Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Cerita Pendakian Bulu' Roangnge (Part 1)

22 September 2021   07:00 Diperbarui: 22 September 2021   07:08 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Samad dan patok penunjuk arah/Dokpri

Sabtu, 24 Juli 2021 adalah hari keberangkatan kami menuju Bulu' Roangnge. Bulu' Roangnge merupakan salah satu gunung yang terletak di Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare. Bulu' berarti gunung dalam bahasa Bugis, sementara Roangnge adalah nama gunung tersebut. 

Pendakian dilakukan bukan tanpa alasan. Pendakian ini dimaksudkan untuk melaksanakan salah satu program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kota kelahiran bapak B.J. Habibie ini. Kami berjumlah sembilan orang mahasiswa, yaitu Rage, Bagas, Asrullah, Sodik, Haksar, Vera, Anggun, Dija, dan saya sendiri. 

Sudah hampir dua bulan lamanya sejak pendakian dilakukan, tapi baru sekarang saya mendapat ilham untuk menulis pengalaman ini. Tak apalah, daripada tidak sama sekali. Setidaknya bisa diabadikan dalam tulisan, karena tidak ada yang bisa menjamin ingatan #ciyaahh. Okee, lanjut!

Pagi Sebelum Keberangkatan

Rencana awal adalah kami akan berkumpul di rumah pak Samad (seorang petani dari kelompok perhutanan sosial yang akan membersamai kami dalam perjalanan) pada pukul 6 pagi, mengingat pendakian yang akan dilakukan memakan waktu yang tidak sebentar. Habis salat subuh, saya segera bersiap-siap sambil menunggu jemputan dari Rage. Yak betul, saya nebeng dengan dia. 

Jarak tempuh antara rumah saya dengan rumah pak Samad sekitar 8,6 km. Kami tiba pukul enam lebih, meleset dari rencana awal. 

Setibanya di rumah pak Samad, ternyata yang datang baru Anggun sendiri! Jadilah kami bertiga menunggu kedatangan enam teman lainnya. Sambil menunggu, kami sedikit bercerita dengan pak Samad dan istri, sambil mengatur barang bawaan dalam pendakian nanti.  Akhirnya sekitar pukul 7, kami ber-sembilan telah lengkap dan bersiap untuk memulai perjalanan. Sebelum berangkat, kami berdoa bersama memohon keselamatan selama pendakian.

Pendakian Bulu' Roangnge

Kami mulai mendaki sekitar pukul 7 pagi. Yang berangkat berjumlah sebelas orang, termasuk pak Samad beserta istri. Tujuan dilakukannya pendakian ini adalah untuk melaksanakan salah satu program kerja KKN kami, khususnya program kerja pada bidang perhutanan sosial. 

Adapun program kerjanya yaitu pemasangan patok penunjuk arah di sepanjang jalan menuju lokasi HKm. HKm sendiri merupakan singkatan dari Hutan Kemasyarakatan, yaitu hutan negara yang pemanfaatannya ditujukan untuk pemberdayaan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar kawasan hutan (Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.P-88/Menhut-II/2014).

Pak Samad dan patok penunjuk arah/Dokpri
Pak Samad dan patok penunjuk arah/Dokpri

Perjalanan memakan waktu kurang lebih empat jam lamanya. Kami sempat singgah beberapa kali, beristirahat sebentar sambil mengatur pernafasan dan mengisi ulang tenaga dengan minum air. Kadang-kadang makan gula merah punyanya Rage.

Pak Samad jalannya cukup cepat, diikuti Dija yang entah kerasukan energi darimana bisa hampir menyamai kecepatan langkah pak Samad. Duo Rage dan Asrullah adalah yang paling berisik, entah dengan nyanyian ataupun lawakan. Well, mereka-lah komedian dan entertainer selama pendakian ini. Seru! 

Adapun Haksar adalah yang paling pendiam. Mungkin bisa dihitung jari jumlah kata yang diucapkannya selama pendakian, ckckck. Sementara Bagas dan Sodik adalah yang paling santuy. Dua sejoli dari fakultas teknik ini sepertinya sangat menikmati perjalanan. Saking menikmati, jalannya seringkali terpisah jauh dari rombongan. Ketika kami singgah sebentar, mereka baru akan tiba beberapa menit setelahnya, dengan lagu-lagu dari Dewa 19 yang mengudara dari speaker ponselnya. Asoooy~

Saya, Anggun, dan Vera masuk golongan moderat saja xD 

Istirahat sambil menunggu kedatangan Bagas dan Sodik/Dokpri
Istirahat sambil menunggu kedatangan Bagas dan Sodik/Dokpri
Pada satu jam pertama pendakian, tubuh saya mulai lelah, nafas ngos-ngosan, dan kaki makin berat. Inilah konsekuensi ketika kamu jarang olahraga lalu tiba-tiba melakukan kegiatan berat. Sepertinya tubuh saya kaget karena tiba-tiba dipaksa bekerja keras hahaha.

Sempat saya menanyakan ke istri pak Samad apa masih jauh atau sudah dekat, karena sepertinya kita sudah berjalan lama sekali. Akhirnya dijawab oleh si ibu bahwa perjalanan belum sampai setengah, ini masih seperempat. SEPEREMPAT! Subhanallah, saya hampir putus asa rasanya. Saya menyemangati diri. Yok bisa yok! Sampai diatas pasti capeknya terbayar, pokok e yakin saja! 

Perjalanan pun dilanjutkan. Kiri kanan cuma ada pohon. Kadang bunga. Tak lupa suara-suara serangga khas belantara. Suasananya sejuk dan damai. Tapi sekaligus juga monoton.

Hingga pada pertengahan perjalanan, tibalah kami di medan yang cukup curam, tapi mau tidak mau harus dilewati. Rasanya melelahkan. Tapi apa yang kami lihat setelah berada di atasnya adalah pemandangan yang (masyaallah) indah sekali! Rasa capek kami seperti hilang seketika, kendati pun kami masih setengah perjalanan. 

Jika biasanya untuk melihat gunung kita (setidaknya) perlu mendongak, kali ini tidak. Karena gunung benar-benar di hadapan kami. Gunung seperti berjajar rapi, bersekongkol untuk memukau mata kami. Masyaallah. 

Akhirnya kami singgah beristirahat (lagi). Sepertinya inilah tempat persinggahan kami yang paling lama. 

Pemandangan gunung yang kami lalui di perjalanan.(Kiri ke kanan) Alfina, Vera, Khadijah, Anggun/Dokpri
Pemandangan gunung yang kami lalui di perjalanan.(Kiri ke kanan) Alfina, Vera, Khadijah, Anggun/Dokpri

Lelah saat mendaki itu pasti.
Keringat yang mengaliri dahi, tak dapat dipungkiri.
Tapi kau punya pilihan, terus mengeluh sampai titik ego tertinggi atau melanjutkan perjalanan bersama kawan yang tak kan pernah meninggalkanmu sendiri.

Karena ada yang lebih indah di antara puncak dan lembah.
Seiring udara yang mengayunkan angin, tawa dan haru dalam perjalanan adalah hal yang tak kan pernah tak terceritakan.

Ada yang lebih tinggi dari puncak tertinggi.
Kaki-kakimu yang berpijak di atasnya dan rasa setia seorang kawan di sebelahmu.

-Anisa Andini (Higher Than It)

Setelah dirasa cukup, kami kembali melanjutkan perjalanan dengan tenaga yang seperti habis diisi ulang. Patok demi patok yang tersisa kemudian dipasang pada titik yang telah ditentukan. 

Syahdan, akhirnya kami tiba di kebun milik pak Samad. Kami singgah sejenak untuk mengambil beberapa perlengkapan seperti kompor, panci, dan beberapa perlengkapan lainnya. Di dalam kebun istri pak Samad memperlihatkan beberapa jenis tanaman yang ditanam oleh mereka, seperti mente dan merica. 

Rupanya kami tidak menginap di rumah kebun milik pak Samad, melainkan di rumah kebun milik pak Tuo yang masih harus ditempuh beberapa meter jauhnya dari kebun milik pak Samad. Di tengah perjalanan menuju rumah kebun milik pak Tuo, kami sempat kehilangan jejak pak Samad yang berjalan cepat sekali. Istri pak Samad pun ternyata lupa-lupa ingat dimana letak kebun pak Tuo. 

Setelah menelepon beberapa kali (di atas sana memang ada jaringan meski kurang bagus), akhirnya pak Samad menjemput kami di pos 1. Pos ini merupakan salah satu dari beberapa pos para pendaki yang hendak menuju gunung Nepo. Pos 1 ditandai dengan rumah kayu yang ada di sisi jalan. 

Ternyata kebun pak Tuo berada sebelum pos 1. Kami terlewat beberapa meter. Rumah kebunnya berada cukup jauh di dalam, tidak terlihat dari jalan. Akhirnya kami kembali beberapa meter lalu memasuki kawasan kebun milik pak Tuo. Rumah kebun beliau sudah di depan mata.

Daaan... Akhirnya! Saya seperti mendapat oase di tengah padang pasir. Amboooy nikmaaatnyooo~

Kami tiba sekitar pukul sebelas siang. Alhamdulillah semua selamat tanpa kurang apa pun. Seluruh patok telah terpasang. Hari yang tersisa hingga minggu esoknya kami isi dengan pengalaman dan cerita-cerita baru. 

Tunggu cerita part 2-nya yak! Hehehe~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun