"tuuuut....tuuuut.....tuuuuut" suara telephon berdering
"hallo fer ada apa ?"
"katanya lu mau nyari kosan ya?"Â tanya ferry pada piyan
"iya, sekarang juga lagi beres-beresin barang"
 "kalo mau di lantai satu kosan gua masih ada kamar kosong nih"
"oh gitu, ok nanti gua liat-liat"
Piyan adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu kampus negeri yang ada di Bandung dan Ferry adalah teman yang baru dia kenal dua minggu lalu.
Keesokan harinya.Â
Piyan menelephone ferry untuk mengecek bagaimana kondisi kosan yang akan di tempatinya
"fer gua ke kosan lu deh sekarang"
"yaudah kesini aja, kamar gua di lantai dua nomor delapan belas"Â
Ferry mengirimkan alamat kos yang dia tempati melalui whatsaap. Dua puluh menit kemudian piyan tiba di kosan ferry, letaknya berdampingan dengan rumah-rumah warga sekitar sehingga harus melewati jalanan kecil untuk sampai disana.
Kosan ini memiliki dua lantai yang membentuk kotak di tengahnya di jadikan tempat parkir, masing-masing lantai memiliki sepuluh kamar, tiap kamar dikosan itu tidak terlalu besar namun memiliki kamar mandi didalamnya.
Piyan turun dari motornya dan mulai masuk kearea kosan itu, tidak terlihat ada orang disana, sembari melihat-lihat piyan menemui beberapa kamar kos yang berderet yang membentuk sebuah lorong gelap, suasananya terasa dingin dan lembab.
Piyan naik ke lantai dua mengetuk pintu kamar ferry, dan tak lama pintu langsung di buka "eh cepet banget nyampenya".
"ya biasalah, mantan pembalap"Â sembari terkekeh piyan menjawab ferry
"yaudah sini ngopi dulu" ferry mengajak piyan meminum kopi yang sudah dia siapkan
  Mereka mengobrol cukup lama sampai datanglah seorang ibu-ibu yang ternyata pemilik kosan itu dan bertanya pada piyan dan ferry.
"eh ada tamu, ini temennya ferry ya?"
"iya bu, ini temen saya"Â jawab ferry. "ini bu temen saya lagi mau nyari kosan, disini masih ada kamar kosong kan bu?"
"iya masih, kamu mau disini?" tanya ibu itu sembari menatap piyan
"iya bu gak papa". Â
"ya sudah itu kamarnya dibawah ya". Lalu Ibu itu melanjutkan obrolannya tentang kosan miliknya, dan piyan menyetujui syarat dan aturan dari kosan itu, namun ada satu yang aneh dari peraturan itu yaitu dilarang mematikan lampu dan menyalakan api saat jam dua dini hari, itu aturan yang terlalu spesifik, namun piyan merasa mungkin setiap kosan memiliki aturan yang berbeda.
Dua hari kemudian piyan kembali ke kosan itu, dengan membawa barang-barang dari kontarakannya yang lama, suasana yang piyan dapati masih sama begitu sepi, dingin dan lembab. Piyan di bantu ferry untuk masuk ke kamar nomor satu di lantai satu yang akan di tempati oleh piyan.
Setelah barang-barang piyan rapih disusun dalam kamar barunya itu, ferry keluar untuk kembali ke kamarnya, piyan mengamati setiap sudut kamarnya, dia merasa harus beradaptasi dikamar barunya ini karena kamar ini terasa begitu dingin, mungkin letaknya yang memang di ujung jadi tidak mendapat sinar matahari.
"yan nanti malem ngopi lah di kamar gua"Â ajak ferry pada piyan
"iya ok nanti malem gua kekamar lu"
Waktu mulai menunjukan malam sekitar pukul sembilan, piyan masuk kekamar ferry untuk menepati ajakan ferry siang tadi, dua gelas kopi hitam panas sudah tersaji, mereka mengobrol cukup lama tentang kuliah, pertemanan hingga keluarga dan waktu menunjukan pukul dua belas malam. Â Â
Lalu Piyan membaca sebuah artikel di hanphonenya bahwa ada kebakaran hebat di sebuah pemukiman padat penduduk yang menewaskan dua puluh orang, kebarakan itu terjadi dua bulan lalu sekitar pukul dua dini hari.
Piyan berinisiatif menunjukan berita itu kepada ferry, namun ferry menjawab seolah masa bodoh, "fer lu tau gak ternyata dua bulan lalu ada kebakaran hebat dan korbannya ada duapuluh?". Â "gua gak tau, emang kenapa?" jawab ferry singkat
"ya gak apa-apa sih"Â piyan mencoba mengamati isi artikel itu dan dia menemui kesamaan alamat tempat kebakaran itu dengan alamat yang di berikan oleh ferry kepadanya dua hari lalu.Â
"eh kok alamatnya kaya sama ya sama alamat kosan ini?" tanya piyan "ah salah ketik kali itu mah, buktinya kosan ini baik-baik aja?" ferry masih menjawab dengan masa bodoh.
"yaudah fer gua ke kamar dulu" tanpa ada jawaban dari ferry piyan turun kekamarnya, setelah masuk ke kamar dia kembali melihat artikel itu dan masih heran dengan kesamaan alamatnya.
Detik jam menunjukan pukul dua dini hari, piyan lupa akan aturan kosan itu, dia mematikan lampu kamarnya, beberapa menit kemudian tercium bau hangus, bau anyir darah dan seperti sebuah teriakan, piyan mencoba mengabaikan namun baunya semakin menyengat, piyan menyalakan kembali lampu kamarnya karena tersadar dia lupa akan sebuah peraturan. .
Tiba-tiba ada yang menggoyangkan pintu kamar mandinya, sontak piyan merasa kaget dan tak lama ada yang keluar dari dalam kamar mandinya, terlihat seperti seorang pria namun wajahnya menghitam hangus seperti terkena luka bakar, dan mengeluarkan suara merintih "tolong sayaaa" piyan ketakutan, berteriak dan bergerak tanpa arah lalu menuju pintu kamarnya dan keluar.
Piyan berlari kalang kabut menyusuri jalanan sempit tak memedulikan barang dan motornya, masih dengan nafas yang terengah-engah dia tidak sengaja menabrak seseorang bapak-bapak.
"aduh, kamu kenapa dek, hati-hati atuh kalau jalan"
"maaf pak saya tadi melihat setan"
"hah dimana?"Â tanya bapak itu sembari memegang tangan piyan
"dikamar saya pak"
"memang kamu tinggal dimana?"
"di kosan dalam gang situ pak"
"ya Tuhaaan, area itu bangunan kosong semua dek, bekas kebakaran"
"piyan terbelalak mendengar itu"
Tak lama warga berkumpul, menemani piyan kedepan kosan yang di tinggalinya itu, terlihat kondisi kosan itu berwarna hitam, mulai banyak rumput dan lantainya penuh tanah dan abu sisa kebakaran, bersama warga piyan mengambil barang miliknya serta menceritakan semuanya, dan ternyata ferry dan ibu mira (ibu kos) adalah dua korban dari dua puluh korban kebakaran hebat yang terjadi dua bulan lalu sekitar pukul dua dini hari.
 Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H