Mohon tunggu...
Alfiansyah Syah
Alfiansyah Syah Mohon Tunggu... Warga Negara Indonesia -

Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sarjana Muda yang Gagah

19 Februari 2018   09:02 Diperbarui: 19 Februari 2018   12:00 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Tapi di dalam diri, ia selalu merindukan kampungnya itu. Ia ingin kembali, bahkan ia punya ide-ide jauh lebih gila dari sebelumnya. Seperti ingin membuka taman baca di atas bukit. Membuat sanggar seni. Membersihkan sampah dengan gerobak dan membuat aturan ke masyarakat terkait siapa saja yang membuang sampah di pantai, akan dikenai denda. Bahkan, ia ingin mengajak teman-temannya untuk menyebarkan virus literasi di kampungnya. 

Tapi apa daya, ia sadar bahwa ia adalah sebutir pasir yang berada di pantai yang luas. Jika ia balik ke kampung, tetap saja ia akan mendapatkan bahwa ia akan merasa terasing di kampungnya sendiri.

Terus terang, saya tak bisa mengatakan apa-apa ketika ia bercerita. Saya hanya bisa diam dan menyimak setiap cerita yang ia utarakan. Kapan lagi negara menciptakan sarjana yang seperti ini, di tengah-tengah masyarakat kita yang semakin hari semakin ingin cari "aman". Cari aman dalam arti tak ingin diganggu dan mengganggu. Dirimu adalah dirimu dan diriku adalah diriku. 

Mari berhubungan baik-baik dan jangan saling mengusik. Urusan gotong royong sudah ada iuran kampung. Soal maling sudah ada polisi. Soal korupsi sudah ada KPK. Soal negara sudah ada presiden.  Soal utang urus masing-masing. Soal perut urus masing-masing.

Tapi ada satu yang mesti dicatat untuk sarjana muda ini, agar kawan saya ini tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar humanismenya.

Mereka yang masih memegang teguh semangat sarjana muda, yang berlandaskan semangat moralitas, semangat sosial, yakinlah bahwa kalian tetap gagah. Saya selalu ampuh mengatakan kata-kata bijak. Tapi ini benar-benar terjadi. Jika yang kita tanam adalah kebaikan, pasti segala kelancaran duniawi suatu saat akan dilancarkan dan akan terima hasilnya itu semua. Yang diterima adalah kebaikan. 

WS. Rendra pernah menulis, gagahlah dalam kemiskinan. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilalui, pasti akan ada balasan yang siap menanti di depan mata. Walau jaman sudah semakin edan, yaknilah pada prinsip itu. 

Jogja, 6 Februari 2018

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun