Mohon tunggu...
Alfino Hatta
Alfino Hatta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Membaca, menulis puisi dan tertarik belajar hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Kepercayaan Diri dan Empati untuk Kemajuan Bangsa

31 Oktober 2024   09:28 Diperbarui: 31 Oktober 2024   10:42 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah dan penuh sopan santun. Namun, di balik kehangatan ini, ada beberapa kebiasaan yang, jika tidak diubah, dapat menghambat kemajuan kita sebagai bangsa. 

Salah satu hal yang perlu diperbaiki adalah kecenderungan untuk merasa rendah diri yang berlebihan, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya menghormati privasi orang lain di ruang publik. Kedua hal ini, meskipun tampak sepele, sering kali berkaitan dan dapat membatasi kita dalam mencapai potensi terbaik, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Kerendahan hati adalah sifat yang terpuji, tetapi ketika menjadi berlebihan, ia bisa berubah menjadi rasa rendah diri yang tidak sehat. Banyak orang Indonesia, ketika berhadapan dengan orang asing atau bahkan sesama warga negara, merasa seolah-olah mereka lebih rendah, padahal kenyataannya tidak demikian. Ada kecenderungan untuk merasa malu atau minder, meskipun tidak ada alasan yang mendasarinya. 

Kita perlu menyadari bahwa Indonesia memiliki begitu banyak potensi yang patut kita banggakan. Dari sumber daya alam yang melimpah hingga kekayaan budaya, kita berdiri sejajar dengan negara-negara lain di dunia. 

Jika kita melihat negara-negara seperti Afrika atau Palestina, warganya menunjukkan keyakinan diri yang tinggi, bahkan dalam kondisi yang mungkin lebih sulit daripada yang kita hadapi. Mereka tidak ragu untuk menampilkan diri mereka di panggung dunia, siap bertukar pikiran dan gagasan dengan siapa pun.

Begitu pula dengan orang Amerika, yang sering kali dikenal karena kepercayaan diri mereka yang tinggi, meskipun secara kemampuan, mereka mungkin tidak selalu lebih unggul. Apa yang bisa kita pelajari dari mereka adalah keberanian untuk percaya pada diri sendiri dan kemampuan untuk berani mengambil risiko. Kepercayaan diri ini bukan berarti sombong, melainkan sikap positif untuk menghadapi tantangan dengan kepala tegak. Sebagai bangsa, kita perlu menumbuhkan keyakinan ini, agar mampu bersaing di kancah global.

Selain rasa percaya diri, ada sikap lain yang perlu diperbaiki, yaitu kebiasaan menghakimi atau memperhatikan orang lain secara berlebihan ketika mereka sedang menghadapi situasi sulit di ruang publik. 

Misalnya, ketika mendengar suara tangisan anak di tempat umum, banyak dari kita yang langsung menoleh dan menatap orang tua anak tersebut seolah-olah mereka bersalah. Tatapan seperti ini tidak hanya tidak membantu, tetapi juga menambah beban bagi orang tua yang sudah berusaha menangani situasi tersebut.

Saya pernah mengalami hal ini sendiri saat sholat Jumat. Ketika seorang anak mulai menangis selama khutbah, banyak jamaah yang langsung menoleh ke arah ayahnya dengan tatapan tidak simpatik. Padahal, ayah itu sudah berusaha menenangkan anaknya sebaik mungkin. Reaksi seperti ini tidak hanya tidak perlu, tetapi juga menunjukkan kurangnya empati dalam masyarakat kita. Alih-alih membantu, kita malah menambah tekanan yang tidak perlu.

Contoh lain yang sering terjadi adalah di restoran atau tempat umum lainnya. Ketika seseorang menjatuhkan sendok, atau seorang anak tiba-tiba merengek, reaksi pertama banyak orang adalah menatap, seolah-olah insiden kecil tersebut adalah suatu dosa besar. Ini adalah kebiasaan yang tidak sopan dan perlu diubah. Sebagai masyarakat yang beradab, kita seharusnya memberikan ruang bagi orang lain untuk menangani kesulitan mereka sendiri tanpa merasa dihakimi oleh tatapan tajam di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun