Mohon tunggu...
Alfina Adawiyah
Alfina Adawiyah Mohon Tunggu... -

Manusia biasa ciptaan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keping yang Pergi

16 Januari 2012   10:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keping yang Pergi

Buah karya: Alfina R. A.

Sang surya kian beranjak dari ufuk timur tempat terbitnya. Jam di dinding kelas 9 A menunjukkan pukul 07.00 WIB. Tak lama kemudian bel tanda masuk berdering-dering dengan nada yang tak asing di telinga, seperti bel tanda keberangkatan kereta, “Ding, ding, ding, ding.” Ya kurang lebih begitulah.

Gina dan kawan-kawan akhwat anak kelas 9 A mulai bersiap-siap untuk berganti pakaian olah raga sebab pelajaran jam pertama adalah olah raga. Selepas dari WC, mereka kembali ke kelas untuk menaruh seragam OSIS lalu keluar lagi untuk menuju lapangan.

“Wow,” dalam hati Gina terpesona oleh pemandangan yang baru saja ia lihat begitu keluar kelas. Matanya berbinar menatap tak berkedip, penuh sirat akan rasa kagum yang bergejolak dalam dada. Ah, indahnya jatuh hati.

Sesosok pria bertubuh kurus, tidak atletis, tidak terlalu tinggi namun masih lebih tinggi pria itu daripada Gina. Segala yang dilihat terpantul dari kaca mata minus yang bertengger di hidung mancung pria itu. Mungkin dia tak sesempurna sebagaimana pria idaman wanita. Namun dia punya karisma di mata Gina.

Berkelabat. Semua itu hanya sekejap. Pria itu hanya lewat, tujuannya adalah ruang mahasiswa yang sedang PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di sebelah barat kelas Gina. Cukup membuat jantung berdebar, namun hanya sebentar. Gina masih harus melanjutkan pelajarannya.

Entahlah, Gina selalu mudah jatuh hati pada pria. Terutama pria yang lebih dewasa. Seperti kakak PPL saat ini contohnya. Dulu ia juga sempat jatuh hati pada guru Fisikanya. Pertama memang Gina disayang olehnya sebab Gina adalah anak yang cukup cerdas di kelas. Namun seiring berjalannya waktu, guru itu pun tahu dan berubah menjadi tidak senang pada Gina. Sebetulnya Gina hanya nge-fans saja pada guru itu. Tapi teman-teman Gina terlalu berlebihan meresponnya, suka bilang-bilang gitu deh. Akhirnya guru itu jadi tidak suka dan malah jutek pada Gina.

Tapi ya sudahlah itu masa lalu, Gina juga sudah melupakannya. Biarkan hatinya membuka pintu untuk orang lain. Mungkin kakak PPL ini salah satunya. Gina bertemu untuk yang ke-dua kalinya di perpustakaan. Perpus memang baru saja mendapat banyak hibah buku dari dinas. Maka sangat dibutuhkan tenaga untuk meng-entri buku-buku itu. Jadilah anak PPL sebagai suka relawan. Hihihi.

“Ehm, jadi relawan perpus ya, Kak,” sapa Gina. Beruntungnya Gina memang suka membaca novel dan sering ke perpustakaan. “Iya nih, mau bantu po?” tanyanya. “Nggak deh, Kak. Makasih.” Singkat Gina.

“Kamu kelas berapa e?” ihir dia tanya lagi. Suaranya pelan dan lembut sekali, sampai-sampai Gina nyaris tidak dengar. “Kelas 9, Kak,” jawab Gina malu-malu. “Wah sudah kelas 9 ya. Mmm, harus banyak belajar kamu, jangan main-main ya,” ci elah, kakak itu malah menasihati Gina. Betapa berbunganya hati yang dinasihati. “Insya Allah,” Gina sok alim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun