Mohon tunggu...
Alfina Adawiyah
Alfina Adawiyah Mohon Tunggu... -

Manusia biasa ciptaan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keping yang Pergi

16 Januari 2012   10:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sungguh malam yang berkesan bagi Gina. Gina berusaha santai dan menyembunyikan gemuruh dalam dadanya. Bercanda yang menyenangkan bagi Gina, olehnya Gina dibawa tidak tidur semalaman. Maksudnya sampai di rumah Gina tidak bisa tidur gara-gara memikirkan bercanda yang menyenangkan yang barusan ia alami, bukan ia semalaman tidak tidur karena bercanda dengan kakak yang ia kagumi.

Sayang sekali, malam yang paling menyenangkan memang berada dimalam ke-dua. Malam ke-tiga, kakak-kakak banyak yang bolos termasuk kakak yang dikagumi Gina.

Bulan Ramadhan, bulan yang suci, bulan yang mulia kini hampir usai dimakan roda masa yang terus berputar tanpa ada yang mampu menghentikan kecuali Dia. Kalau pun bisa dihentikan, Gina hanya ingin berada dimalam ke-dua buka bersama itu. Biarlah malam yang tak terulang itu menjadi kenangan indah di hatinya.

Lebaran pun tiba. Di tengah liburannya yang sepi, Gina hanya melamun tak tentu arah. Dalam lamunannya Gina baru tersadar bahwa kakak yang ia kagumi adalah mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa Inggris, dan yang membimbing dia dalam menjalankan PPL ini adalah guru Bahasa Inggris Gina sendiri. Tanpa ragu Gina mengirim sebuah pesan singkat pada gurunya yang kurang lebih begini bunyinya, “Maaf, Bu. Saya ingin bertanya. Kakak PPL jurusan Bahasa Inggris yang mengajar kelas 8 G, yang berkaca mata itu namanya siapa ya, Bu?”

Dalam hitungan jam, masuk sebuah pesan singkat di hanphone Gina, “Muh. Sodiq.” Singkat sekali. Ooo, jadi namanya Muh. Sodiq.

Hari berganti hari, liburan usai saatnya masuk sekolah lagi. Waktu PPL masih tesisa dua bulan. Namun dalam dua bulan itu tak ada hal yang istimewa terjadi. Sebelum kakak PPL pergi Gina ingin sekali mengucapkan sampai jumpa. Maka diawal bulan Oktober itu ia memberanikan diri bertanya dan masuk ruang PPL untuk kesekian kalinya, “Kak, PPL-nya kapan selesai?” Kak Sodiq langsung menjawab, “Mungkin sekitar tanggal 15 Oktober, kenapa? Ada apa? OSIS mau ngadain acara lagi?” “Ah, enggak. Besok kalau mau pulang aku dikasih tahu ya?” pinta Gina. “Insya Allah,” Kak Sodiq mengusahakan.

Tapi sayang seribu kali sayang. Ketika itu, tanggal 8 Oktober 2011 saat tiba waktunya pelajaran Bahasa Inggris di kelas Gina namun gurunya tak kunjung datang juga. Akhirnya Gina memutuskan untuk mencari gurunya di kantor guru tapi tidak ada. Ada yang bilang sedang di aula. “Ada acara apa di aula? Jangan-jangan…” pekik Gina dalam hati dan langsung berlari ke aula.

Benar apa yang ia kira. “Kak Sodiq bohong!” Gina mnjerit dalam hati. Ia langsung berlari ke kelas. Di aula memang terlihat kakak-kakak PPL sedang berjabat tangan pamitan dengan para guru pembimbing termasuk guru Bahasa Ingris Gina.

Ternyata jadwal selesai PPL diajukan satu minggu dari yang dikatakan kak Sodiq. Bukan. Bukan karena itu Gina kecewa. Tak masalah kapan PPL usai. Tapi Gina kecewa karena Gina tak diberi tahu oleh Kak Sodiq. Kak Sodiq tak meralat jawabannya waktu itu. Gina merasa dibohongi. Kebohongan yang hampa.

Bagi Gina, Kak Sodiq adalah sosok kakak yang hangat, perhatian, dan ramah. Hanya dia kakak PPL yang suka bertanya pada anak kelas 9. Lainnya pendiam. Meskipun hal yang ia tanyakan sangatlah tidak penting seperti, “Kok belum pulang? Pulang sana, nanti dicari ibu lho.” Tapi yang terpenting adalah nilai perhatiannya. Sungguh menjadi kakak idaman bagi seorang Gina yang anak sulung.

Sepulang sekolah Gina mengecek di parkiran. Tidak ada. Motor mereka telah lenyap, parkiran lengang. Seperti ada yang kurang dan hampa. Sehampa hati Gina yang baru saja kehilangan sekeping dari bagiannya. Entah, Gina tak tahu di mana kini keping itu berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun