Mohon tunggu...
Alfi Nur Laili
Alfi Nur Laili Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Kecerdasan Emosional Anak Melalui Keajaiban Cerita Fantasi

6 Desember 2024   10:20 Diperbarui: 6 Desember 2024   10:39 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita fantasi sering kali memperkenalkan karakter dengan berbagai latar belakang emosi yang unik. Tokoh-tokoh dalam cerita ini, baik manusia, hewan, maupun makhluk magis, menghadapi tantangan emosional yang memungkinkan anak-anak untuk belajar memahami perasaan orang lain.

Marie Muhammad dkk. (2020) menjelaskan bahwa cerita fantasi dapat membuka wawasan anak terhadap dunia yang berbeda dari kehidupan sehari-hari, sehingga membantu mereka mengembangkan empati. Sebagai contoh, cerita tentang seekor naga kecil yang ditolak oleh kelompoknya karena berbeda mengajarkan anak-anak untuk menghargai perbedaan dan memahami perasaan isolasi.

Di sisi lain, cerita seperti "Si Kancil" yang berisi pesan moral tentang membantu teman juga dapat mengajarkan anak pentingnya berempati terhadap sesama.

2. Mengajarkan Pengelolaan Emosi

Konflik yang ada dalam cerita fantasi memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar mengelola emosi, seperti rasa takut, marah, atau sedih. Andini Julianti (2020) menunjukkan bahwa melalui metode bercerita, anak-anak dapat diajak untuk mengenali emosi mereka sendiri dan menemukan cara yang sehat untuk mengekspresikannya.

Misalnya, dalam cerita tentang seorang pahlawan kecil yang harus menghadapi ketakutan besar untuk menyelamatkan temannya, anak-anak belajar bahwa rasa takut adalah emosi yang wajar, tetapi keberanian dapat membantu mengatasi situasi sulit. Dengan cara ini, cerita fantasi mengajarkan anak-anak untuk mengelola emosi mereka secara konstruktif.

3. Menumbuhkan Kreativitas dan Imajinasi

Cerita fantasi menciptakan dunia tanpa batas yang mendorong anak-anak untuk berpikir kreatif. Reni Juliani (2020) mencatat bahwa cerita fantasi yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan inovatif anak-anak.

Sebagai contoh, cerita tentang seorang anak yang harus menemukan cara untuk membuka pintu ajaib dengan teka-teki kompleks dapat membantu anak-anak mengasah kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah secara kreatif. Imajinasi yang dikembangkan melalui cerita fantasi ini juga membantu anak-anak menghadapi tantangan dunia nyata dengan cara yang lebih inovatif.

4. Menanamkan Nilai-Nilai Moral

Cerita fantasi sering kali mengandung pesan moral yang mendalam. Hafiyah dan Arifin (2024) menunjukkan bahwa nilai-nilai seperti keberanian, kerja sama, dan kejujuran dapat ditemukan dalam banyak cerita fantasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun