Indonesia menghadapi tantangan global yang signifikan di tahun 2024. Normalisasi kebijakan moneter oleh bank sentral utama, seperti Federal Reserve Amerika Serikat, berpotensi memengaruhi arus modal masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Selain itu, perlambatan ekonomi di China dan kawasan Eropa menambah tekanan pada perdagangan internasional.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, pemerintah dan BI menyiapkan langkah mitigasi strategis. Salah satunya adalah memperkuat cadangan devisa untuk menghadapi volatilitas nilai tukar. BI juga akan terus mengintervensi pasar valuta asing secara terukur guna menjaga stabilitas rupiah. Di sisi lain, pemerintah akan memperluas diversifikasi pasar ekspor melalui peningkatan kerja sama perdagangan dengan negara-negara di Asia, Timur Tengah, dan Afrika. "Kami juga mendorong investasi asing langsung (FDI) di sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, manufaktur berteknologi tinggi, dan digitalisasi ekonomi," tambah Sri Mulyani.
Prioritas Sinergi Policy Mix
Pada tahun 2024, sinergi kebijakan fiskal dan moneter akan difokuskan pada beberapa area strategis, antara lain:
Pengembangan ekonomi hijau melalui subsidi energi terbarukan dan insentif bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi ramah lingkungan.
Digitalisasi layanan keuangan dan fiskal, untuk meningkatkan efisiensi administrasi dan memperluas inklusi keuangan.
Dukungan terhadap penguatan daya saing UKM, terutama melalui akses pembiayaan yang lebih mudah dan murah.
Stabilisasi harga pangan dan energi, dengan meningkatkan kapasitas produksi domestik dan memperkuat cadangan nasional.
Prospek Ekonomi 2024
Dengan langkah-langkah strategis ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,0--5,4% pada tahun 2024, dengan tingkat inflasi dijaga dalam kisaran 2--4%. Target ini mencerminkan optimisme terhadap pemulihan ekonomi domestik yang semakin kuat, meskipun tantangan global tetap ada.
Para analis ekonomi memandang positif langkah policy mix yang dilakukan pemerintah dan BI. "Kebijakan yang saling melengkapi antara fiskal dan moneter ini menunjukkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global. Hal ini juga memberikan sinyal positif kepada investor," ujar Raden Satria, seorang ekonom dari Universitas Indonesia. Pemerintah dan BI optimistis bahwa kolaborasi yang solid akan memastikan stabilitas makroekonomi sekaligus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Kombinasi kebijakan fiskal yang akomodatif dan kebijakan moneter yang fleksibel diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.