Pernahkah terbayangkan memasuki sekolah yang isinya berandalan semua? Pernahkah terbayangkan mengasuh seorang bayi yang memiliki kekuatan? Hal itu terjadi di anime Beelzebub.
Sinopsis Anime
Beelzebub menceritakan kehidupan seorang anak SMA, Oga Tatsumi, yang hidupnya dikelilingi oleh berandalan.
Namun, hidupnya bertambah lebih berat dengan adanya seorang bayi yang hinggap di punggungnya, yang ia temukan di sungai karena diberikan oleh lelaki beradan besar yang aneh.
Oga Tatsumi diamanatkan menjaga bayi tersebut untuk tumbuh dan berkembang di dunia manusia serta menghancurkan umat manusia.
Alur yang Slow Burn
Anime Beelzebub menceritakan tentang bayi Beel yang harus pergi meninggalkan dunia iblis untuk tumbuh dan menghancurkan dunia manusia oleh ayahnya.
Sesampainya di dunia manusia, Beel diserahkan kepada manusia yang berandalan dan dianggap kuat serta mampu membantu Beel menghancurkan dunia iblis.
Oga Tatsumi menjadi pengasuh Beel dan kehidupannya makin berandalan dan semakin kuat dengan adanya kontrak mereka berdua.
Sedari awal episode, disajikan pertarungan antara Oga yang masih murid kelas 1 SMA melawan keroco-keroconya penguasa SMA Ishiyama.
Semakin jauh Oga melawan penguasanya, semakin menarik dramanya dan semakin seru untuk mengetahui siapa yang lebih kuat di antara mereka semua.
Sayangnya, anime ini terlalu banyak cerita yang menyimpang dari fokus utamanya, seperti anime genre slice of life. Sehingga, membuat sedikit bosan dengan cerita yang disajikan.
Mengapa sedikit? Jujur saja, anime ini lebih cocok dikatakan anime dengan genre slice of life dan komedi. Memang anime ini bergenre komedi, tetapi dengan adanya genre aksi, bukankah lebih banyak adegan pertarungan yang seru?
Dan komedi yang disajikan sebenarnya tidak terlalu buruk. Sesekali membuat ketawa, tergantung selera humor.
Pertarungan yang Membosankan
Anime ini memiliki genre aksi, yang menampilkan pertarungan Oga melawan penghuni SMA Ishiyama yang dipenuhi berandal.
Tentunya jika melawan keroco-keroco akan terkesan biasa-biasa saja. Tapi, melawan penguasa SMA Ishiyama pun terkesan melawan seperti keroco.
Menilai drama yang disajikan antara kemunculan Oga yang membuat penguasa SMA Ishiyama tertarik untuk berhadapan dengan dirinya adalah nilai plus.
Hanya saja, semuanya berjalan dengan cepat. Layaknya Saitama yang menghajar musuhnya dengan sekali tinju, begitulah Oga melawan penguasa SMA Ishiyama.
Poin plus di sini adalah pertarungan antara Oga melawan Toji, yang di mana menyajikan pertarungan cukup seru dan dramanya pun terasa.
Begitu juga dengan kejadian setelah Oga dan teman-temannya pindah sekolah dan bertemu dengan orang-orang yang lebih kuat dengan seni bela diri mereka. Juga ketika para iblis mulai berhadapan dengan Oga dan teman-temannya.
Adegan pertarungan terakhirnya pun terkesan benar-benar membosankan. Seolah, invasi dari para iblis hancur seketika tanpa adanya perlawanan yang benar-benar membuat greget.
Cuman kembali ke poin minus sebelumnya, visualisasi dari adegan pertarungan benar-benar terasa flat dan kurang, meskipun terdapat unsur supranatural di dalamnya.
Parenting dan Kegemasan Keluarga Kecil
Sosok bayi Beel akan terlihat sangat gemas. Dirinya yang mungil tidak pernah mengenakan pakaian dan berambut hijau dan selalu mengemut empeng.
Kegemasan ini terbentuk ketika karakter bernama Hilda ikut turun tangan dalam merawat bayi Beel. Sehingga, seperti terbentuk keluarga kecil.
Tentunya parenting yang dilakukan Oga tidak benar-benar semuanya betul, dan tidak semuanya disalahkan.
Hal ini bisa menjadikan refleksi untuk melihat atau merencanakan bahwa parenting sangatlah penting demi tumbuh kembang anak.
Ending dengan Plot Hole
Sepanjang cerita, tidak pernah sekali pun diperlihatkan wajah ayah Beel dari dunia iblis sana dan seperti apa kekuatannya.
Karakternya muncul dengan wajah tertutup, dengan tingkahnya yang lawak serta arogan sebagai raja.
Sampai akhir cerita, karakter tersebut tidak pernah diperlihatkan betapa kejam dirinya, sampai-sampai ingin memusnahkan dunia manusia, dan hanya menampilkan sisi lawaknya saja. Sehingga, membuat ganjil setelah menamatkan anime ini.
Kesimpulan
Anime ini sebenarnya cocok-cocok saja untuk mengisi waktu kosong atau pun jika tidak ada tontonan. Cuman, ini hanya opini penulis saja.
Selain itu, anime ini lebih cocok ditonton untuk remaja di usia 13 tahun, sesuai dengan demografinya, yaitu shounen.
Secara keseluruhan, anime ini lebih banyak alur membosankan dibandingkan puncak yang benar-benar seru, serta visualisasinya pun terkesan kurang. Mungkin karena ini anime lawas, jadinya seperti itu.
Skor: 6,5/10.
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H