Kebijakan moneter berbasis Taylor Rule menjadi sorotan dalam strategi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas harga dan inflasi pada tahun 2024. Taylor Rule, yang merupakan kerangka pengaturan suku bunga acuan berdasarkan tingkat inflasi dan output gap, dinilai efektif dalam memberikan pedoman kebijakan moneter yang konsisten dan berbasis data.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers di Jakarta menyampaikan bahwa pendekatan Taylor Rule memberikan panduan yang kuat dalam menentukan kebijakan suku bunga BI-7DRR (Seven-Day Reverse Repo Rate). "Dengan mempertimbangkan inflasi aktual, inflasi target, dan tingkat kesenjangan output, kami dapat mengambil langkah kebijakan yang terukur untuk menjaga stabilitas harga sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi," ungkap Perry.
Taylor Rule dan Kebijakan Moneter di 2024
Pada 2024, Bank Indonesia menargetkan inflasi berada pada kisaran 2--4%, sejalan dengan tren global inflasi yang mulai terkendali setelah gelombang kenaikan harga akibat disrupsi pandemi COVID-19 dan konflik geopolitik. Taylor Rule digunakan untuk mengevaluasi apakah suku bunga acuan saat ini telah sesuai dengan kondisi ekonomi.
Menurut Taylor Rule, formula penentuan suku bunga acuan melibatkan tiga komponen utama:
*Tingkat inflasi aktual dibandingkan inflasi target. Jika inflasi aktual melebihi target, suku bunga cenderung dinaikkan untuk menekan permintaan.
*Output gap, yaitu selisih antara PDB aktual dengan PDB potensial. Jika PDB aktual lebih rendah dari potensial, suku bunga dapat diturunkan untuk merangsang aktivitas ekonomi.
*Suku bunga alami (natural rate), yang merepresentasikan tingkat bunga netral yang mendukung pertumbuhan tanpa memicu inflasi.
*Perry menambahkan bahwa saat ini, suku bunga acuan BI berada di level 5,5%, dan keputusan ke depan akan terus mempertimbangkan hasil analisis berdasarkan Taylor Rule.
Keunggulan Taylor Rule dalam Pengendalian Inflasi
Taylor Rule memiliki keunggulan karena berbasis data yang objektif dan adaptif terhadap perubahan kondisi ekonomi. Ekonom Universitas Indonesia, Fadhil Hasan, menilai pendekatan ini sangat relevan untuk ekonomi Indonesia yang tengah dalam fase pemulihan.
"Taylor Rule memberikan kerangka yang jelas untuk menentukan kebijakan moneter, sehingga mengurangi risiko kebijakan yang terlalu ketat atau longgar. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi," ujar Fadhil.
Sebagai contoh, pada awal 2023, ketika inflasi global meningkat akibat lonjakan harga energi, pendekatan Taylor Rule membantu Bank Indonesia menentukan kenaikan suku bunga yang moderat, sehingga inflasi terkendali tanpa terlalu membebani sektor riil.
Tantangan dalam Penerapan Taylor Rule
Meski efektif, penerapan Taylor Rule di Indonesia menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah data yang akurat dan real-time. Dalam kondisi ekonomi yang dinamis, keterlambatan data dapat mengurangi efektivitas kebijakan yang diambil. Selain itu, faktor eksternal seperti fluktuasi harga komoditas dunia dan tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga sering kali memengaruhi inflasi domestik.Â
"Taylor Rule harus diadaptasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor spesifik negara, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia yang rentan terhadap tekanan eksternal," ungkap Faisal Rachman, ekonom Bank Mandiri.
Efek Kebijakan terhadap Ekonomi 2024
Dengan penerapan Taylor Rule, Bank Indonesia optimistis dapat menjaga inflasi dalam kisaran target 2--4% pada 2024. Kebijakan suku bunga yang terukur juga diharapkan mampu mendukung sektor riil, termasuk mendorong pertumbuhan kredit dan investasi.
Sektor usaha menyambut positif pendekatan ini. Rini, seorang pengusaha tekstil di Bandung, mengatakan bahwa stabilitas harga menjadi faktor penting untuk merencanakan produksi dan pengelolaan biaya. "Jika inflasi terkendali, kami bisa lebih fokus pada pengembangan usaha tanpa khawatir lonjakan harga bahan baku," ujarnya.
Kesimpulan
Taylor Rule telah membuktikan efektivitasnya dalam memberikan panduan kebijakan moneter yang konsisten dan berbasis data. Pada tahun 2024, pendekatan ini diharapkan terus menjadi landasan utama Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.Â
Dengan kombinasi antara pendekatan ilmiah dan fleksibilitas adaptasi terhadap dinamika global, kebijakan berbasis Taylor Rule berpotensi memberikan stabilitas makroekonomi yang diperlukan untuk memperkuat daya saing ekonomi Indonesia di kancah internasional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI