Sang senator tengah melantunkan pidatonya.
Sanggahannya seperti mutlak.
Sulit ditembus panah api meski apinya membara.
Segala berjalan sesuai rencana yang layak.
Musuhnya itu meliuk-liuk pidato seperti dedemit dimarahi raja hantu saja.
Tak membuang tempo.
Segera dia keluarkan segenap daya suara yang dimiliki secara habis-habisan untuk mengakhirinya.
Meski terkadang teknik ini dianggap kuno.
Tapi aku tak tahan di kandang mendidih berbau busuk ini.
Mata anak kecil berkaca-kaca, melihat senator berjual-beli serangan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!