Mohon tunggu...
alfi khusnia
alfi khusnia Mohon Tunggu... Guru - penugasan ujian tengan semester

seorang mahasiswi dan calon guru yang mempunyai hobi membaca dan menggabar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bimbingan Pribadi Sosial untuk Siswa Terisolir

3 November 2019   17:26 Diperbarui: 3 November 2019   17:31 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Siswa Terisolir

Bagi kehidupan manusia pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, pendidikan juga berfungsi untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara".

Dari pernyataan tersebut kita tahu bahwa, pendidikan tidak sebatas proses belajar mengajar, namun penyesuaian terhadap situasi baru, pengembangan kemampuan untuk memahami diri sendiri, dan penerapan dalam situasi mendatang.

Di sisi lain, Ki Hadjar Dewantara mengenalkan konsep tri pusat pendidikan yang menekankan pada peran dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam mendidik seorang anak. Keselarasan dan keterpaduan dari tri pusat pendidikan tersebut diharapkan dapat mengantarkan siswa mencapai kepribadian yang utuh (mencapai kesempurnaan hidup) dan mengembangkan potensinya secara optimal (Ki Hadjar Dewantara dalam Dwi Siswoyo, dkk. 2007: 170).

Hal tersebut memiliki arti bahwa keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan yang paling dekat dengan anak seharusnya dapat bekerjasama dalam pendidikan seorang anak. Namun, kini masyarakat lebih menaruh harapan besar dan menyerahkan pendidikan anak pada pihak sekolah. Sekolah menjadi salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi besar untuk membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Dalam kenyataannya, dalam menempuh pendidikan di sekolah masih banyak mengalami permasalahan. Dengan pembelajaran yang baik sekalipun, para siswa seringkali belum bisa menghindari permasalahan yang terjadi di sekolah. Masalah tersebut disebabkan oleh keunikan atau kekhasan pada masing-masing siswa, karna setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda. Abu Ahmadi (1977: 17-19) menyatakan jenis masalah yang dihadapi individu terutama oleh siswa di sekolah, antara lain: kesulitan belajar, masalah pendidikan, masalah penggunaan waktu senggang, masalah sosial, dan masalah pribadi. Permasalahan yang dihadapi siswa dapat memicu munculnya perilaku negatif. Perilaku negatif siswa SD yang sering dihadapi guru antara lain pada waktu diterangkan bermain sendiri, tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah, bertengkar sesama teman, marah pada teman yang berbuat salah, sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan, berbicara kotor, dan lain sebagainya. Perilaku negatif siswa merupakan pertentangan antara individu atau siswa dengan lingkungan yang dapat mengakibatkan kemungkinan terisolirnya siswa tersebut dalam lingkungannya. Sekolah diharapkan memberikan bantuan pada seluruh siswa tanpa terkecuali dalam mengatasi masalah yang timbul.

Salah satu bantuan yang dapat diberikan sekolah kepada siswa dapat berupa bimbingan pribadi sosial. Bimbingan perlu dilaksanakan agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat segera diatasi sehingga tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.

Sebagai pembimbing, guru kelas di sekolah dasar harus menjalankan peran dan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran maupun memberikan bimbingan kepada semua siswa.

Guru kelas melaksanakan bimbingan secara terpadu dengan proses pembelajaran sehingga apa yang dilaksanakan dalam mendidik para siswa sebenarnya sudah merupakan kegiatan bimbingan. Guru melapor kepada kepala sekolah apabila permasalahan yang dihadapi siswa cukup berat. Kepala sekolah dapat mengambil keputusan dan memberikan bantuan kepada guru dalam menyelesaikan permasalahan siswa. 

Selain dengan kepala sekolah, guru selalu mengkomunikasikan perkembangan siswa kepada orang tua melalui rapat yang rutin dilakukan pada awal, selama, dan akhir tahun pelajaran, serta ketika penerimaan rapor. Apabila permaslahn-permaslahan tersebut tidak bisa diatasi oleh pembimbing bisa di alih tangan kepada pihak yang memang paham benar dan membidangi / pihak yang lebih ahli.

Di sini saya mencontohkan terdapat seorang siswa kelas 3 SD yaitu Danis yang mengalami masalah terkait dengan interaksi dan hubungan sosial dengan teman-temannya. Danis kesulitan mendapatkan teman dalam kegiatan berkelompok. Siswa dalam kelompok yang dibentuk oleh guru tidak memperbolehkan Danis ikut mengerjakan tugas kelompok. Di samping itu, Danis sering duduk sendiri karena tidak ada teman yang mau duduk sebangku selama proses pembelajaran. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa Danis merupakan siswa yang terisolir. Hal ini didukung bahwa Danis merupakan siswa yang tidak dipilih pada pilihan disukai saat bermain oleh teman satu kelasnya. Diketahui pula beberapa alasan siswa lain tidak memilih Danis antara lain karena bau, suka bohong, dan nakal.

