Pada tanggal 1 Januari 2019, sebuah pesawat antariksa NASA berhasil terbang melintasi sebuah objek asteroid terjauh yang belum pernah dijelajahi dan dilintasi sebelumnya. Hal ini menjadikan wahana tersebut sebagai benda manusia pertama yang melintasi objek terjauh di Tata Surya, di luar Neptunus.Â
Sebelumnya, wahana ini menjadi wahana pertama yang mendekati dan mengobesrvasi Pluto, planet kerdil yang sebelumnya dianggap para peneliti sebagai planet dan belum pernah dijelajahi sejak ditemukan pada 1930. Pesawat tersebut bernama New Horizons, yang bermakna cakrawala baru dalam eksplorasi luar angkasa.
Pengiriman New Horizons ke Pluto tak lepas dari ide NASA untuk meneliti planet kerdil tersebut pada akhir 1980an. Agak ironis, karena seluruh planet di Tata Surya  telah dan akan dijelajahi setidaknya sekali oleh wahana antariksa (termasuk Uranus dan Neptunus yang dilintasi oleh Voyager 2 pada 1986 dan 1989).Â
Hanya Pluto yang belum sekalipun dieksplorasi. Apalagi, kala itu banyak astronom yang penasaran bagaimana kondisi objek Sabuk Kuiper terbesar tersebut, mengingat penelitian mengenai Pluto hanya dapat dilakukan oleh teleskop berkekuatan tinggi, dengan kemampuan yang terbatas pula.
Jarak dari Bumi ke Pluto lebih dari lima miliar kilometer. Dari teleskop terbesar sekalipun, Pluto terlihat bagaikan sebuah titik yang terang, laksana bintang di kejauhan.Â
Penelitian mengenai Pluto terbatas pada gerakan planet dan dinamika terhadap benda langit lainnya. Selebihnya, para ilmuwan hanya dapat menaksir dan memberikan data-data perkiraan mengenai planet kerdil tersebut. Praktis, tidak ada foto atau gambar fisik resmi mengenai Pluto, sehingga para ilmuwan mengandalkan citra buatan seniman untuk memberikan gambaran tentang planet terjauh itu kepada khalayak.
Tentunya, dana yang harus dianggarkan mencapai belasan miliar dolar. Agar biaya lebih terjangkau, komponen dan peralatan ilmiah wahana tersebut menggunakan jenis yang sama dengan wahana eksplorasi planet sebelumnya, Voyager dan Galileo. Mariner Mark II direncanakan akan dikembangkan JPL antara 1993 hingga 2000.
Rupanya, pengembangan Mariner Mark II tak berlangsung mulus. Masalah klasik lagi-lagi menghantui keberlanjutan program ini: pemangkasan anggaran. Presiden Clinton nampaknya tak menempatkan eksplorasi angkasa luar sebagai prioritas. Pemerintah AS kala itu mempertimbangkan untuk mendanai program Planetary Observer dan Discovery yang jauh lebih murah.Â
Pemangkasan anggaran membuat banyak petinggi NASA pening karena membuat sejumlah misi penelitian antariksa lain seperti Cassini diundur peluncurannya, sementara sebagian misi lainnya harus ditangguhkan bahkan dicoret, termasuk di antaranya Mariner Mark II.
Tahun 2000, program penjelajahan Pluto kembali digaungkan NASA. Program bertajuk New Frontiers ini agaknya didukung oleh Pemerintah AS. Setelah beberapa kali uji konsep dan presentasi, Applied Physics Laboratory (APL) dari Universitas John Hopkins sebagai perancang utama program tersebut akhirnya resmi menunjuk New Horizons sebagai wahana penjelajah Pluto pada 2001.Â