Bubuhan Labuhan (ada yang menyebutnya dengan Dayak Labuhan), yang hanya beberapa kilometer dari Birayang merupakan salah satu bubuhan bukit paling maju dan berpendidikan tinggi semenjak tahun 70-an, di didaerah halong kabupaten Balangan kita akan menemukan desa kapul yang serupa dengan bubuhan labuhan yang juga berpendidikan tinggi. ingat sekali lagi wilayah hulu sungai tidak lah terlalu luas.
Jika saja penelitian tentang hulu sungai sebagai bagian dari banjar lebih digalakkan maka tentu saja akan sangat menarik.
Tentang Melayu, maka tak usah heran, sebagai sesama turunan bahasa austra…kita pasti tidak akan terlalu sulit untuk saling memahami Bahasa Melayu sebagai bahasa utama perdagangan dan diplomasi yang menyebar bahkan sampai ke Papua dan digunakan hingga saat ini, Bahasa Banjar pun tidak lah luput dari pengaruh bahasa tersebut, namun jangan salah, bahasa asli hulu sungai tentu juga ada, tidak jarang dalam Bahasa Banjar kita menemui dua kata yang mempunyai pengertian yang sama, seperti “sembunyi” dalam Bahasa Banjar pasaran dan ‘basungkup” dalam bahasa hulu sungai yang pengertiannya sama,, seperti dijelaskan bahasa banjar hulu sungai lebih mirip dengan bahasa Dayak Kedayan, Kutai, dan beberapa sub suku di utara Kalimantan, juga tentu saja dengan bahasa beberapa suku lain sperti diseluruh Kalimantan.
Permaslahan pakaian dan tradisi orang Banjar yang mirip Melayu, maka kita pun akan melihat orang Kutai, Tidung , Paser, Bulungan, bahkan orang=-orang Gorontalo yang jauh disana juga sangat Melayu, orang-orang Buton dan bahkan orang-orang Ternate, itu hanya masalah cara berpakaian di jamannya saja. seperti kita juga saat ini yang terkena dampak hiruk pikuk fasion.
Secara pribadi saya tidak begitu setuju dengan penaman bagi seluruh suku di Kalimantan sebagai Dayak, seolah itu ingin menyamakan yang memang berbeda..ada kelompok yang senang menyebut bahwa Banjar adalah keturunan Dayak,,ada juga yang bersikeras bahwa Banjar berbeda sama sekali dengan Dayak…tidak ada yang berdiri sendiri dalam dunia ini,,kita seolah akan kembali kelihatan sangat tidak nyaman jika hanya berpaku pada primodialisme…tapi saya juga memahami hal ini mau tidak mau akan terus dipertanyakan..
Dari Kalua (banua lawas), di bantaran Sungai Tabalong,, di mana dahulu kerajaan Tanjung Pura dan Nansaruani pernah berdiri sungguh amat lah dekat jaraknya dengan tamiyang layang dimana urang maa’yan berada, Tamiyang Layang merupakan daerah traditional Banjar, hingga jaman kolonial pun daerah itu dimasukkan dibawah kekuasaan banua lima, jika melihat peta pembagian daerah saat ini dimana Tamiyang Layang dimasukkan ke wilayah Kalimantan Tengah pasti akan bingung memahami sejarah sebenarnya.