Mohon tunggu...
Alfin Febrian Basundoro
Alfin Febrian Basundoro Mohon Tunggu... Freelancer - Menuliskan isi pikiran, bukan isi hati

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UGM 2018, tertarik pada isu-isu politik dan keamanan internasional, kedirgantaraan, militer, dan eksplorasi luar angkasa.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bagaimana Lompatan Ekonomi Terjadi di Rwanda?

24 November 2018   21:39 Diperbarui: 27 November 2018   13:08 2755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(history.com)
(history.com)
Saat Kagame diangkat menjadi presiden, optimisme di kalangan masyarakat meningkat. Pasalnya, Kagame adalah mantan panglima RPF yang kharismatik. Ia dinilai masyarakat mampu memperbaiki kondisi negara dan memiliki kapabilitas kepemimpinan.

Hal pertama yang Kagame lakukan setelah dilantik adalah mengampanyekan perdamaian. Ia menggalang perdamaian dengan berkeliling ke desa-desa dan menyerukan masyarakat agar bersatu tanpa memandang ras, agama, dan kedudukan masing-masing. Selain itu, ia membentuk pemerintahan inklusif yang terbuka bagi setiap suku dan ras.

Ia juga mencabut kartu identitas penduduk yang ia nilai sangat rasial dan membeda-bedakan penduduk. Penggunaan kata 'Tutsi', 'Hutu', 'Twa', dan nama-nama suku lain secara bertahap dilarang. Menurutnya, setiap suku di Rwanda adalah saudara dan merupakan orang Rwanda. Ia juga mengubah konstitusi negara menjadi lebih pluralis dan humanis.

Untuk membangun kembali negaranya yang hancur akibat perang saudara, ia pergi ke negara-negara maju di Asia dan Eropa, seperti Jerman, Jepang, Tiongkok, dan Singapura. Negara-negara yang ia kunjungi merupakan negara yang pernah hancur akibat perang, namun dapat bangkit dalam waktu yang relatif singkat. Di sana, ia menemui para ekonom dan ahli perencanaan wilayah dan berkonsultasi dengan mereka. Hasil pertemuannya ia bawa kembali ke Rwanda.

Lambat laun, atas saran para ekonom serta bantuan dari berbagai negara dan organisasi internasional, Rwanda mulai terbangun kembali. Pada 2000, pendapatan per kapita Rwanda kembali ke angka yang sama ketika perang saudara, kurang lebih $550, bila dibandingkan dengan ketika medio 1990an yang hanya berada pada angka $200-$300.

Setelah terplihnya kembali Kagame sebagai Presiden Rwanda pada 2003, ia meluncurkan program yang ambisius, yaitu Visi 2020. Dalam visi tersebut, ia menargetkan Rwanda menjadi negara dengan pendapatan menengah, dengan peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur. Pertanian berkelanjutan juga menjadi salah satu aspek, karena Rwanda amat bergantung pada sektor tersebut.

Sejak itulah, diadakan pembangunan besar-besaran di Rwanda. Anggaran pendidikan ditingkatkan hingga mencapai 17% APBN. Sekolah-sekolah dan klinik-klinik kesehatan, serta Rumah Sakit dibuka di berbagai daerah, terutama pedesaan. Angka buta huruf terus ditekan. Sementara itu, angka harapan hidup terus diupayakan agar meningkat.

Keran investasi asing di kota besar seperti Kigali dibuka. Masyarakat diberi kemudahan oleh pemerintah untuk melakukan bisnis dan membuka usaha. Negeri ini juga membuka lebar-lebar akses teknologi informasi. Perusahaan transportasi berbasis daring seperti ojek dan taksi juga didirikan dan didukung oleh pemerintah. Dikutip dari Reuters, Rwanda juga membangun kabel serat optik sepanjang 2.300 kilometer untuk melancarkan akses informasi.

Di bidang pertanian dan perkebunan, pemerintah memberikan dorongan bagi masyarakat untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan. Penanaman kopi dan teh, yang menjadi ekspor utama Rwanda meningkat secara signifikan. Sektor unggulan lain seperti pariwisata juga terus dikembangkan. Apalagi, Rwanda memiliki pemandangan alam yang indah dan taman-taman nasional.

(weaverscoffee.com)
(weaverscoffee.com)
Dampaknya mulai terasa pada dekade 2010. Menurut CIA World Factbook, pertumbuhan ekonomi Rwanda sepanjang 2005-2010 mencapai 8-9% tiap tahunnya. Penduduk miskin yang pada 2000 mencapai dua per tiga penduduk Rwanda, pada 2015 menurun hingga mecapai 42%. Angka melek huruf yang sebelum perang saudara tak lebih dari 40% meningkat hingga 71% pada 2009. 

Alhasil, pendapatan per kapita penduduk Rwanda meningkat dengan signifikan, mencapai $1.600 pada 2013 (IMF, 2013). Sejak 2011, Rwanda sudah melepaskan diri dari status negara miskin. Kini, Rwanda menjadi negara yang terus berkembang dan menatap kemajuan dengan Visi 2020-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun