya bekal kerja, bekal piknik, dan lain-lain.

Segera makan cuci mulut usai konsumsi petai

Ketika anda usai makan petai, disarankan juga untuk tidak melupakan makanan cuci mulut untuk menghilangkan aroma petai dalam mulut kita. Meskipun bukan buah, bisa makan apa pun dengan porsi sedikit saja hanya untuk menekan aroma petai yang sudah kita makan tersebut.

Cuci mulut biasanya adalah buah-buahan untuk menambah air liur, sehingga bisa membantu cepat melepaskan aroma petai tersebut dalam mulut kita. Paling sering yang terlihat di meja makan sih biasanya pisang, anggur, semangka, jeruk, dan lain-lain.

Alternatif, konsumsi mentimun

Dalam satu mentimun terdapat asam askorbat dan asam caffeic yang mampu menetralisir bau atau aroma menyengat dari petai.

Cara konsumsinya disarankan juga memakan mentimun yang ketika baru dikupas tidak harus dicuci, melainkan langsung dimakan. Karena kandungan zat di dalamnya agar tidak luntur terkena basuhan air mengalir, jika niatnya untuk menghilangkan aroma menyengat usai konsumsi petai.

Alternatif, konsumsi satu sendok bubuk kopi

Selain kafein, kandungan dalam bubuk kopi itu terdapat zat 2-ethyphenol, quinic acid, acetylmethylcarbinol,trigonelline, 3,5 dicaffeoylquinic, yang dipercaya bisa menghilangkan sisa aroma makan petai dalam mulut kita.

Namun bubuk kopi seperti yang sudah disebutkan juga mengandung zat yang bisa menimbulkan aroma khas dari kopi. Sehingga ketika anda konsumsi satu sendok bubuk kopi usai makan petai, hasilnya aroma petai akan digantikan dengan aroma kopi.

Dan anda juga tidak perlu khawatir, karena orang-orang sekitar kita mayoritas masih bisa menerima aroma kopi daripada aroma petai. 

Segera sikat gigi usai konsumsi petai

Paling utama juga usai makan petai adalah sikat gigi. Busa yang melimpah lewat pasta gigi juga bisa membersihkan dan melawan bau mulut yang disebabkan oleh kuman dan sisa makanan yang telah kita konsumsi.

Termasuk aroma petai yang menempel pada gusi atau gigi kita juga akan diusir oleh kekuatan pasta gigi. Sehingga penting untuk rajin sikat gigi usai makan.

Segera tutup/rapikan alat makan usai konsumsi petai

Bukan hanya di mulut kita saja usai konsumsi petai yang meninggalkan aroma menggelora, melainkan alat makan yang sudah kita gunakan dalam konsumsi petai ini juga akan meninggalkan jejak menggelora.

Maka dari itu setelah makan petai, alat makan yang kita pakai juga harus segera diamankan/dirapikan/ditutup, agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang tidak menyukai aroma petai.

*

Jadi harapannya buat anda yang gemar makan petai dalam sebuah makanan, tidak perlu menjauhi makanan ini karena orang sekitar yang sering menjadikan petai sebagai bahan ejekan. Paling tepat, tetap menjadi diri sendiri dengan tidak menjauhi sesuatu kesukaan dalam diri hanya demi orang lain.

Hanya untuk menghargai orang sekitar yang tidak menyukai aroma makanan ini karena menyengat, mungkin tepatnya waktu konsumsi makanan ini saja dikondisikan yaitu di rumah atau saat bersama keluarga besar kita sendiri sesama pecinta petai.

Dan jangan lupa setelah konsumsi petai ini untuk melakukan beberapa hal di atas yang sudah dibahas, agar orang-orang sekitar nantinya tetap nyaman berbaur dengan kita dalam banyak rutinitas di keseharian.

Salam, @Alfira_2808

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun