Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Gelar Andin dan Rama dari Trah Kerajaan Negara Daha

12 April 2024   19:54 Diperbarui: 19 Juli 2024   20:15 2457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
datu dipati orang sepuluh Kroniek der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo terbit tahun 1936

Hilangnya Kerajaan Jatuh Alai juga menjadi misteri tersendiri, Nama Kerajaan Jatuh sebenarnya disematkan pertama kali Francois Valentyn dalam buku "Oud en nieuw Oost-Indie" yang terbit tahun 1726.  Pendiri Kerajaan Jatuh Alai yang juga Raja terakhir kerajaan Daha yaitu  Pangeran tumenggung yang berkuasa di Alai sebenarnya tidak terbantahkan karena informasi tertulis seperti dalam hikayat banjar dan berbagai kronik lama yang didokumentasikan oleh Belanda dan prancis selama tahun 1800 memang menyebutkan hal yang sama, dan hal tersebut terkonfirmasi dalam tradisi keluarga Andin rama yang tetap mempertahankan prinsip dan tutur mereka yang membela Pangeran Tumenggung. Selain itu ada juga tokoh yang bernama Gusti Tumenggung atau Tumenggung Gusti yang keratonnya berada di Banua Assam Palajau yang berkuasa di Alai pada tahun 1690 seperti yang dilaporkan oleh De roy. 

tumenggung gusti di banua asam palajau alai,  dari buku Hachelyke reys-togt van Jacob Jansz de Roy 1706
tumenggung gusti di banua asam palajau alai,  dari buku Hachelyke reys-togt van Jacob Jansz de Roy 1706

Raja alai  dari buku Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw tahun  1935 halaman 105
Raja alai  dari buku Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw tahun  1935 halaman 105

datu dipati orang sepuluh Kroniek der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo terbit tahun 1936
datu dipati orang sepuluh Kroniek der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo terbit tahun 1936

tuemnggung yuda karsa dan kerabatnya kiai demang wira negara palajau, dikutip dari buku Een gezaghebber-resident terbit 1939 hal 75
tuemnggung yuda karsa dan kerabatnya kiai demang wira negara palajau, dikutip dari buku Een gezaghebber-resident terbit 1939 hal 75

kiai demang yuda negara, djang rasmi tumenggung karta yuda negara, ahmad djangol demang wira yuda surat kabar Javasche courant terbit 12 Juli 1864
kiai demang yuda negara, djang rasmi tumenggung karta yuda negara, ahmad djangol demang wira yuda surat kabar Javasche courant terbit 12 Juli 1864

laporan dari arsip VOC mengenai pangeran Amir (kakek Pangeran Amir) yang meminta tolong seorang tokoh di pedalaman yang disebut sebagai "Raja Alai" menunjukkan adanya simpul politik di alai yang tidak terjangkau oleh pesisir (lihat Johannes cornelis Noorlander, "Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw tahun  1935 halaman 105 .  Juga ada nama seorang tokoh penting lain setelah yang disebut pemimpin utama Alai ditahun-tahun sebelum dan sesudah di hapuskannya Kerajaan Banjar tahun 1859 yang bernama Ahmad Jangol Wira Negara di Palajau. Beberapa tahun kemudian di tahun  1865 Alai di bagi dua distrik yaitu Distrik Labuan Amas dan Distrik Batang Alai, yang masing-masing dipimpin oleh tokoh-tokoh penting selama perang Hulu Sungai tahun 1859-1861 yaitu Labuan Amas yang diserahkan kepada Jang Rasmi yang kemudian bergelar Tumenggung karta Yuda Negara dan Batang Alai diserahkan kepada Tumenggung Yudha Karsa, setelah beberapa tahun kemudian batang Alai dipimpin Oleh kiai Demang Yudha Negara, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh penting yang masih diingat keluarga-keluarga Andin ( baca Tichelman G.L "Een gezaghebber-resident terbit 1939). Laporan lain juga memperlihatkan mengenai "Orang Sepuluh" atau Sepuluh Pambakal dari Alai yang membantu sultan dalam menghadapi pemberontakan Pangeran Surya dan Pangeran Ahmad yang dibantu pasukan Bugis dari wilayah Pasir pada pertengahan tahun 1700, (baca Kroniek der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo terbit tahun 1936)

Hal menarik lainnya adalah beberapa tradisi Andin di Hulu sungai tidak ditemukan pada tradisi Andin kerajaan Lain dan menjadi ciri khas utama pada Andin Hulu sungai, sepertinya tradisi gelar Rama bagi Andin tertentu, tradisi badudus, tradisi bakuncir.  ciri lain dari Andin adalah tradisi kekuasaan, hanya seorang Andin yang mempunyai hak istimewa untuk menjadi pemimpin di Hulu sungai, baik menjadi Pembakal, lurah, Demang, dan tumenggung. Hak istimewa ini menjadikan kekuasaan Andin cukup stabil di hulu sungai selama ratusan tahun sampai masuknya belanda yang memperkenalkan sistem tanah lungguh dan memberikannya bagi bangsawan banjar dan Andin Rama setelah perjanjian tahun 1787. Dinasti keluarga Andin tidak pernah benar-benar runtuh hingga pun hari ini dalam tradisi kekuasaan kalimantan selatan. 

Dominasi Perang 1859-1865 ada di wilayah Hulu sungai, dan dominan di wilayah pahuluan yaitu Amandit dan Alai, rakyat Hulu Sungai lah yang menjadi korban paling banyak dalam konflik tersebut, sedangkan mereka tidak tahu menahu dengan politik di Martapura dan Banjarmasin.

Perang tersebut sangat merugikan bagi orang Hulu Sungai, banyak nyawa melayang dan keluarga mereka terpecah-belah secara politik, ekonomi mereka pun hancur, maka sangat wajar jika para bangsawan asli hulu sungai kemudian menyadari bahwa perang tersebut adalah perang yang tiada untungnya bagi mereka, disisi lain mereka pun tahu bahwa sedari dahulu mereka tidak pernah tunduk pada Sultan di Martapura, maka adalah pilihan paling logis bagi mereka untuk berdamai dengan Belanda dan melanjutkan kehidupan mereka yang telah terlanjur hancur lebur akibat konflik bertahun-tahun dan memulai kehidupan politik baru. Ini bukan lah sebuah aib, tapi sebuah hak dan pilihan politik terbaik. Dengan tulisan ini pula saya berharap semua pihak harus menghormati keputusan politik para tokoh-tokoh Hulu sungai pada jaman itu sebagai sebuah pilihan merdeka dan terbaik untuk meredam konflik yang tiada untungnya tersebut.

Banyak keturunan para tumenggung di Pahuluan yang kemudian menjadi pemimpin di Hulu sungai dan Belanda menjadikan keturunan mereka sebagai birokrat dalam pemerintahan kolonial di seluruh Pulau Kalimantan yang luas ini, sayangnya keturunan para tumenggung, demang dan lurah ini sebagian sudah kehilangan akar sejarahnya pada Andin rama, mereka kesulitan melacak akar sejarahnya karena berbagai kondisi, seperti modernisasi dan tempat tugas yang jauh dari kampung halaman ayah atau kakek mereka di Pahuluan.tapi ii tetap menjadi bukti dan catatan penting bahwa dinasti Andin meski terpecah belah dalam berbagai paksi dan politik tidak pernah putus selama ratusan tahun  dalam berbagai bentuk pemerintahan dan kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun