Senja itu, klakson dan riuhnya jalan memekakkan telinga
bukan salah mereka, semua punya kepentingan dan kuasa
tak heran seakan jalan itu menjadi penjara kecil di ibu kota yang besar
atau boleh kusebut, mereka terpenjara di ruang tahanan yang masiv
Beribu kendaraan saling memacu dan berebut tempat
seakan jalannya sesipit mata Cina, sesempit gang Desa, dan setipis kartu ATMku yang hilang pagi tadi
salah kamu naik Honda Legenda, bukannya bersepeda
salah kamu naik Kijang Innova, bukannya naik transJakarta
salah kamu naik kereta, bukannya jalan saja
salah kamu tidak naik apa-apa, karena kamu tidak menyumbang apa-apa pula
Pemandangan itu sekali lewat, tetapi sudah menjadi trademark Jakarta
kalau gak macet ya bukan Jakarta
lihat realita, itu identitas dan punya taste beda
Selamat Datang di Daerah Khusus Ibukota!
Lucu, kalau Jakarta ga macet
para pekerja putar otak cari alasan terlambat sampai di kantor
siswa-siswi pusing cari alasan telat pulang ke rumah
delivery fastfood jadi tidak punya paket super cepat
imbas terbesar, pengemis bakal kebingungan mencari sesuap nasi
dan pencopet bisa jadi nganggur lagi
Dinasnya sang Raja jadi pemandangan nyata
peraturan lalu lintas jadi tak ada harganya
melintas demi kepentingan rakyat katanya, nyatanya melindas rakyat juga
memberi solusi? mana?
memberi kemacetan? Iya!
awas saja, si Komo lewat!
Tidak perlu munafik, macet menjadi tradisi
yang terpelihara dan dipelihara
ayo saling menyalahkan, kita punya andil di sini
uang negara amblas belasan digit rupiah karena macet,
tapi negara kecipratan pajak motor dan mobil yang laris bak kacang goreng
rusaknya jalan, lakalantas, nyawa manusia jadi undian di jalan,
tapi selalu ada proyek dan tender yang bersemayam
hawa panas, oksigen terkuras, kesehatan bisa kena imbas,
tapi otak mereka kurang cerdas untuk memberantas atau sekedar memangkas
Selamat Datang di Daerah Khusus Ibukota!
Selamat Datang di penjara virtual tanpa jeruji dan dinding bata!
Jakarta, penJAra meKAR di ibukoTA
Jakarta, JAlannya suKAR dan kurang tertaTA
Jakarta, JAdi aKAR masalahnya meraTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H