Mohon tunggu...
Alfiansyah Syah
Alfiansyah Syah Mohon Tunggu... Warga Negara Indonesia -

Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babi: Lebih Baik Jadi Babi daripada Jadi Fasis

16 Desember 2017   09:32 Diperbarui: 17 Desember 2017   07:17 1551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Babi : Lebih Baik jadi Babi Daripada jadi Fasis

*Mengenal Marco Pagot, Si Manusia Babi Bijaksana(Bagian Kedua)

Babi menghabiskan tabungannya di bank, untuk memperbaiki pesawatnya yang bobrok. Ia pergi ke Milan untuk memperbaiki pesawat. Berbeda dengan di udara, jika berada di darat, dia akan memakai baju rapi-bersih. Pakai kemeja, berdasi, dan kacamata hitam tak akan pernah lepas di atas hidungnya. Langkah kakinya santai dan selalu merokok dan menaruh kedua tangannya disaku. Asli, parlente sekali.

Nah, di sinilah Babi bertemu dengan Fio, gadis muda cantik, cucu dari pembuat pesawat. Dialah yang merancang pesawat Babi yang rusak parah. Setelah selesai diperbaiki, atas izin dari kakeknya, Fio ikut berpetualang dengan Babi. Pertama, Babi tak menginginkan ada orang yang ikut dengannya. Karena Babi sadar, dia adalah orang  brengsek dan tak suka jika mengajak seseorang ke dunianya. Dunia hitam-kejam penuh marabahaya.

Tapi kakek tua percaya Babi. Ia sudah mengenal lama Babi---mungkin sebelum Marco Pagot dikutuk menjadi babi---dan ia percaya Babi tak akan melakukan hal-hal aneh pada cucunya, terutama berbuat mesum. Ia mengatakan, cucunya juga nantinya banyak membantu Babi, serta sekaligus jaminan bagi perusaahan kakek tua agar tak terlibat dalam membantu Babi yang diincar oleh pemerintah karena selalu terbang tak memiliki surat-surat izin penerbangan. Serta, jaminan utang-utang Babi ke kakek tua untuk memastikan bahwa Babi tak melarikan diri.

Tak memiliki surat  izin, adalah akal-akalan pemerintah untuk menangkap atau membujuk Babi agar masuk lagi ke angkatan udara. Maklum, Babi adalah pilot langkah yang punya keahlian di udara.

Jadi, dengan alasan si kakek tua, Babi pun mengizinkan Fio terbang bersamanya.

Beberapa kali Babi dibujuk kawannya yang mempunyai jabatan di Angkatan Udara, untuk bergabung Namun, ia hanya tertawa tanpa beban. Bahkan dengan bijaksana mengatakan.

"Lebih baik jadi babi daripada jadi fasis."

Tahun 1922-1943, ideologi fasisme sangat berkembang di Italia, di mana pada masa kepemimpinan otoriter Benito Mussolini. Babi menolak terlibat lagi masuk  Angkatan Udara. 

Ia lebih nyaman menjadi Babi, yang bebas mengudara, tanpa terikat instansi ini-itu, tak ingin kerja kolektif demi sang pennguasa, memutuskan berpetualang ke mana saja, sambil memburu "bajak laut udara" untuk mendapatkan imbalan sebagai uang menyambung hidup.

Akhirnya, pesawat yang diperbaiki telah jadi. Babi berhasil menghindari penyergapan dari Angkatan Udara. Babi dan Fio berpetualang di udara. Ini pertama kalinya Fio berpetualang. Ia takjub, betapa luasnya dunia.

Mengabarkan Babi baik-baik saja, ia pergi ke kediaman Nona Gina. Nona Gina yang bersama Curtiss memandang Babi, yang meliuk-liuk di udara, dengan penuh pesona dan gagah. Babi pamer dirinya baik-baik saja. Melihat Babi bermain di udara, memori Nona Gina menghampiri, di mana waktu mudanya dulu, ia terbang menaiki pesawat bersama kekasihnya.

Nona Gina baru saja bertaruh. Jika Babi turun menghampirinya,taruhannya menang. Tapi Babi hanya meliuk-liuk di udara dan melesat pergi.

"Kau bisa jatuh cinta lagi dan lagi," kata Nona Gina.

Walau diikutuk menjadi babi, namun kaum Hawa tetap menyukainya. Fio dan Nona Gina tergila-gila pada Babi. Tapi Babi lebih menikmati dirinya menyendiri. Cinta memang tak memandang fisik, tapi cintanya Babi begitu absurd. Hal itu diakui oleh Nona Gina, di mana orang-orang Andratik begitu merumitkan soal cinta. Cinta memang adalah sesuatu yang rumit, apalagi jika mencintai seorang Babi.

Bersambung. . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun