Namun jangan terlalu banyak makan petai karena juga ada efek sampingnya, seperti asam urat, rematik, dan sakit ginjal. Konsumsinya secukupnya saja, karena semua yang berlebihan dalam segala hal itu tidak baik untuk kesehatan.
Dulu saya punya pohon petai yang sangat besar dan tinggi di belakang rumah. Setiap hari saat masih kecil sering kali mengambil untuk dibuat mainan yaitu calon pete yang gagal akan terjatuh ke tanah, itu saya ambil dan saya sebut "pentungan".
Saya bermain-main dengan pentungan itu untuk saya ambil kulitnya yang seperti robekan kertas kecil-kecil, dan saya taburkan ke teman-teman ala pengiring pengantin yang menaburkan bunga.
Sayang, pohon petai itu sudah ditebang beberapa tahun lalu karena sudah terlalu besar dan tinggi, sehingga takut membahayakan jika roboh ke rumah tetangga sekitar ketika ada hujan lebat atau angin yang besar.
Ketika sedang panen, petai-petai tersebut di jual atau diborong oleh pemborong dengan harga yang lumayan untuk bisnis. Malah sampai sekarang pemborong petai tersebut masih sering berkunjung ke rumah untuk menanyakan pada orangtua "Apa ada pohon petai lagi untuk dijual atau diborong?"
Dengan seringnya pemborong petai tersebut bertanya di perkebunan saya tentang makanan ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa hingga saat ini makanan petai ini masih digemari atau disukai oleh masyarakat Indonesia.
Petai sendiri bisa dimakan secara langsung seperti lalapan, bisa juga dijadikan makanan utama yang diolah menjadi balado petai, dan lain-lain.
Nah, kita tidak bisa memungkiri bahwa mayoritas orang tidak menyukai aroma petai, meskipun sebenarnya masih tetap mau untuk mengonsumsi makanan tersebut dalam waktu tertentu.
Sehingga yang bisa kita lakukan adalah: