Mohon tunggu...
ALFIN ARRIZKI
ALFIN ARRIZKI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keberagaman

15 Agustus 2024   15:24 Diperbarui: 15 Agustus 2024   15:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh : Muhammad Sopian Sidik (Ketua PAC GP Ansor Gunungsindur)

Indonesia merupakan Negara yang sangat besar. Baik itu kondisi tanah dan lautnya maupun isinya. Saat ini hampir 3juta jiwa manusia yang menetap di dalamnya, dengan berbagai macam aneka ragam ada di Negara ini. Bahkan tercatat 1300 Suku Bangsa dilansir oleh KOMPAS.COM. Dari semua itu masuk dalam lingkaran 6 agama yang secara dah telah diresmikan oleh bangsa ini.

Berbicara soal keberagamaan. Indonesia adalah Bangsa yang tidak terlepas dari nilai-nilai keberagamaan. Baik secara budaya, suku bahkan Agama. Namun, sejauh manakah masyarakat Bangsa ini melihat keberagamaan tersebut. Apalagi pertanyaan tersebut dihadapkan kepada generasi muda atau kamu millenial saat ini. Tentunya pertanyaan ini hanya kita para kaum muda yang bisa menjawab. Apakah dengan kreativitas, inovasi dan lain sebagainya. Semua itu harus disadari bersama dan perlu adanya pembelajaran yang konsisten untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut.

Hakikat Keberagaman yang optimal merupakan sebuah cita-cita bersama. Terlepas dari persoalan sosial,politik dan lainnya ini merupakan misi bersama yang harus ditanamkan sejak kecil terhadap generasi Bangsa.Baik secara implisit maupun eksplisit. Bahkan  ini merupakan PR besar bangsa kita untuk dapat mengaktualisasikannya. Sehingga kedepan segala yang berbentuk intoleran,radikalisme dan kesenjangan kemanusiaan pun bisa terkikis.

Jika kita kembali pada belakangan silam. Bangsa ini sangat identik sekali dengan kemakmuran,keberagaman rakyatnya. Dari zaman kerajaan sampai zaman-zaman berikutnya.Walaupun memang perlu kerja keras para pemuka bangsa pada waktu itu, tetapi itu semua memnghasilkan sesuatu yang baik sampai saat ini,salah satunya nilai keberagaman.

Pada penyebaran islam yang dilakukan oleh para wali khususnya di pulau jawa, sangatlah menjungjung tinggi toleransi dan keberagaman yang melebur pada nilai-nilai budaya hingga akhirnya misi dakwah pun berhasil. Ini yang dilakukan oleh salah satu wali yakni Sunan Kudus yang menggunakan pendekatan humanis dalam berdakwah. Beliau menghormati masyarakat berbeda agama dengan tidak menyakitinya yang kemudian para msyarakat pun mengikuti dan sampai saat ini. Bagitu juga dengan Sunan Kalijaga yang mencoba melakukan peleburan budaya dalam dakwahnya yang kemudian berhasil membuat masyarakat memiliki peradaban yang baik. Dan banyak lagi para pemuka-pemuka Bangsa yang melakukan hal yang sama.Walaupun memang secara narasi berbeda tetapi sama secara subtansial.

Saat ini. Bangsa Indonesia dihadapkan banyak persoalan,baik secara eksternal maupun internal.Banyak narasi-narasi yang dapat menggerogoti generasi muda ,apalagi terkait soal Sara dan Rasisme yang memang sangat sensitif jika dipersoalkan. Disamping kemajuan teknologi yang dahsyat, media sosial pun menjadi wadah embrio fenomena tersebut. Bahkan tak sedikit para da'i dan mubaligh muda yang terus berjuang memberikan sentuhan-sentuhan melalui media digital untuk mengikis intoleran terhadap generasi muda.

Dilihat dari data Puslitbang Kementerian Agama, indeks kerukunan umat beragama 2021 di Indonesia mencapai skor tinggi dengan 72,39. Indikator KUB tersebut adalah toleransi 68,72, kerja sama 73,41, dan kesetaraan 75,03. KUB itu disebar kepada 136000 responden dari 34 provinsi.

Skor indeks kerukunan umat beragama dari tahun ke tahun juga berubah. Pada tahun 2017 sebanyak 72,27, 2018 menjadi 70,9, 2019 sebesar 73,83, 2020 sejumlah 67,46, dan 2021 meningkat 72,39.

Disalah satu daerah di Jawa Barat terdapat aktivitas yang memang bisa dijadikan contoh untuk menjungjung nilai-nilai keberagaman. Tepatnya di Desa Pabuaran Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor yang beberapa tahun silam mendapat gelar Desa Toleransi Di Jawa Barat. Disana berdampingan rumah-rumah ibadah dalam satu rukun warga. Ada masjid besar, klenteng, thaoisme, rumah ibadah hindu sick, gereja dan kuil budha. Begitupun dengan keseharian masyarakatnya, sangat harmonis sejak dahulu para petua-petua kampung sampai sekarang.

Para leluhur di sana memang memliki keakraban yang hangat. Bahkan tidak sedikit kegiatan-kegiatan kebudayaan yang dilakukan mencerminkan keberagaman masyarakat. Dari beberapa kegiatan tersebut salah satunya adalah Ngerasulan.Yakni, sebuah kegiatan yang mana masyarakat Tionghoa ikut serta dalam kegiatan Sedekah Bumi yang di lakukan oleh masyarakat muslim. Ada juga orang Tionghoa mengundang muslimin untuk doa bersama di kediamannya.

Dalam sektor perdagangan masyarakat disana saling berdampingan. Baik itu bisnis, usaha dan lain sebagainya. Ketika hari raya salah satu agama , tak segan agama lain pun memberikan hadiah kepadanya. Hari Lebaran umat kristen,konghucu dan lainnya berkunjung dan memeberikan hadiah berupa ketupat dan bingkisan lainnya. Bagitupun sebaliknya terhadap semua agama.

Fenomena seperti itu menjadi biasa saat ini,walaupun sudah mulai menipis . Namun apakah ini akan terus bertahan sampai nanti. Perlu adanya sebuah wadah yang kongkrit dan dukungan untuk menjaga serta merawat semua itu.

Lewat salah satu Organisasi kami mulai membangun komunikasi dan emosional kepada masyarakat semua agama terkhusus dengan generasi muda. Berharap agar terus hidup berdampingan guna mewujudkan nilai-nilai keberagaman yang optimal.

Aktivitas- aktivitas dialog ,diskusi telah dibangun bersama , namun semua itu akan lebih dirasakan ketika proses aktualisasi di fokuskan. Bagi saya tidak hanya selesai dengan diskusi tapi praktek dan implementasi yang harus di utamakan. Banyak hal kecil yang bisa dilakukan bersama diantaranya : kegiatan sosial, kemanusiaan, dan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun