Pola Baru di Indonesia-A.S. Hubungan
Pada tahun 2021, Indonesia bisa dibilang bergerak lebih dekat ke Amerika Serikat daripada beberapa tahun sebelumnya. Serangkaian interaksi tingkat tinggi antara kedua negara menunjukkan sejauh mana pemerintahan Biden menghargai Indonesia di tengah persaingannya dengan China.Â
Tonggak sejarah tersebut termasuk KTT COVID-19 yang dipimpin AS dan Forum Energi dan Iklim pada bulan September, pertemuan sampingan antara Biden dan Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada COP-26 pada bulan November dan terakhir, kunjungan Menteri Luar Negeri Anthony Blinken ke Jakarta.
Hanya dalam beberapa bulan, kedua negara telah berkomitmen untuk memperluas kerja sama dalam pemulihan COVID-19, investasi infrastruktur, energi terbarukan, dan reformasi lembaga multilateral.Â
Di Jakarta, Blinken memaparkan visi Indo-Pasifik Amerika dan memuji Indonesia atas kepemimpinannya di kawasan, khususnya dalam menjaga tatanan internasional berbasis aturan.Â
Revitalisasi Indonesia-A.S. kemitraan masih dalam tahap awal, dan akan membutuhkan konsolidasi praktis di tahun-tahun mendatang. Rizal Ramli baru-baru ini menulis di halaman-halaman ini bahwa keterlibatan Jakarta-Washington akan selalu dibayangi pertanyaan tentang keberlanjutan dan apakah mampu memberikan manfaat nyata.
Partisipasi Indonesia dalam Forum Multilateral
Presiden Indonesia secara aktif terlibat dalam dua forum multilateral terbesar tahun ini. Pada akhir Oktober, Jokowi menghadiri KTT G-20 di Italia yang memiliki sejumlah tujuan ambisius, seperti memperkuat arsitektur kesehatan global, mendorong ekosistem keuangan yang berkelanjutan, dan memajukan inklusi keuangan.Â
Jokowi juga mengusulkan pengaktifan kembali upaya konektivitas global, pertama pada penyediaan dan distribusi vaksin COVID-19 dan jangka panjang di bidang logistik transportasi, produksi dan jasa ekonomi, serta investasi infrastruktur.
G-20 di Italia memiliki arti khusus bagi Jakarta, karena Indonesia mengambil alih keketuaan pada tahun 2022. Indonesia memilih tema "Pulihkan Bersama, Pulih Lebih Kuat" yang menekankan nilai-nilai inklusi, kolaborasi, dan ketahanan. Indonesia memiliki keunggulan politik dan diplomatik sebagai kekuatan menengah yang nonblok, aktif, dan strategis yang berpotensi mendorong resolusi G-20 yang lebih berdampak dan dapat ditindaklanjuti.
Sementara itu, penampilan Jokowi di COP26 mendapat banyak perhatian global. Komitmen Indonesia terhadap upaya lingkungan global akan sangat penting, terutama di bidang deforestasi, transisi energi terbarukan, pembiayaan iklim, dan emisi karbon nol bersih. Di tengah menurunnya kepercayaan terhadap multilateralisme, kehadiran Indonesia dapat membantu menghidupkan kembali pola pikir kolektif di tingkat global.