Perbedaan dalam hal kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisik, dan latar belakang keluarga serta pengalaman belajar siswa menggambarkan adanya variasi kebutuhan pengembangan secara utuh dan optimal. Bidang bimbingan untuk siswa yang kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya seperti siswa terisolir cenderung lebih banyak pada bidang pribadi dan sosial. 

Dengan bimbingan pribadi sosial, siswa memperoleh bantuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya sehingga siswa diharapkan dapat melakukan interaksi sosial dengan lebih baik.

Guru kelas memiliki pemahaman bahwa bimbingan pribadi sosial di sekolah dasar sebagai upaya pemberian bekal hal-hal baik yang sederhana, pemberian informasi tentang kesehatan dan kebersihan, serta pengembangan diri dari guru kelas kepada siswa secara terpadu dengan pembelajaran. Pemahaman guru kelas bahwa bimbingan di sekolah dasar dilaksanakan secara terpadu dalam pembelajaran menunjukkan bahwa guru kelas menyadari tanggungjawabnya untuk melaksanakan bimbingan di samping melaksanakan proses belajar mengajar. 

Guru kelas menyampaikan bahwa bimbingan di sekolah dasar seperti memberitahu siswa untuk menghargai sesama teman, memperingatkan siswa yang masih bandel, memberi perhatian khusus pada siswa yang sering tidak masuk sekolah dan memberi waktu tambahan pada siswa yang belum mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu, siswa diberi pengarahan terkait cita-cita dan cara meraihnya serta informasi kesehatan dan kebersihan.

Ngalimun (2014: 91) menjelaskan bahwa masalah pribadi terdiri dari masalah individu berkaitan dengan Tuhan yang berakibat pada timbulnya sikap was-was, ragu-ragu, berprasangka buruk, lemah motivasi, dan tidak mampu bersikap mandiri dalam melakukan segala hal dan berkenaan dengan diri sendiri. 

Berkaitan dengan hal tersebut guru membiasakan siswa berdoa saat apel pagi, sebelum, dan sesudah pelajaran serta mengucapkan salam. Sebagai bentuk dukungan terhadap sikap siswa dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, guru kelas mengingatkan dan menekankan salat lima waktu dari kecil. Selain itu, guru kelas mengkondisikan siswa untuk berdoa sendiri maupun bersama-sama dan memberikan pengetahuan tentang ajaran agama yang dianut oleh siswa.

Selain itu, Moertensen (Yusuf Gunawan, 1994: 42) menyatakan bahwa seorang guru dapat memberikan bantuan yang efektif jika dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Berdasarkan informasi mengenai siswa, guru kemudian dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangannya. Guru kelas mengenal dan menginformasikan kekuatan diri yang dimiliki siswa terisolir. Kekuatan diri siswa terisolir yang diketahui guru kelas adalah rasa percaya diri yang baik.

Seperti yang dinyatakan oleh Abu Darwis (2006: 135) bahwa dalam menghadapi anak yang tidak diterima oleh kelompok sebaya guru harus menemukan lebih dahulu apa yang dapat dikerjakan oleh anak itu dan memanfaatkannya. Jika guru belum mengenal bakat dan minat siswa terisolir secara khusus maka belum ada pula upaya penyaluran baik dari guru maupun siswa terisolir kepada kegiatan yang dapat mengembangkan bakat dan minat. Bentuk bantuan mengatasi kelemahan diri yang diberikan oleh guru kelas kepada siswa terisolir lebih banyak berupa latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung.

Menurut T. Safaria (2005: 41-42) siswa membutuhkan penerimaan dan dukungan teman sebaya. Siswa tidak hanya mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung, namun juga perlu menjadi siswa yang diterima dan didukung oleh teman sebayanya. Terlebih siswa terisolir yang memang mengalami hambatan dalam memperoleh penerimaan dan dukungan dari teman sebayanya. Berkaitan dengan hal tersebut, belum terdapat penanggulangan kesulitan siswa terisolir dalam memperoleh kelompok.

Sesuai dengan karakteristik bimbingan di sekolah dasar menurut Dinkmeyer dan Caldwell (Ngalimun, 2014: 159) dalam memberikan bimbingan guru kelas melibatkan orang tua sebagai pihak yang berpengaruh bagi siswa sekolah dasar. Pengenalan dan pemahaman kekuatan, bakat, minat, kelemahan diri, dan pengambilan keputusan sederhana guru sampaikan pada orang tua siswa. 

Meskipun demikian, penting juga bagi guru kelas untuk memberikan pemahaman pribadi yang dimiliki kepada siswa yang bersangkutan. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat mengenali dan menerima dirinya sendiri. Menurut Yusuf Gunawan (1992: 14) sepanjang individu dapat menerima dirinya, ia akan tumbuh secara kontinu dan selalu mengembangkan potensinya. Jika ia tidak menerima dirinya, banyak tenaganya akan dipakai untuk mempertahankan diri daripada untuk eksplorasi dan aktualisasi dirinya.

Dalam melaksanakan bimbingan sosial untuk siswa terisolir, guru hendaknya mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa. Guru kelas melatih kemampuan siswa terisolir dalam berkomunikasi melalui lisan dengan memberikan perintah dan nasihat. 

Guru memberikan intruksi-instruksi lisan kepada siswa selama pembelajaran berlangsung. Nasihat yang diberikan guru cenderung lebih banyak pada perilaku selama mengikuti pelajaran. Berkaitan dengan upaya guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasinya, siswa terisolir mendengarkan, memahami, dan memberi respon pada perintah dan nasihat yang diberikan guru dengan mengangguk, mengatakan "ya, Bu" atau langsung mengikuti apa yang dikatakan guru. 

Selain mendengarkan, siswa juga dilatih guru kelas untuk menyampaikan pendapat dan bercerita di depan kelas. Dalam berkomunikasi melalui tulisan, siswa terisolir masih mengalami kesulitan yang ditandai dengan kesulitan memahami petunjuk mengerjakan soal. Komunikasi tulisan terkait dengan kemampuan membaca dan menulis.

Berkaitan dengan hal tersebut, guru kelas melatih kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dengan memberikan beberapa jenis soal dengan petunjuk yang berbeda. Ketika siswa terisolir tidak memahami petunjuk soal yang diberikan, maka siswa terisolir akan bertanya pada guru atau temannya. Upaya yang dilakukan guru kelas sesuai materi pokok bimbingan sosial yang telah dijelaskan oleh Prayitno (2001: 78) yaitu pengembangan kemampuan berkomunikasi melalui lisan dan tulisan. Guru berupaya untuk menanamkan tata krama dan membantu siswa terisolir menjalin hubungan sosial yang baik dengan teman. Guru menyampaikan bahwa dengan orang tua harus menghormati. Siswa terisolir telah memiliki tata krama yang baik terhadap orang yang lebih tua sehingga guru memberikan semangat untuk mempertahankan hal positif tersebut. 

Kegiatan tersebut termasuk materi pokok yang telah dijelaskan oleh Prayitno (2001: 78) yaitu pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial baik di rumah, sekolah, dan masyarakat. Selain itu, sikap siswa terisolir terhadap teman juga baik sehingga usaha yang dilakukan guru adalah dengan memberitahu teman-teman siswa agar tidak mengucilkan dan menyuruh bekerja kelompok.

Bimbingan sosial untuk siswa terisolir dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran sehingga dalam memberikan bantuan guru hendaknya menyusun pembelajan sedemikian rupa sesuai keadaan dan kebutuhan siswa. 

Seperti yang dijelaskan oleh Abu Darwis (2006: 135) bahwa guru harus menghadapi anak yang tidak diterima oleh kelompok teman sebaya dengan melibatkan anak itu dalam aktivitas anakanak sebayanya. Siswa terisolir diarahkan untuk mampu menyelesaikan malasah dengan teman. Ketika siswa terisolir mengalami masalah dengan teman, guru kelas menyuruh saling meminta maaf. Sikap pemaaf dan meminta maaf efektif dalam penyelesaian konflik. Sesuai dengan materi pokok bimbingan sosial yang ketiga menurut Prayitno (2001: 78) yaitu pemantapan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya.. 

Selain itu, siswa terisolir dilatih untuk tidak sungkan untuk menolong teman yang membutuhkan pertolongan. Guru kelas memberikan motivasi untuk menjaga atau mengembangkan sisi positif siswa yang akan menjadikan anak disukai oleh teman-temannya. Guru juga memberitahu siswa yang lain untuk berteman.

Dari semua ini kita tahu bahwa bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan yang diberikan oleh guru yang berperan sebagai pembimbing terhadap siswa yang mempunyai kendala atau permasalahan yang memerlukan pembimbingan secara khusus, agar mampu mengatasi permasalahan yang dialaminya, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang harmonis dilingkungannya. Misal di lingkungan sekolah dapat menjalin hubungan harmonis dengan teman-temannya. 

Bimbingan pribadi sosial dilakukan untuk memahankan peserta didik yang bersangkutan paham akan dirinya sendiri secara utuh, memahami kelemahan dan kekuatan yang ada pada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada diluar diluar dirinya. Bimbingan pribadi sosial juga digunakan untuk mendorong individu agar mampu berkomunikasi dengan sehat dengan lingkungannya. 

Dan dengan bimbingan pribadi sosial diharapkan agar individu dapat bertahan dengan keadaan, dapat menerima keadaan, dan dapat mengontrol dirinya. Tujuannya adalah dapat mengantisipasi terjadinya masalah yang berkelanjutan serta dapat menyelesaikan permasalahan dan juga dapat mengembangan siswa secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (1977). Bimbingan & Penyuluhan di Sekolah. Semarang: Toha Putra.

Astuti, Retno. (2016). Pemahaman Guru Kelas Terhadap Materi Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Siswa Terisolir. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(31).

Darwis, Abu. (2006). Pengubahan Perilaku Menyimpang Murid Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan

Ngalimun. (2014). Bimbingan Konseling di SD/ MI: Suatu Pendekatan Proses. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Prayitno. (2001). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Yusuf Gunawan. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun