Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sisa Tulang Ayam, Masih Bisa Diolah dengan Bumbu Kuning dan Bumbu Sate

9 Desember 2020   00:05 Diperbarui: 9 Desember 2020   22:16 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat menulis artikel dengan judul "Dibalik Cap Negatif Kota Tretes".

Pada artikel tersebut, saya sempat menyebutkan bahwa Kota Tretes itu juga terkenal dengan kulinernya. Salah satu kuliner yang identik dengan Kota Tretes adalah Sate. Memang hampir di seluruh Indonesia selalu ada penjual sate, namun sate khas dari Kota ini juga mempunyai daya tarik tersendiri karena mempunyai ciri khas rasa.

Ada tiga macam Sate yang akan kita temui yaitu sate ayam, sate kelinci, dan sate kambing. Biasanya stok atau ketersediaan calon sate yang akan dibakar itu paling banyak adalah ayam. 

Sedangkan untuk kelinci dan kambing hanya sebatas pelengkap menu saja. Hingga seringkali ketika ada yang memesan sate kelinci dan kambing, penjual menjawab sudah habis, padahal kenyataannya memang stok yang disediakan terbatas.

Hal itu dikarenakan dari segi pasokan kelinci yang minim, hingga harga daging kambing yang mahal dan profit yang didapat kurang sesuai dibandingkan sate ayam. Maka dari itu kali ini saya ingin fokus pada sate ayam saja.

Bukan soal bagaimana cara membuat sate yang akan saya bahas, melainkan sisa tulang ayam yang dibuang akan saya angkat.

Jikalau kita memasak ayam potong untuk kita makan sehari saja bersama keluarga, mungkin satu ekor ayam saja tulangnya hanya sedikit ya. Dikatakan sedikit karena saya membandingkan dengan jumlah yang lebih besar. Jumlah yang besar maksud saya ini adalah sisa tulang dari beberapa atau jika dihitung puluhan ekor ayam.

Nah, keluarga besar saya ini kan pengusaha kuliner sate. Jadi daging ayam yang kami pakai untuk bahan sate itu setiap harinya lebih dari 10 ekor ayam. 

Apalagi ketika weekend atau tanggal merah hingga liburan panjang hari raya Idul Fitri atau Natal dan tahun baru, yang kami olah adalah lebih dari 100 ekor ayam. Ini saya hitungnya per ekor ya, bukan per kilogram.

Tiap satu ekor ayam, yang diambil hanya bagian dagingnya saja oleh pengiris daging ayam profesional. Dikatakan profesional karena untuk mengiris dan mengambil daging dari ayam itu untuk dijadikan sate berbeda dengan mengiris atau memotong ayam untuk dijadikan ayam goreng, atau masakan ayam lainnya. Jadi ada trik tersendiri sehingga daging ayam tersebut sesuai untuk bisa dipotong menjadi sate.

Nah, karena yang diambil hanya dagingnya saja, sehingga tulang ayam itu jika ditimbang bisa puluhan kilo gram dan terpaksa harus dibuang.

Namun tahukah anda, bahwa di desa saya setiap harinya selalu ada yang memesan sisa dari tulang ayam yang dibuat sate tersebut untuk dijadikan makanan.

Mungkin terdengar aneh, apa favoritnya tulang ayam, benarkah tulang ayam bisa dimakan?

Ya, anggapan anda juga sama dengan pasangan saya yang waktu itu masih pacaran dan bermain ke rumah. Kemudian saya hidangkan masakan dari tulang ayam ini. Alhasil ia pun juga berkata:

"Kamu jangan bercanda, masak iya aku harus makan tulang ayam?" hehehe dan saya pun tertawa.

Jadi sebenarnya itu bukan tulangnya yang dimakan, melainkan tetap daging ayamnya.

Konsumsi tulang ayam ini yang sebenarnya tetap dagingnya, manfaatnya dalam tubuh masih sama seperti daging ayam pada umumnya. 

Ketika sisa tulang ayam yang sudah diambil dagingnya, pastinya tetap ada sedikit sisa-sisa daging yang menempel pada tulang ayam tersebut. Karena dalam pengambilan atau pemisahan daging dengan tulangnya, itu berbeda caranya dengan memakai tangan untuk dimakan seperti ayam goreng yang bisa kita makan dengan jari dan juga langsung digigit lewat gigi.

Sementara cara yang dilakukan untuk memisahkan daging dengan tulangnya yang dijadikan sate ini menggunakan pisau. Sehingga selalu ada sedikit banyak sisa daging yang menempel pada sisa tulang ayam tersebut, dan itulah yang akan kita makan nantinya ketika sudah menjadi bahan masakan.

Untuk cara memasak sebenarnya hampir sama dengan beberapa masakan ayam lainnya. Hanya yang perlu dibedakan bahwa ini yang kita masak bahan utamanya tulang, sehingga jangan sampai berharap bisa makan daging ayam dengan jumlah besar seperti masakan daging ayam lainnya.

Ketika memasak tulang ayam ini memang juga tetap direndam bersama air atau kuah terlebih dahulu sekitar 30 menit atau sampai air kuahnya tersebut sudah habis dan tersisa hanya tulang ayam beserta bumbu yang sudah meresap.

Biasanya tulang ayam ini dimasak dengan dua bumbu yaitu bumbu kuning dan bumbu sate. Kedua bumbu ini adalah berbeda, jadi bukan berarti satu paragraf dikira bisa dicampur, tidak.

Bumbu kuning itu terdiri dari rempah-rempah indonesia. Seperti kunyit, jahe, kencur, lada, ketumbar, bawang merah, bawang putih, dan lain-lain. Dikatakan bumbu kuning karena biasanya kunyit-nya jumlahnya lebih banyak dari yang lainnya untuk bahannya. Hal itu agar rasa amis dari tulang ayam bisa berubah menjadi gurih.

Sementara untuk bumbu sate ini  terdiri dari kacang, daun jeruk purut, dan cabai merah besar. Ketiganya sudah diolah terlebih dahulu menjadi bumbu sate siap saji, baru bisa dimasukkan pada masakan tulang ayam ini.

Yang pasti baik itu bumbu kuning atau bumbu sate cara pengolahannya menjadi masakan goreng semua ya, maksudnya bukan dimasak menggunakan kuah seperti soto ayam.

Meski sering tulang ayam dimasukan pada kuah soto, tapi tulang ayam tersebut di kuah soto hanya menjadi bahan sekunder karena diambil saripatinya saja untuk penyedap rasa kuah. 

Sebaliknya jika dengan cara digoreng ini tulang ayam tersebut menjadi olahan atau makanan primer yang bisa kita makan secara langsung ala ayam goreng.

Jadi bagaimana, apakah anda tertarik untuk mencoba sedikit bereksperimen masakan dengan tulang ayam :)

Salam, @Alfira_2808

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun