Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Gelar Andin dan Rama dari Trah Kerajaan Negara Daha

12 April 2024   19:54 Diperbarui: 19 Juli 2024   20:15 2454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku buku Indisch Archief Tijdsghrift Vor De indien terbit tahun 1850 halaman 450

Mengenal Gelar Andin dan Rama dari Trah Kerajaan Negara Daha

Oleh: Andin Alfianoor Ansyarullah Naim

Andin merupakan gelar kebangsawanan yang masih digunakan hingga hari ini dan sering ditemukan dalam beberapa kerajaan dan komunitas masyarakat asli tertentu di Pulau Kalimantan, umum dikenali dan ditemukan  di wilayah utama Bekas Kerajaan Daha di Hulu sungai kalimantan selatan, wilayah Kerajaan Banjar di pesisir Kalimantan Selatan, Kerajaan Paser di Kalimantan Timur dan  Kerajaan Bulungan di Kalimantan Utara.

Menurut H Von de Wall pada buku Indisch Archief Tijdsghrift Vor De indien terbit tahun 1850 halaman 450, dijelaskan bahwa gelar Andin di Kerajaan Paser berasal dari kata Raden, dan gelar Andin tersebut diberikan kepada seorang anak dari Raja Kerajaan Paser yang lahir dari seorang selir atau gundik, dari sini jelas sekali gelar Andin merupakan kata derevasi dari kata Raden. Secara lebih luas  gelar Raden  umum digunakan sebagai gelar Bangsawan pada wilayah-wilayah yang dahulu dibawah pengaruh Kerajaan Majapahit di berbagai wilayah di Pulau Jawa dan Pulau Kalimanta, berubahnya kata raden menjadi Andin sangat dimungkinkan karena sesuatu yang alami atau besar berkaitan dengan adaptasi bahasa, tradisi dan budaya setempat dalam  penyebutan gelar-gelar Bangsawan mereka dimasa lalu. 

Dengan luasnya penggunaan Gelar Andin di beberapa Kerajaan di kalimantan menjadikan gelar Andin mempunyai konteks definisi  yang berbeda-beda antar Kerajaan, Sebagai berikut:

1. Kerajaan Jatuh Alai

Kerajaan Jatuh Alai memang tidak begitu dikenal, bahkan mungkin oleh penduduk Alai sendiri. Namun laporan mengenai keberadaannya berjejeran dalam buku-buku yang terbit di Negeri eropa, Kerajaan Jatuh Alai dilaporkan menguasai seluruh wilayah dan sungai-sungai yang bermuara di Danau Bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Pangeran Tumenggung yang pernah menjadi Raja terakhir Kerajaan Negara Daha  menyingkir ke wilayah Alai, dan berhasil mempertahankan wilayah tersebut dari serangan Pasukan Pangeran Samudera dan Pasukan Kerajaan Demak. Pangeran Tumenggung dan keturunannya kemudian memerintah wilayah Alai dan Amandit sebagai penerus Kerajaan Negara Daha yang kemudian lebih dikenal sebagai Kerajaan Jatuh Alai, Dengan demikian Kerajaan Jatuh Alai bisa dikatakan perpanjangan kekuasaan dinasti Maharaja Sukarama.  Kerajaan jatuh dilaporkan masih ada hingga awal 1700an.

Negara dan jatuh yang mempunyai Sultan tersendiri yang terpisah pada Buku Histoire Moderne Karangan Tome Cinquieme (tanpa tahun terbit) halaman 324 
Negara dan jatuh yang mempunyai Sultan tersendiri yang terpisah pada Buku Histoire Moderne Karangan Tome Cinquieme (tanpa tahun terbit) halaman 324 

Dalam Hikayat, Kerajaan Jatuh Alai ini dikenal juga sebagai kelompok "Raja yang kalah" yang menguasai wilayah "Pahuluan". dalam buku "Sistem kesatuan Hidup Setempat Daerah Kalimantan Selatan", terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebuyaan Jakarta tahun 1983, disebutkan Gelar "Pangeran, Andin dan Rama" merupakan gelar bagi keturunan Raja yang kalah. Dalam tradisi keluarga keturunan Andin di wilayah hulu sungai disebutkan bahwa Rama adalah Gelar bagi seorang Andin yang dihormati dan berpengaruh.

diambil dari Buku Sistem kesatuan Hidup Setempat Daerah Kalimantan Selatan hlm 20
diambil dari Buku Sistem kesatuan Hidup Setempat Daerah Kalimantan Selatan hlm 20

diambil dari Buku Sistem kesatuan Hidup Setempat Daerah Kalimantan Selatan hlm 21
diambil dari Buku Sistem kesatuan Hidup Setempat Daerah Kalimantan Selatan hlm 21

Istilah "Raja yang kalah" adalah persepsi  yang diwacanakan hikayat-hikayat yang diproduksi istana Kerajaan Banjar untuk melegitimasi kemenangan mereka dalam peperangan dengan Kerajaan Daha. pada halaman 52 di buku "Voyagie gedaan door Jacob Janssen de Roy, na Borneo en Atchin, in 't jaar 1691, en vervolgens; op ordre van den Hoogh Edelen Heer Willem van Outhoorn"  Kerajaan Jatuh sendiri dilaporkan  oleh De roy tahun 1690 M yang telah melakukan perjalanan ke wilayah Alai dan menghadap langsung Raja Kerajaan Jatuh. Laporan de roy sendiri terbit pertama kali pada tahun 1700 M, dan menjadi laporan paling klasik dari Barat mengenai wilayah pedalaman selatan Pulau Kalimantan dan bisa menjadi bahan kompasari dan koreksi secara kritis atas informasi-informasi yang ada pada Hikayat Banjar.

Andin dan Rama di daerah Hulu Sungai adalah bangsawan tinggi dan utama yang mempunyai Hak istimewa untuk menduduki jabatab-jabatan pemerintahan, oleh karena itu dahulu pada jaman tertentu jabatan-jabatan seperti pambakal, lurah, demang hingga tumenggung di wilayah pahuluan hanya bisa di jabat oleh keturunan Andin. Sampai hari ini beberapa keluarga Andin dan Rama masih memegang atau melaksanakan adat istiadat dan kebiasaan Kerajaan Daha, seperti memberikan Kuncir dan melaksanakan upacara badudus bagi anak-anak mereka.

2. Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar juga mengkalim sebagai perpanjangan dari Kerajaan Negara Daha dan mewarisi seluruh wilayah pengaruh Kerajaan Daha dan membangun Dinasti baru yaitu Dinasti pangeran Suriansyah.

Pada Kerajaan Banjar,gelar Gusti digunakan sebagai gelar bangsawan tinggi untuk  keturunan dari garis laki-laki dinasti Pangeran Suriansyah. Sedangkan gelar Andin diberikan kepada keturunan seorang Wanita bangsawan banjar yang bergelar Gusti yang menikah dengan orang laki-laki biasa yang bukan bangswan, maka anaknya akan diberikan gelar Andin sebagai Bangsawan rendah, mereka umum ditemukan di daerah Martapura dan Banjarmasin (W. A. Van Rees , De Bandjermasinsche krijg van 1859-1863, halaman 2 Penerbit D. A. Thieme. Arnhem tahun 1867 dan A. J. A. Gerlach, Neerlands Heldenfeiten in Oost-indie Dell 2, Gebr Belinfante Joh. Ijkema Gravenhage, 1876, Hal 266)

Perlu dipahami, bahwa Kerajaan Banjar adalah Kerajaan yang dibentuk setelah mengalahkan Kerajaan Daha dengan bantuan Kerajaan Demak, dengan pusat kekuasaan di sekitar Sungai Martapura dekat Muara Sungai Barito jauh di Selatan pusat Kerajaan Daha, yang selanjutnya membentuk masyarakat dan tradisi baru yang disebut masyarakat banjar yang berbeda dengan kerajaan Negara Daha di pedalaman.

3. Kerajaan Paser

Dalam Sejarah Kerajaan Paser di Kalimantan Timur jamak diketahui bahwa Kerajaan tersebut dibangun oleh bangsawan Kerajaan Negara Dipa di Hulu sungai yang melarikan diri Ke daerah Paser. Kerajaan Negara Dipa adalah kerajaan pendahulu yang dipercaya ada di Amuntai, Ketika Raden Sekar Sungsang mengambil alih tahta, beliau memindahkan Ibukota ke wilayah Negara Daha dan kerajaan tersebut kemudian lebih dikenal dengan nama Kerajaan Negara Daha.

Wilayah Kerajaan Paser sendiri berbatasan langsung dengan wilayah traditional Hulu Sungai, sehingga tidak lah mengherankan ikatan dan relasi kedua Kerajaan tersebut sangat erat, termasuk disini adalah gelar Andin yang juga digunakan di Kerajaan Paser, meski dengan penempatan dan konteks penggunaan yang berbeda. Andin pada kerajaan Paser diberikan kepada seorang anak raja yang lahir dari seorang ibu yang berstatus selir atau gundik (H Von de Wall pada buku indisch archief Tijdsghrift Vor De indien halaman 450)

4. Kerajaan Bulungan

Gelar Andin juga ditemukan pada Kerajaan Bulungan di kalimantan Utara, menurut salah satu literasi yang bisa penulis temukan, gelar Andin di kerajaan Bulungan diadopsi dari bangsawan Tidung, yang berasal dari kampung palajau di sungai Sembakung. (ZARKASYI VAN BULUNGAN: Sedikit ulasan tentang "Nama Orang Jang Bergelar" koleksi Museum Kesultanan Bulungan (muhzarkasy-bulungan.blogspot.com) di Akses tanggal 9 April 2024, dan Wisnu, "Strategi Kesultanan bulungan dalam upaya Mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan Timur 1945-1950". Jurnal Avatara, e-Journal Pendidikan Sejarah, Volume 5, No. 1, Maret 2017, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya). menarik disini adalah kampung palajau disungai sembakung adalah nama yang sama dengan kampung palajau di daerah di Alai, yang merupakan ibukota Kerajaan Jatuh Alai.

Andin juga ditemukan dalam beberapa komunitas masyarakat suku di Kalimantan tengah, hal ini menunjuk relasi dan penyebaran gelar Andin sangat luas. penyebaran tersebut terjadi dengan berbagai bentuk, seperti migrasi keturunan Andin ke berbagai wilayah diluar wilayah traditionalnya, atau adopsi gelar yang sama dari kelompok lain diwilayah lain, dua hal ini adalah dua alasan yang sangat memungkin dalam melihat penyebaran gelar Andin.

Dokument Pribadi
Dokument Pribadi

Pada umumnya Andin dominan pada kerajaan-kerajaan dimana bangsawan mereka terkait sejarah dengan Kerajaan Negara Dipa dan Negara Daha di Hulu Sungai Kalimantan Selatan, seperti Kerajaan Jatuh Alai, Kerajaan Banjar, Kerajaan Paser. Namun menariknya tiap kerajaan mempunyai definisi yang berbeda dalam penempatan gelar Andin tersebut. Dalam Kerajaan Jatuh Alai, gelar Andin dominan dan menjadi Gelar utama bagi bangsawan mereka.

Berbeda dengan Kerajaan Paser, gelar Andin menjadi lebih rendah, berada di Bawah gelar Aji. Gelar Aji sendiri merupakan gelar bagi keturunan Raja dari Permasuri, sedangkan Andin gelar bagi anak raja dari seorang selir atau gundik, perbedaan utama disini adalah dalam hak istimewa atau privilige, dimana status dan fungsi dari Aji dan Andin berbeda, meski kedua gelar tersebut  sama-sama disematkan kepada keturunan Raja langsung. Perbedaan tersebut ada dalam Hak untuk berkuasa khususnya dalam klaim tahta. Hanya keturuan aji yang berhak menjadi raja, sedangkan keturunan yang bergelar Andin bisa dikatakan tidak berhak untuk mengklaim tahta Kerajaan Paser.

Pada Kerajaan Banjar, gelar-gelar bangsawan sangat bervariasi dan mungkin lebih kompleks atau lebih rumit, gelar Raden dan Andin sama-sama digunakan, sedangkan kita tahu antara Raden dan Andin mempunyai kesamaan bentuk, atau secara grammatical bahasa merupakan satu, dimana Andin sendiri berasal dari kata Raden.

Dalam tradisi kebangsawanan Kerajaan Banjar yang tercatat pada abad ke 19 atau tahun 1800an, Gelar Raden dan Andin sama-sama digunakan dalam konteks yang berbeda, gelar Raden diberikan kepada seorang laki-laki bukan bangsawan yang menikahi seorang Putri sultan, artinya gelar Raden di jaman itu diberikan kepada seseorang melalui ikatan perkawinan dengan putri Raja dan juga tidak mempunyai ikatan darah kebangsawanan dengan pihak Kerajaan Banjar. Sedangkan gelar Andin diberikan kepada seseorang anak dari seorang Gusti perempuan yang menikah dengan seorang biasa, gelar Andin disini memang berkaitan darah dengan bangsawan Kerajaan Banjar namun dianggap sebagai berstatus rendah atau bangsawan rendah dan hanya bisa menduduki jabatan rendah di Keraton Kerajaan.

Kerumitan pemberitan gelar di Kesultanan Banjar kemungkinan dikarenakan relasi mereka yang lebih komplek dengan dunia luar, sehingga memerlukan penyusunan kelas sosial yang lebih rumit. Gelar Raden dalam Kerajaan Banjar merupakan gelar utama dan gelar tinggi dimasa awal-awal kesultanan itu berdiri, namun seiring waktu gelar Raden digantikan oleh gelar Gusti, Artinya telah terjadi dinamika tertentu dimana kemudian gelar Raden yang dahulu gelar tinggi dan utama serta dominan dalam banyak Kerajaan dibawah pengaruh Majapahit baik di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan seiring waktu kemudian pada Kerajaan banjar menjadi status yang lebih rendah dibawah Gusti dan menjadi gelar optional. Begitu pula gelar Andin, yang merupakan gelar tinggi bagi orang-orang Hulu Sungai dibawah Kerajaan negar Daha dan Kerajaan Jatuh Alai, pada Kerajaan Banjar kemudian dijadikan gelar rendah dengan konteks berbeda. Hal sama sepertinya terjadi pada Andin di Kerajaan Paser.

Untuk Andin kerajaan Bulungan, terdapat hanya sedikit informasi mengenai asal dan posisi Andin disana, karena jarak yang jauh dan sedikitnya data tertulis mengkibatkan penelitian belum bisa dilakukan oleh pihak penulis secara maksimal, namun sekali lagi penulis sampaikan kesamaan nama Kampung Palajau di Sungai Sembakung dengan Kampung Palajau di Alai adalah sesuatu yang menarik.

Gelar Andin bagi komunitas politik suku di Kalimantan tengah juga kurang kita pahami dan perlu penelitian lebih dalam, hari ini Andin dikalimantan tengah lebih dikenal sebagai nama keluarga, bukan gelar keturunan bangsawan, tapi yang perlu juga diperhatikan adalah komunitas politik suku di kalimantan tengah pada dasarnya adalah komunitas yang kuat baik secara politik dan ekonomi, mereka mempunyai pemimpin yang bergelar Tumenggung atau Demang yang berstatus bak seorang raja diwilayahnya yang begitu luas.

Dari berbagai Konteks penggunaan Gelar Andin di berbagai Kerajaan diatas sudah barang tentu dikemudian hari menjadi masalah yang membingungkan bagi masyarakat atau bahkan keturunan Andin sendiri. khususnya bagi keturunan Andin dari wilayah Hulu Sungai, hal tersebut terjadi karena posisi Hulu sungai yang terjepit diantara Kerajaan Banjar dan Kerajaan Paser, serta hilangnya Kerajaan Jatuh Alai dengan tiba-tiba dalam Sejarah. Perang besar di Hulu sungai Khususnya di wilayah hulu sungai selama bertahun-bertahun memecah belah keluarga Andin, akibatnya banyak yang bermigrasi ke luar hulu sungai dengan berbagai alasan. Kerasnya perang juga menjadikan para Andin dan rama menjadi objek utama oleh pemerintah belanda untuk dikuasai, ditaklukan dengan berbagai cara, termasuk politik pecah belah keluarga Andin rama.

Ada baiknya hal ini akan kita diskusikan disini, penulis akan mulai mendiskusikannya berbagai sudut pandang, pertama mungkin perlu melihatnya secara politik. Jika kita membicarakan Andin dan rama, maka jelas sekali kita akan membicarakan politik, karena dalam sistem feodalis, salah satu tujuannya adalah mengisolasi politik dalam lingkup elit tertentu, dalam hal ini adalah elit bangsawan, sehingga Andin sebagai gelar bangsawan tidak pernah lepas dari peran dan hak politiknya, khususnya dijaman dahulu dimana pun dimasa kini, namun perbedaannya adalah jika dahulu mereka masuk dalam politik praktis seabgai sebuah keniscayaan, hari ini politik Andin rama adalah politik kebudayaan yang tidak berkaitan dengan politik praktis.

Peta Kerajaan Jatuh yang berbeda dengan Kerajaan banjarmasin dalam buku Oud en nieuw Oost-Indie karangan Francois valentyn  tahun 1726 halaman 236-237
Peta Kerajaan Jatuh yang berbeda dengan Kerajaan banjarmasin dalam buku Oud en nieuw Oost-Indie karangan Francois valentyn  tahun 1726 halaman 236-237
Kehancuran Kerajaan Negara Daha, dan berdirinya Kerajaan Banjar sebenarnya tidak menghilangkan permusuhan politik secara serta merta, tetap masih ada persaingan sekaligus juga interaksi yang rumit antara dinasti Maharaja Sukarama dan Dinasti Pengaran Suriansyah, khususnya bagi Kerajaan Jatuh Alai yang menguasai daerah pahuluan yang kaya sumber daya, seperti beras yang menjadi sumber logistik utama dikawasan, sahang atau lada yang menjadi komuditas dagang utama yang dibeli Kerajaan Banjar yang menguasai pesisir dan kemudian dijual belikan dnegan pihak luar, serta emas yang menjadi kekuatan ekonomi utama Kerajaan Jatuh Alai di Pedalaman.

Sebagian para Andin di Hulu sungai tetap melihat Pangeran Samudera dan keturunanya dengan pandangan negative karena hubungan masa lalu leluhur mereka, Pangeran Samudera dianggap telah merebut tahta dengan tidak benar, dan membawa pasukan dari luar untuk menyerang Raja Daha Pangeran Tumenggung. disisi lain hal tersebut mungkin juga direspon oleh Kerajaan Banjar dengan menempatkan gelar Andin sebagai bangsawan Rendah dalam Jejaring bangsawan Banjar di Martapura dan Banjarmasin.

ada masa dimana sebagian masyarakat Hulu sungai sendiri melihat Andin dengan pandangan negati akibat terjebak dengan definisi Andin sebagai bangsawan rendah di Banjar dan anak seorang selir di Paser, dampaknya sebagian kelaurga Andin di Hulu sungai menjadi tidak percaya diri untuk memakai gelar Andin tersebut.

Sebagian masyarakat yang lain  melihat Andin sebagai warisan budaya yang tidak islami atau berbau Hindu Budha karena sebagian Andin atau keluarga Andin masih melaksanakan ritual ritual warisan jaman dahulu yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran islam.

Sebagian yang lain juga melihat Andin rama dengan kacamata ideologi tertentu sebagai warisan feodalis nan burjois yang berkaitan erat dengan kapitalisme lama yang membawa tradisi kolot dengan membagi masyarakat dalam kelas atau kasta yang berbeda-beda sehingga bagi mereka tradisi feodalis sebaiknya dihilangkan dan dihancurkan dengan menghilangkan gelar Andin.

Sebagian lagi melihat Andin pernah terafiliasi dengen kolonial belanda, baik selama Perang Hulu Sungai yang dimulai 1859-1866, yang merevolusi hulu sungai dimana sebagian keluarga Andin akhirnya menjadi penguasa dan pejabat dibawah pemerintah belanda selama perang pun setelah perang usai. setelah kemerdekaan Indonesia yang menawarkan wacana nasionalisme hitam putih yang kuat dan keegaliteran dalam strata sosial, membuat sebagian keluarga Andin Rama tidak menggunakan gelar kebangsawanannya dan mengikuti tradisi baru dengan tidak mencantumkan gelar kebangsawanan mereka, sebagai contoh terlihat bahwa tokoh-tokoh pendiri Republik Indonesia seperti Presiden Soekarno pun tidak menggunakan gelar Raden yang diwarisinya. 

Sebagian keluarga lain juga melihat Andin memberikan beban psiklogis yang berbau mistik, karena dengan mengakui dan memakai gelar Andin berarti mereka harus melaksanakan beberapa tradisi yang dianggap berat dan aneh serta sudah tidak sesuai jaman, seperti melaksanakan upacara badudus dalam berbagai kondisi, memanjang rambut seperti kuncir bagi anak mereka, atau adanya pingintan (sejenis dampak akibat) jika tidak memelihara tradisi dan keharusan memelihara benda-benda pusaka, jika upacara tersebut tidak dilakukan maka dipercaya akan berakibat tidak baik bagi keluarga besar mereka. Disisi lain pelaksanan tradisi lama memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga sangat memberatkan ditengah ekonomi mereka juga buruk, hal ini memicu beberapa keluarga berhenti memakai gelar Andin.

kerajaan jatuh pada jurnal  The brunei  Jurnal Museum Journal Vol 4 , edisa 2 tahun 1978 hal 73
kerajaan jatuh pada jurnal  The brunei  Jurnal Museum Journal Vol 4 , edisa 2 tahun 1978 hal 73

Dengan akumulasi berbagai masalah diatas, sebagian keluarga Andin terbelah dalam berbagai pilihan. Ada yang memilih untuk meninggalkan gelar Andin, atau merantau jauh tidak pernah kembali lagi, ada beberapa Andin yang mempunyai jabatan pemerintahan dimutasi jauh dan tidak pernah kembalil lagi, atau ada Andin yang nyaman bersembunyi di tengah masyarakat, konflik keluarga juga semakin meruncing akibat politik pecah belah belanda yang mengakibatban masalah semakin rumit, dan berbagai masalah lainnya.  akhirnya popularitas gelar Andin menjadi benar-benar terpuruk di Hulu Sungai. Sebagian keluarga yang memilih memakai gelar baru seperti Anang bagi keluarga Andin yang dahulu menjadi pejabat dalam pemerintahan, atau gelar Antin, yang merupakan gelar akrab, telah menjadikan gelar Andin dan Rama semakin ditinggalkan dan dilupakan.

Meski begitu ternyata masih ada sebagian keluarga Andin yang bertahan dalam tradisi lama, atau memelihara sebagian tradisi, masih mewariskan doktrin dan cerita tutur lama, masih bangga dengan Andin, masih melaksanakan upacara-upacara lama, masih memakai aksesoris bakuncir bagi anak-anak mereka, menulis silsilah keluarga mereka, masih menggunakan gelar Rama bagi tetua di suatu komunitas Andin, atau dorongan masyarakat sekitar yang masih percaya keturunan Andin dan Rama adalah pemimpin traditional mereka khususnya dalam tradisi-tradisi tertentu yang masih bertahan (keturunan Andin masih menjadi pemangku adat di diaspora Hulu sungai di Sumatera utara, lihat Dr. Rosramadhana nasution dalam "Ketertindasan Perempuan Dalam Tradisi Kawin Anom: Subaltern Perempuan pada Suku Banjar Dalam Perspektif Poskolonial" halaman 111)

Masalah lain yang penulis curigasi adalah proses Banjarisasi terhadap peradapan dan sejarah Hulu Sungai, mengakibatkan Andin dan Rama di Hulu Sungai dalam beberapa penelitian lebih dilihat dalam konteks Andin dalam definisi kesultanan Banjar, penulis setuju dengan  Ian Chalmers pada jurnalnya yang berjudul "The Islamization of Southern Kalimantan: Sufi Spiritualism, Ethnic Identity, Political Activism"  yang mendiskusikan mengenai wacana banjarisasi yang mengcakup wilayah diluar wilayah Banjar semenjak tahun 1920an. selain itu setelah kemerdekaan hanya ada satu buku yang mendokumentasikan mengenai Andin dan Rama , yaitu buku dengan judul "Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Kalimantan Selatan" yang terbit tahun 1983.

Hilangnya Kerajaan Jatuh Alai juga menjadi misteri tersendiri, Nama Kerajaan Jatuh sebenarnya disematkan pertama kali Francois Valentyn dalam buku "Oud en nieuw Oost-Indie" yang terbit tahun 1726.  Pendiri Kerajaan Jatuh Alai yang juga Raja terakhir kerajaan Daha yaitu  Pangeran tumenggung yang berkuasa di Alai sebenarnya tidak terbantahkan karena informasi tertulis seperti dalam hikayat banjar dan berbagai kronik lama yang didokumentasikan oleh Belanda dan prancis selama tahun 1800 memang menyebutkan hal yang sama, dan hal tersebut terkonfirmasi dalam tradisi keluarga Andin rama yang tetap mempertahankan prinsip dan tutur mereka yang membela Pangeran Tumenggung. Selain itu ada juga tokoh yang bernama Gusti Tumenggung atau Tumenggung Gusti yang keratonnya berada di Banua Assam Palajau yang berkuasa di Alai pada tahun 1690 seperti yang dilaporkan oleh De roy. 

tumenggung gusti di banua asam palajau alai,  dari buku Hachelyke reys-togt van Jacob Jansz de Roy 1706
tumenggung gusti di banua asam palajau alai,  dari buku Hachelyke reys-togt van Jacob Jansz de Roy 1706

Raja alai  dari buku Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw tahun  1935 halaman 105
Raja alai  dari buku Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw tahun  1935 halaman 105

datu dipati orang sepuluh Kroniek der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo terbit tahun 1936
datu dipati orang sepuluh Kroniek der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo terbit tahun 1936

tuemnggung yuda karsa dan kerabatnya kiai demang wira negara palajau, dikutip dari buku Een gezaghebber-resident terbit 1939 hal 75
tuemnggung yuda karsa dan kerabatnya kiai demang wira negara palajau, dikutip dari buku Een gezaghebber-resident terbit 1939 hal 75

kiai demang yuda negara, djang rasmi tumenggung karta yuda negara, ahmad djangol demang wira yuda surat kabar Javasche courant terbit 12 Juli 1864
kiai demang yuda negara, djang rasmi tumenggung karta yuda negara, ahmad djangol demang wira yuda surat kabar Javasche courant terbit 12 Juli 1864

laporan dari arsip VOC mengenai pangeran Amir (kakek Pangeran Amir) yang meminta tolong seorang tokoh di pedalaman yang disebut sebagai "Raja Alai" menunjukkan adanya simpul politik di alai yang tidak terjangkau oleh pesisir (lihat Johannes cornelis Noorlander, "Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw tahun  1935 halaman 105 .  Juga ada nama seorang tokoh penting lain setelah yang disebut pemimpin utama Alai ditahun-tahun sebelum dan sesudah di hapuskannya Kerajaan Banjar tahun 1859 yang bernama Ahmad Jangol Wira Negara di Palajau. Beberapa tahun kemudian di tahun  1865 Alai di bagi dua distrik yaitu Distrik Labuan Amas dan Distrik Batang Alai, yang masing-masing dipimpin oleh tokoh-tokoh penting selama perang Hulu Sungai tahun 1859-1861 yaitu Labuan Amas yang diserahkan kepada Jang Rasmi yang kemudian bergelar Tumenggung karta Yuda Negara dan Batang Alai diserahkan kepada Tumenggung Yudha Karsa, setelah beberapa tahun kemudian batang Alai dipimpin Oleh kiai Demang Yudha Negara, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh penting yang masih diingat keluarga-keluarga Andin ( baca Tichelman G.L "Een gezaghebber-resident terbit 1939). Laporan lain juga memperlihatkan mengenai "Orang Sepuluh" atau Sepuluh Pambakal dari Alai yang membantu sultan dalam menghadapi pemberontakan Pangeran Surya dan Pangeran Ahmad yang dibantu pasukan Bugis dari wilayah Pasir pada pertengahan tahun 1700, (baca Kroniek der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo terbit tahun 1936)

Hal menarik lainnya adalah beberapa tradisi Andin di Hulu sungai tidak ditemukan pada tradisi Andin kerajaan Lain dan menjadi ciri khas utama pada Andin Hulu sungai, sepertinya tradisi gelar Rama bagi Andin tertentu, tradisi badudus, tradisi bakuncir.  ciri lain dari Andin adalah tradisi kekuasaan, hanya seorang Andin yang mempunyai hak istimewa untuk menjadi pemimpin di Hulu sungai, baik menjadi Pembakal, lurah, Demang, dan tumenggung. Hak istimewa ini menjadikan kekuasaan Andin cukup stabil di hulu sungai selama ratusan tahun sampai masuknya belanda yang memperkenalkan sistem tanah lungguh dan memberikannya bagi bangsawan banjar dan Andin Rama setelah perjanjian tahun 1787. Dinasti keluarga Andin tidak pernah benar-benar runtuh hingga pun hari ini dalam tradisi kekuasaan kalimantan selatan. 

Dominasi Perang 1859-1865 ada di wilayah Hulu sungai, dan dominan di wilayah pahuluan yaitu Amandit dan Alai, rakyat Hulu Sungai lah yang menjadi korban paling banyak dalam konflik tersebut, sedangkan mereka tidak tahu menahu dengan politik di Martapura dan Banjarmasin.

Perang tersebut sangat merugikan bagi orang Hulu Sungai, banyak nyawa melayang dan keluarga mereka terpecah-belah secara politik, ekonomi mereka pun hancur, maka sangat wajar jika para bangsawan asli hulu sungai kemudian menyadari bahwa perang tersebut adalah perang yang tiada untungnya bagi mereka, disisi lain mereka pun tahu bahwa sedari dahulu mereka tidak pernah tunduk pada Sultan di Martapura, maka adalah pilihan paling logis bagi mereka untuk berdamai dengan Belanda dan melanjutkan kehidupan mereka yang telah terlanjur hancur lebur akibat konflik bertahun-tahun dan memulai kehidupan politik baru. Ini bukan lah sebuah aib, tapi sebuah hak dan pilihan politik terbaik. Dengan tulisan ini pula saya berharap semua pihak harus menghormati keputusan politik para tokoh-tokoh Hulu sungai pada jaman itu sebagai sebuah pilihan merdeka dan terbaik untuk meredam konflik yang tiada untungnya tersebut.

Banyak keturunan para tumenggung di Pahuluan yang kemudian menjadi pemimpin di Hulu sungai dan Belanda menjadikan keturunan mereka sebagai birokrat dalam pemerintahan kolonial di seluruh Pulau Kalimantan yang luas ini, sayangnya keturunan para tumenggung, demang dan lurah ini sebagian sudah kehilangan akar sejarahnya pada Andin rama, mereka kesulitan melacak akar sejarahnya karena berbagai kondisi, seperti modernisasi dan tempat tugas yang jauh dari kampung halaman ayah atau kakek mereka di Pahuluan.tapi ii tetap menjadi bukti dan catatan penting bahwa dinasti Andin meski terpecah belah dalam berbagai paksi dan politik tidak pernah putus selama ratusan tahun  dalam berbagai bentuk pemerintahan dan kekuasaan.

Berbagai perang yang dihadapi oleh masyarakat Hulu sungai dan gesekan politik baik dengan pihak luar maupun internal keluarga Andin, keruntuhan ekonomi pada keluarga Andin dan Migrasi para Andin keluarga wilayah Hulu Sungai ke berbagai pulau di Nusantara, serta masuknya ideologi dan cara pandang baru ke Hulu sungai di Abad ke 20 adalah berbagai faktor yang menyebabkan gelar Andin di Hulu sungai semakin jarang digunakan oleh keturunannya dan seiring waktu gelar Andin tersebut hampir-hampir tidak dikenali lagi oleh sebagian besar keturunanya.

Semoga tulisan bermanfaat.

daftar pustaka

1. Johannes cornelis Noorlander, "Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw tahun  1935 

2. Kroniek der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo

3. Een gezaghebber-resident

4. Javasche courant terbit 12 Juli 1864

5. Francois Valentyn  "Oud en nieuw Oost-Indie" yang terbit tahun 1726

6. Hachelyke reys-togt van Jacob Jansz de Roy 1706

7. Aziddin, Yustan and Sjarifudin, Sjarifudin and Saleh, Idwar and Nasai, M  "Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Kalimantan Selatan" yang terbit tahun 1983

8. Ian chalamers " jurnal studi islamica 2002 "The Islamization of Southern Kalimantan: Sufi Spiritualism, Ethnic Identity, Political Activism

9.  The brunei  Jurnal Museum Journal Vol 4 , edisa 2 tahun 1978  

10. Dr. Rosramadhana nasution dalam "Ketertindasan Perempuan Dalam Tradisi Kawin Anom: Subaltern Perempuan pada Suku Banjar Dalam Perspektif Poskolonial 2016

11. Francois valentyn " Oud en nieuw Oost-Indie" tahun 1726

12. Wisnu, "Strategi Kesultanan bulungan dalam upaya Mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan Timur 1945-1950". Jurnal Avatara, e-Journal Pendidikan Sejarah, Volume 5, No. 1, Maret 2017

13. ZARKASYI VAN BULUNGAN: Sedikit ulasan tentang "Nama Orang Jang Bergelar" koleksi Museum Kesultanan Bulungan (muhzarkasy-bulungan.blogspot.com) di Akses tanggal 9 April 2024

14. W. A. Van Rees , De Bandjermasinsche krijg van 1859-1863, 

 15. A. J. A. Gerlach, Neerlands Heldenfeiten in Oost-indie Dell 2, , 1876

16. H Von de Wall pada buku indisch archief Tijdsghrift Vor De indien

Voyagie gedaan door Jacob Janssen de Roy, na Borneo en Atchin, in 't jaar 1691, en vervolgens; op ordre van den Hoogh Edelen Heer Willem van Outhoorn"

Tome Cinquieme  Histoire Moderne  324

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun