Negara-negara Asia Tenggara pada dasarnya memiliki kedekatan dalam berbagai bidang dan disatukan oleh organisasi regional ASEAN. ASEAN merupakan organisasi yang beranggotakan negara-negara di Asia Tenggara. Didirikan pada 8 Agustus 1967 oleh perwakilan dari lima negara (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina), ASEAN pada awalnya memiliki tujuan manifes untuk membendung pengaruh komunisme di Asia Tenggara, yang saat itu menyebar di wilayah Indocina. Komunisme dianggap sebagai momok yang menakutkan bagi banyak negara, terutama yang berafiliasi dengan Blok Barat termasuk sebagian di antaranya adalah di Asia Tenggara.Â
Hingga kini, ASEAN memiliki sepuluh negara anggota dan dua pengamat (Timor Leste dan Papua Nugini), dan memiliki kerangka kerja sama intensif dalam berbagai bidang. Pasca usainya Perang Vietnam, Konflik Kamboja dan utamanya Perang Dingin, ASEAN mengalami pergeseran fungsi. Sejak beberapa dekade terakhir, ASEAN mengalami transformasi, dari awalnya merupakan institusi yang berfokus pada pembendungan pengaruh komunisme menjadi organisasi yang mewadahi kerja sama negara-negara Asia Tenggara dalam bidang ekonomi, sosial-budaya, hingga keamanan.Â
Hubungan antarnegara di Asia Tenggara semakin solid sejak seluruh negara di kawasan tersebut bergabung dengan ASEAN. Adanya kedekatan antarnegara di kawasan ini menunjukkan adanya konsep regionalisme yang sedang berusaha diwujudkan oleh ASEAN pasca Perang Dingin hingga kini.Â
Serupa dengan UE, ASEAN juga merancang suatu konsep perdagangan bebas yang berlandaskan komunitas ekonomi. Konsep ini bernama ASEAN Vision, yang disetujui pada 1997, ketika pertemuan hari jadi ASEAN yang ke-30 di Kuala Lumpur. Bedanya, UE sukses dalam mengusahakan terwujudnya regionalisme, sementara ASEAN hingga kini belum mampu benar-benar mewujudkan regionalisme di wilayah Asia Tenggara.
Konsep regionalisme ASEAN telah mengalami pergeseran dari ideologis (antikomunisme) menjadi sosial-ekonomi. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan arus politik global yang semakin multipolar pasca Perang Dingin. Berakhirnya Perang Dingin dengan AS sebagai pemenangnya dan runtuhnya Uni Soviet mendorong munculnya berbagai kekuatan politik dan ekonomi baru.
ASEAN berusaha menjadi salah satu 'pemain' dalam kancah persaingan politik-ekonomi dunia di era pasca Perang Dingin. Belum lagi, era globalisasi menuntut negara-negara di berbagai wilayah untuk melakukan integrasi, demi menghadapi persaingan tersebut sekaligus berusaha untuk memajukan diri mereka sendiri.
Negara-negara anggota ASEAN memiliki kedekatan historis. Kecuali Thailand, semua negara ASEAN pernah diduduki oleh bangsa kolonial setidaknya selama satu periode sejarah mereka. Malaysia, Myanmar, dan Singapura pernah dikuasai Inggris. Indonesia oleh Belanda, Filipina oleh Spanyol dan AS, dan wilayah Indocina oleh Prancis.Â
Terjadi pula kedekatan secara politik, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, negara-negara ASEAN pada awalnya adalah antikomunis. Pasca runtuhnya komunisme, barulah negara-negara yang awalnya berideologi komunis mulai melakukan dekomunisasi (meskipun belum secara total) dan bergabung dengan ASEAN. Negara-negara ASEAN juga dekat karena pernah terlibat dalam konflik ideologi ketika Perang Dingin.
Secara ekonomi, anggota ASEAN pada dasarnya merupakan negara berkembang yang perekonomiannya masih bersifat ekstraktif. Banyak di antaranya yang bertumpu pada eksplorasi bahan mentah, seperti hasil pertanian atau bahan tambang. Hanya saja, segelintir negara anggota ASEAN mampu melakukan inovasi dengan mengubah perekonomiannya secara struktural.Â
Singapura, yang pada awalnya merupakan negara miskin yang kurang berkembang dan tidak memiliki sumber daya alam yang memadai menjadi negara maju yang bergantung pada industri teknologi tinggi serta jasa. Negara-negara Asia Tenggara lain baru-baru ini juga mengembangkan sektor ekonomi tersebut semenjak menguatnya globalisasi.