Mohon tunggu...
Alfin Febrian Basundoro
Alfin Febrian Basundoro Mohon Tunggu... Freelancer - Menuliskan isi pikiran, bukan isi hati

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UGM 2018, tertarik pada isu-isu politik dan keamanan internasional, kedirgantaraan, militer, dan eksplorasi luar angkasa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Regionalisme Asia Tenggara yang Tak Kunjung Terwujud

13 Desember 2018   20:48 Diperbarui: 13 Desember 2018   21:04 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara-negara Asia Tenggara pada dasarnya memiliki kedekatan dalam berbagai bidang dan disatukan oleh organisasi regional ASEAN. ASEAN merupakan organisasi yang beranggotakan negara-negara di Asia Tenggara. Didirikan pada 8 Agustus 1967 oleh perwakilan dari lima negara (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina), ASEAN pada awalnya memiliki tujuan manifes untuk membendung pengaruh komunisme di Asia Tenggara, yang saat itu menyebar di wilayah Indocina. Komunisme dianggap sebagai momok yang menakutkan bagi banyak negara, terutama yang berafiliasi dengan Blok Barat termasuk sebagian di antaranya adalah di Asia Tenggara. 

Hingga kini, ASEAN memiliki sepuluh negara anggota dan dua pengamat (Timor Leste dan Papua Nugini), dan memiliki kerangka kerja sama intensif dalam berbagai bidang. Pasca usainya Perang Vietnam, Konflik Kamboja dan utamanya Perang Dingin, ASEAN mengalami pergeseran fungsi. Sejak beberapa dekade terakhir, ASEAN mengalami transformasi, dari awalnya merupakan institusi yang berfokus pada pembendungan pengaruh komunisme menjadi organisasi yang mewadahi kerja sama negara-negara Asia Tenggara dalam bidang ekonomi, sosial-budaya, hingga keamanan. 

Hubungan antarnegara di Asia Tenggara semakin solid sejak seluruh negara di kawasan tersebut bergabung dengan ASEAN. Adanya kedekatan antarnegara di kawasan ini menunjukkan adanya konsep regionalisme yang sedang berusaha diwujudkan oleh ASEAN pasca Perang Dingin hingga kini. 

thestraitstime.com
thestraitstime.com
Nampaknya, ASEAN menggunakan Uni Eropa sebagai model dalam mewujudkan konsep regionalisme tersebut. Hal ini dapat terlihat dari berbagai perjanjian dan kesepakatan yang diratifikasi oleh negara-negara anggotanya. Tak hanya itu, dalam pertemuan puncak ASEAN pasti terjadi penandatanganan kesepakatan atau nota kesepahaman antarnegara ASEAN. 

Serupa dengan UE, ASEAN juga merancang suatu konsep perdagangan bebas yang berlandaskan komunitas ekonomi. Konsep ini bernama ASEAN Vision, yang disetujui pada 1997, ketika pertemuan hari jadi ASEAN yang ke-30 di Kuala Lumpur. Bedanya, UE sukses dalam mengusahakan terwujudnya regionalisme, sementara ASEAN hingga kini belum mampu benar-benar mewujudkan regionalisme di wilayah Asia Tenggara.

Konsep regionalisme ASEAN telah mengalami pergeseran dari ideologis (antikomunisme) menjadi sosial-ekonomi. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan arus politik global yang semakin multipolar pasca Perang Dingin. Berakhirnya Perang Dingin dengan AS sebagai pemenangnya dan runtuhnya Uni Soviet mendorong munculnya berbagai kekuatan politik dan ekonomi baru.

ASEAN berusaha menjadi salah satu 'pemain' dalam kancah persaingan politik-ekonomi dunia di era pasca Perang Dingin. Belum lagi, era globalisasi menuntut negara-negara di berbagai wilayah untuk melakukan integrasi, demi menghadapi persaingan tersebut sekaligus berusaha untuk memajukan diri mereka sendiri.

Negara-negara anggota ASEAN memiliki kedekatan historis. Kecuali Thailand, semua negara ASEAN pernah diduduki oleh bangsa kolonial setidaknya selama satu periode sejarah mereka. Malaysia, Myanmar, dan Singapura pernah dikuasai Inggris. Indonesia oleh Belanda, Filipina oleh Spanyol dan AS, dan wilayah Indocina oleh Prancis. 

Terjadi pula kedekatan secara politik, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, negara-negara ASEAN pada awalnya adalah antikomunis. Pasca runtuhnya komunisme, barulah negara-negara yang awalnya berideologi komunis mulai melakukan dekomunisasi (meskipun belum secara total) dan bergabung dengan ASEAN. Negara-negara ASEAN juga dekat karena pernah terlibat dalam konflik ideologi ketika Perang Dingin.

Secara ekonomi, anggota ASEAN pada dasarnya merupakan negara berkembang yang perekonomiannya masih bersifat ekstraktif. Banyak di antaranya yang bertumpu pada eksplorasi bahan mentah, seperti hasil pertanian atau bahan tambang. Hanya saja, segelintir negara anggota ASEAN mampu melakukan inovasi dengan mengubah perekonomiannya secara struktural. 

Singapura, yang pada awalnya merupakan negara miskin yang kurang berkembang dan tidak memiliki sumber daya alam yang memadai menjadi negara maju yang bergantung pada industri teknologi tinggi serta jasa. Negara-negara Asia Tenggara lain baru-baru ini juga mengembangkan sektor ekonomi tersebut semenjak menguatnya globalisasi.

 Terdapat beberapa langkah yang dilakukan ASEAN untuk mengusahakan terbentuknya regionalisme, di antaranya:

  • Regionalisme ASEAN sudah mulai dicetuskan sejak Deklarasi ASEAN pada 1975. Deklarasi ASEAN yang termaktup dalam Bali Concord II menjadi cermin bagaimana kerjasama kawasan ini merespon globalisasi ekonomi.
  • ASEAN Economic Community (AEC) merupakan realisasi atas tujuan akhir integrasi ekonomi sebagaimana telah digariskan dalam visi ASEAN 2020, namun implementasinya dipercepat menjadi tahun 2015. Lebih lanjut, visi AEC adalah untuk menciptakan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan kompetitif di mana terjadi aliran-aliran bebas barang, layanan, investasi, dan aliran kapital, pembangunan ekonomi yang adil dan pengurangan kemiskinan dan disparitas sosio-ekonomi.
  • Sebagai tindak lanjut dari AEC, dibentuk kerangka kerja mengenai rencana integrasi perekonomian ASEAN. Pada pertemuan puncak ASEAN ke-13 di Singapura pada 2007 diputuskan bahwa ASEAN akan membentuk pasar global yang terintegrasi, dengan peningkatan kerja sama pada bidang pembangunan infrastruktur perekonomian, peningkatan konektivitas informasi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Harapannya bahwa integrasi perekonomian ini akan meningkatkan kesejahteraan dan daya saing ekonomi ASEAN terutama dalam kancah perdagangan bebas berskala global.
  • Adanya rencana integrasi ekonomi juga mengarah pada integrasi finansial ASEAN dengan rencana pembentukan mata uang tunggal, seperti Uni Eropa. Apalagi, perdagangan bebas yang semakin kuat membutuhkan kemudahan bertransaksi antarnegara anggota

Namun, meskipun sudah terdapat berbagai kesepakatan mengenai konsep regionalisme ASEAN ditambah berbagai konsepsi mengenai komunitas ASEAN, terlebih dengan adanya usaha integrasi ekonomi, hingga kini regionalisme yang mengarah pada integrasi masyarakat di wilayah Asia Tenggara belum juga terwujud. Tidak seperti Uni Eropa yang sudah berhasil menerapkan integrasi dalam berbagai bidang dan mengadopsi konsep regionalisme dengan hampir sempurna, Asia Tenggara masih belum mampu mewujudkan konsepsi regionalisme yang sudah dirancang.

weforum.org
weforum.org
Perdagangan bebas yang sudah dicanangkan oleh ASEAN sejak akhir dekade 1990an belum benar-benar terwujud. Baru beberapa negara dengan kondisi ekonomi yang relatif maju seperti Singapura, Malaysia dan Thailand yang mampu menerapkan sistem perdagangan bebas. 

Hal ini menyebabkan arus perdagangan di Asia Tenggara bahkan untuk sesama negara ASEAN relatif rendah dibanding antara negara ASEAN dengan negara lain dengan perekonomian yang lebih kuat seperti Tiongkok, Jepang, Australia, atau India. Sementara itu, berbagai cetak biru integrasi regional ASEAN dalam bidang lain seperti pertahanan-keamanan dan sosial-budaya juga menghadapi nasib serupa, belum terwujudnya cetak biru tersebut.

Terdapat beberapa faktor mengapa negara-negara Asia Tenggara, terutama dalam ASEAN belum dapat mewujudkan integrasi regional, meskipun kesepakatan mengenai hal tersebut sudah direncanakan dan disetujui secara bersama sejak beberapa dekade sebelumnya, di antaranya:

  • Ketimpangan ekonomi yang terjadi di Asia Tenggara. Negara-negara Indocina yang notabene merupakan anggota ASEAN yang masih 'hijau' memiliki kondisi perekonomian yang relatif belum mapan jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti Thailand atau Malaysia. Kawasan Indocina merupakan daerah yang mengalami konflik hebat sepanjang dekade 1960 hingga 1980an, sehingga struktur ekonomi di kawasan tersebut masih tidak sekuat negara-negara ASEAN lainnya. Pendapatan per kapita yang rendah, indeks pembangunan manusia yang belum memadai, serta ketergantungan pada sistem ekonomi terpusat dan bantuan asing menjadi tantangan yang harus dihadapi kawasan Indocina dalam menerapkan perdagangan bebas dan integrasi ASEAN.
  • Kualitas sumber daya manusia yang belum merata. Masih banyak negara ASEAN yang medioker dalam pengembangan SDM. Singapura dan Malaysia merupakan contoh negara yang sukses dalam meningkatkan kualitas SDM mereka. Kurangnya kualitas pendidikan ditengarai menjadi penyebab utama dari ketimpangan kualitas SDM, sehingga menyebabkan kurangnya daya saing banyak negara ASEAN. Sementara itu, AEC memungkinkan adanya arus perpindahan tenaga kerja antarnegara, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing. Hal ini yang tidak dimiliki oleh banyak negara ASEAN.
  •  Kebijakan ASEAN yang bersifat nonintervensi, sehingga menyebabkan negara-negara ASEAN seolah berjalan sendiri-sendiri dalam menyelesaikan masalah dan terkesan tidak terintegrasi. Hal ini dapat terlihat dari penyelesaian masalah regional seperti masalah pengungsi Rohingya, sengketa Laut Tiongkok Selatan, hingga perang dagang antara Tiongkok-AS yang cenderung dihadapi secara individu oleh tiap negara. Tentu hal ini dapat mengancam integrasi ASEAN karena kurangnya proses penyatuan kebijakan antarnegara ASEAN.

weforum.org
weforum.org
  • Masih terjadinya konflik antara negara ASEAN, sehingga menyebabkan kurang harmonisnya lingkungan kerja sama regional di Asia Tenggara, seperti konflik Laut Tiongkok Selatan, konflik perbatasan di wilayah Indocina, hingga rivalitas Indonesia dan Malaysia.

Dapat disimpulkan bahwa negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada dasarnya memiliki kedekatan dalam berbagai bidang. Hal Inilah yang seharusnya dapat menjadi pendorong terbentuknya regionalisme dan integrasi antarnegara di kawasan tersebut. ASEAN sebagai wadah kerja sama negara-negara di kawasan ini juga sudah menetapkan dan menyepakati adanya rancangan integrasi kawasan hingga masyarakat ekonomi. 

Namun, integrasi di kawasan Asia Tenggara belum juga terwujud secara komprehensif. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab terhambatnya regionalisme ASEAN, seperti ketimpangan ekonomi, kualitas SDM yang masih belum merata, hingga kebijakan nonintervensi dan masih adanya konflik kepentingan antarnegara ASEAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun