Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Diri dari Pengalaman Antropolog Belanda, Roanne Van Voorst

8 Januari 2019   13:50 Diperbarui: 26 Desember 2020   08:55 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terakhir, sepasang suami istripun harus rela kehilangan anak yang usianya masih sangat muda, yaitu 7 tahun karena terserang penyakit diare. Mereka mendatangi tiga rumah sakit yang kemudian menolak memberi penanganan. Di rumah sakit keempat, kedatangan mereka tidak ditolak, akan tetapi justru dibiarkan tanpa perawatan. Dokter-dokter disana hanya mengatakan "Tunggu, sebentar lagi" namun pada akhirnya anak tersebut tak tertolong lagi.

Kawan-kawan, kisah ini benar-benar nyata. Ini hanya sebagian kecil dari banyaknya kisah yang mungkin mirip bahkan sama dengan kisah diatas. Tidak menutup kemungkinan, di tempat lain terjadi pula hal-hal serupa yang mungkin tidak terekspos oleh media. Penduduk Bantaran Kali seperti mengalami "trauma" dengan hal-hal yang berbau rumah sakit. Seringkali mereka ditolak karena alasan biaya. Mereka pada akhirnya lebih mempercayai ramuan dari salah satu penduduk untuk mengobati berbagai jenis penyakit yang mereka alami, yang tentunya akan jauh lebih murah dibandingkan pengobatan di rumah sakit.

Mungkin kita salah satu orang beruntung yang tidak mengalami hal-hal diatas, yang ketika sakit bisa segera diberi perawatan. Namun, berada di posisi mereka tentu akan sangat menyedihkan. Melihat orang-orang yang disayangi harus meregang nyawa karena pertolongan yang tak kunjung datang adalah hal yang tidak diharapkan oleh siapapun.

Sama sekali tidak bermaksud untuk menggurui, namun marilah kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Karena sejatinya kita adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, pun sebaliknya. Tak terhitung lagi banyaknya peranan orang lain dalam perjalanan untuk menjadi diri kita yang sekarang, baik disengaja maupun tidak.

Semoga kisah diatas bisa memberi pelajaran untuk kita semua. Marilah senantiasa memohon agar semoga profesi, pangkat, maupun jabatan yang kita miliki tidak melunturkan sisi kemanusiaan dalam diri kita, baik di masa sekarang maupun yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun