Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ke Kandangan Kita Mangopi", Sejarah Kopi di Afdeeling Hulu Sungai Kalimantan Selatan

24 November 2020   08:08 Diperbarui: 7 Desember 2020   11:04 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokument Ahmad Rendra Kopi desa Karang Jawa Kandangan

Meski buku mengenai perintah pemberian bibit kelapa dan kopi ini diceritakan dalam buku yang terbit tahun 1931 jika dibandingkan dengan informasi perkebunan kopi rubusta dalam buku terbitan tahun 1936 yang sebelumnya, hanya terbaut beberap tahun penerbitan. Tapi informasi tentang pemberitan bibit kopi tersebut berdasar catatan harian oleh kapten kapitein Karei van der Heijden pada hari senin 30 sepetember tahun 1861, artinya pada dasarnya ini terpaut hampir 70 tahun, jika dihitung hingga hari ini itu berarti 160 tahun yang lalu. Kesimpulan kecilnya adalah rupanya sudah ada kopi di hulu sungai 160 tahun yang lalu. Ini tentu sangat mengejutkan bagi kita semua, artinya kopi di hulu sungai bukan lah kopi yang baru kemarin sore tapi sudah lama hadir dan tumbuh menemai keseharian kehidupan orang hulu sungai.

Dokument Ahmad Rendra Kopi desa Karang Jawa Kandangan
Dokument Ahmad Rendra Kopi desa Karang Jawa Kandangan

Berjalan-jalan diperkampungan hulu sungai sangat lah menyenangkan, di Kandangan atau di Barabai, di Kalua dan daerah lainnya pada dasarnya kita dapat mendapati pemandangan menyenangkan hamparan sawah, pohon-pohon kelapa yang begitu banyak dipinggirnya, ada budaya berkebun di kalangan orang hulu sungai yang massif, sebut saja kebun kelapa tadi yang masih bisa kita temui hingga hari ini, perkebunan karet, sampai-sampai ada saja saya pernah mendengar perkebunan pohon tepuk tangan atau pohon rumbia yang diambil sagunya, isi batangnya untuk pakan ternak itik, serta daunnya untuk atap, pohon enau atau hanau yang mana air laangnya untuk membuat gula merah, batangnya kadang juga dijadikan sebagai cadangan sumber sagu, biji buahnya menjadi kolang kaling, daun dan bilah daunnya menjadi sapu, dan perkebunan cempedak, langsat, pisang, jaring atau jengkol, dan banyak lainnya hal itu memperlihatkan bahwa orang hulu sungai adalah pekebun yang telah teruji oleh jaman. dahulu kita mendengar perkebunan lada atau sahang,bahkan tembakau, maka melihat hal itu tidaklah sesuatu hal yang aneh perkebunan kopi juga menjadi bagian dari sejarah dan budaya kehidupan orang hulu sungai.

Dari manakah bibit kopi disediakan dan disiapkan? Perkebunan kopi telah ada sebelum perang banjar, ini hepotesa paling logis mengingat sangat sulit mengambil kopi dari daerah lain dan mengirimkannya ke pedalaman dimasa-masa perang saat itu, misalnya bila bibit kopi itu diambil dari pulau lain maka itu juga akan sangat sulit mengingat butuh waktu dan koordinasi yang rumit apalagi perintah penyediaan bibit kopi tersebut terkesan sebagai perintah harus disegerakan, maka bibit kopi pasti sudah ada di hulu sungai saat itu. Ada dua perjanjian antara Pemerintah kolonial dengan sultan Banjar bertanggal tahun 29 April 1818 W  dan 13 September 1823 yang menyinggung mengenai kopi, perjanjian tahun 1818 mengenai rencana penanama lada dan kopi namun tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana dan seperti apa tapi jelas disini ada perkebunan kopi di wilayah kerajaan Banjar, dalam perjanjian tahun 1823 terdapat lebih banyak perhatian terhadap kopi seperti rencanan penanaman kopi di desa Banju Irang, Lianganggang, Selingsing Oedjoeng, Taluk Pulantan dan Maluku, pemerintah belanda ingin lebih berkomitmen untuk mengembang perkebunan lada dan kopi bersama sultan banjar dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda mengirimkan petugasnya untuk mengawasi perkebunan lada dan kopi, selain itu juga membuat perjanian dengan sultan  mengenai perlindungan dan jaminan pembelian lada dan kopi serta cukai yang harus dibayarkan[1]. Namun dari sinipun tidak dijelaskan asal usul kopi atau apakah kopi telah lama ada atau baru dibawa ke kesultanan banjar, melihat perjanjian tahun 1818 terasa bahwa kopi telah ada di kesultanan banjar dengan melihat akan adanya rencana perkebunan kopi, dan melihat perjanjian tahun 1823 kopi mulai dikembangkan dalam perkebunan yang lebih serius.

 

Apakah sepertinya kita harus merevisi lagi hepotesa kita mengenai tahun keberadaan kopi di hulu sungai setelah mendapati perjanjian Pemerintah Hindia Belanda dengan Kesultanan Banjar tahun 1817 fan 1823? Jelas-jelas dalam perjanjian tersebut ada kebun kopi di tanah sultan didekat martapura, tapi apakah kopi tersebut sampai ke hulu sungai? Atau bibit kopi dari perkebunan kopi di Martapura itu kah yang dibawa ke Hulu sungai? Bisa sangat memungkinkan kopi-kopi dari martapuralah yang menjadi asal-usul bibit kopi yang diperintahkan di tanah di Hulu Sungai tahun 1861. Atau bahkan bisa jadi kopi dari martapura lah yang menyebar ke hulu sungai sebelum perang banjar dimulai mengingat jarak 43 tahun lebih dari tahun 1861 dan 1818 yang bisa sangat memungkinkan menjadi tahun-tahun penyebaran kopi dari martapura ke hulu sungai. Dengan juga melihat kedekatan wilayah antara Martapura dan Hulu sungai yang meskipun Hulu Sungai adalah daerah otonom tapi tetap masih dalam koordinasi sultan dengan para tumenggung-tumenggung di hulu sungai.

 

Tiba-tiba saja (saya tidak mau mengedit tulisan ini) saya menemukan catatan yang lebih tua lagi mengenai perkebunan kopi di hulu sungai yang mungkin bisa menjadi jawaban bagi pertanyaan kita selama ini mengenai asal usul kopi di Hulu Sungai. Sebuah jurnal perjalanan F . J. Hartman tahun 1790 ke dataran tinggi hulu sungai dan ke wilayah Hulu barito yang di terbitkan dalam buku KRONIJK VAN HET HISTORISCHGENOOTSCHAP, di edotori oleh  Mr. N . P . J. Kien dan kawan-kawan,  terbit di  UTRECHT tahun 1864,  pada halaman 347 dalam buku tersebut mengabarkan mengenai perkebunan lada, kopi, kapas dan tembakau di negeri "Rantau" tepatnya daerah Hallat dekat sungai tapin dan pada halaman 350 mengabarkan tentang perkebunan lada dan perkebunan kopi terbaik di daerah jambu dekat jatuh di alai atau barabai saat ini.  Kampung jambu atau yang dahulu dikenal dengan nama jambu alai adalah daerah yang hilang dalam penamaan kampung-kampung modern, peta-peta kolonial meletakkan jambu alai diantara kampung jatuh dan ilung, kemungkinan besar jambu alai adalah daerah yang sama dengan kampung sumanggi saat ini dikecamatan Batang Alai Utara. Kampung jambu di hulu sungai ada dua , pertama jambu amandit dekat kota kandangan saat ini atau diseberang kampung karang jawa yang terkenal sebagai pusat pemerintahan di sungai amandit dan Jambu Alai seperti yang kita sebutkan diatas.

 

Jika tahun 1790 laporan eksestensi perkebunan kopi telah ada di Hulu sungai maka ini menjadi kejutan luar biasa, kopi telah masuk kehulu sungai bertahun-tahun sebelumnya laporan tersebut di tulis, da n adanya penilaian dengan diksi "perkebunan kopi terbaik" menendakan adanya komparasi antara kebun kopi saat itu,  saya yakin kebun kopi tidak hanya ada di kampung jambu, tapi juga kampung yang lain di hulu sungai yang menyebabkan penulis jurnal bisa mengkomparasi dan memberi nilai " perkebunan kopi Terbaik" dijambu lebih baik dari perkebunankopi lainnya. kopi hulu sungai akan menjadi salah satu kopi yang tua di Nusantara, sangat mungkin kopi dibawa ke hulu sungai oleh para Haji yang berlayar ke Mekkah dan singgah di berbagai daerah dan tempat atau para pedagang hulu sungai sendiri yang berlayar ke Nusantara dan melihat potensinya yang bagus, sehingga bisa dikatakan tidak ada campur tangan kolonial dalam masa awal perkebunan awal kopi di Hulu Sungai. Dari data diatas kita bisa merevisi hepotesa sebelumnya bahwa kopi telah ada sekitar 240 tahun yang lalu di Hulu sungai.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun