Mohon tunggu...
Alfiansyah Syah
Alfiansyah Syah Mohon Tunggu... Warga Negara Indonesia -

Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Idealisme Balistik, Demi Lambang Manuntung di Dada

21 November 2017   14:12 Diperbarui: 21 November 2017   20:25 3896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyanyiannya seperti Mozart yang memainkan piano. Selalu membuat hati para pemain merasa nyaman, mengingatkan bahwa Persiba tak berjuang sendiri. Tabuhan perkusi mereka, menandaskan bahwa mereka adalah para spartan yang tak kenal ampun.

Namun, nyanyian Mozart dan semangat spartan itu berakhir dengan ribuan air mata kesedihan di Stadion Batakan. Bahkan, sebelum wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, di injury time babak kedua, kala penyerang naturalisasi Madura United FC, Greg Nwokolo menyarangkan gol keduanya ke gawang "Beruang Madu". Semua pemain Persiba langsung terbaring di lapangan. Putus asa. Wasit meniup peluit tanda babak kedua usai dan Madura berhasil membawa pulang tiga poin dengan skor 3-4.

Sepak bola adalah sebuah realita hidup yang tiada habisnya. Di mana seorang individu atau kolektif akan merasakan kesenangan, terharu, dan sedih yang begitu mendalam, ketika melihat timnya menang, kalah, dan seri. Sepak bola juga yang mengantarkan duka yang begitu mendalam yang banyak menyentuh sisi kemanusiaan.

Di Stadion Batakan, Balikpapan,  Balikpapan Suporter Fanatik (Balistik), julukan bagi suporter Persiba Balikpapan, masih tetap percaya Persiba mampu keluar dari zona degradasi klasemen Liga 1. Di pertandingan pekan ke-31, peluang Persiba lolos zona degradasi memang benar-benar sangat tipis.  Persiba berada diurutan 17 klasemen dan hanya mampu mengantongi 23 poin. Berbeda jauh dengan Perseru Serui, 31 poin dan Semen Padang 32 poin.

Memang, Persiba masih bisa mengejar ketertinggalan. Pertama, mereka harus bisa menyelesaikan tiga pertandingan dengan hasil menang, tanpa ada toleransi mesti draw. Kedua, berharap Semen Padang FC dan Perseru Serui dikalahkan di sisa dua pertandingan. Jika Persiba mampu mendapatkan 32 poin, dari total 34 pertandingan dan Semen Padang selalu dikalahkan, maka poin kedua tim remis. Namun, secara hitung-hitungan head to head, Persiba lebih unggul. Kalah di markas Semen Padang 1-2, dan menang di Stadion Batakan dengan skor 1-0.

Sungguh peluang yang sangat mustahil. Tapi, dalam kamus Persiba, perjuangan tak akan pernah sirna. Walau berapa persen peluang, tetaplah itu sebuah peluang. Bukannya dalam sepak bola semua bisa saja terjadi. Inilah partai hidup dan mati bagi kedua tim. Persiba dengan tekad keluar dari zona merah, sementara anak-anak asuhan Gomes de Oliveira masih berambisi menyabet gelar scudeto.

Persiba vs Madura United telah diselenggarkaan di Stadion Batakan, Minggu (29/10). Seperti biasa, Balistik telah lebih dulu datang dan menempati Tribun Selatan. Bernyanyi, beryel-yel dan menabuh perkusi dengan penuh hentakan dan semangat.  Vokal sama-sama meneriakkan : Persiba bangkit!

Di menit-menit awal, kedua tim saling serang. Bahkan, Marlon da Silva begitu kesusahan untuk membobol gawang Madura United, karena di lini belakang sudah ada tembok berlin Fabiano Beltrame dan Fachrudin Wahyudi Arianto. Belum lagi, hadangan kiper Heri Prasetyo yang kerap kali menggagalkan tembakan para pemain Persiba.

Bahkan, "Sape Kerap" unggul lebih dulu lewat tandukan Fabiano di menit 24'. Pendukung Persiba hening. Bertanya ada apa! Kenapa dari set piece lagi! Dan kenapa tak mampu mencetak gol lebih dulu. Ada apa!

Namun, kiper lokal Kurniawan Kartika Ajie langsung memungut  bola dari sarangnya. Waktu masih panjang untuk membalikkan keadaan. Dan akhirnya, di menit 41', Marlon da Silva menunjukkan taringnya. Walau dalam keadaan yang kurang fit karena cedera yang berkepanjangan, ia mampu melesatkan tandukan manis ke gawang Madura. Bahkan, diperpanjangan waktu babak pertama, ia lagi-lagi berhasil menjawab pertanyaan penonton, bahwa ia masih tajam seperti dulu. Babak pertama berakhir dengan skor 2-1.

Harapan itu masih ada. Tapi perlu diingat, dalam sepak bola,  harapan itu telah dimiliki oleh setiap tim, apalagi bagi kedua tim yang sama-sama bertanding.

Di menit 56', Greg Nwokolo langsung menyamakan skor menjadi 2-2. Persiba pun mati-matian lagi untuk mengejar ketinggalan. Bahkan, peluang manis dari Marlon setelah duel dengan Hery Prasetyo, digagalkan oleh sang kiper. Tendangan kerasnya ditepis oleh Heri Prasetyo.

Tampil menyerang, akhirnya Persiba mendapatkan hadiah penalti, setelah Marlon da Silva di langgar di kotak terlarang. Bahkan, Madura pun mesti bermain dengan 10 pemain. Kapten Fabiano Beltrame mesti keluar lapangan karena mengantongi kartu kuning dua kali.

Sebelum penalti ditembak, beberapa suporter menginginkan agar yang menembak adalah Srdjan Lopicic. Namun, Marlon lebih dulu mengambil bola dan menempatkan bola tersebut di titik putih. Ada yang mengatakan bahwa Marlon terlalu egois. Ia ingin hattrick, untuk menjawab pertanyaan para suporter bahwa Marlon telah kembali.

Penonton tegang. Harapan Persiba ada dipenalti itu. Jika bola masuk, Persiba unggul. Marlon mengambil beberapa langkah, ia menatap tajam ke arah gawang. Menganbil napas panjang, mengacak pinggang. Sebelum berlari menendang, ia lagi-lagi menatap bola dan gawang.

Ia berlari menendang bola. Heri Prasetyo tahu arah bola kemana. Agak datar di sebelah kiri dan bola tak terlalu keras. Ia tepis bola itu. Penalti gagal. Tapi suporter tak kecewa. Mereka memperingatkan bahwa masih ada harapan yang tersisa. Ayo, Persiba!

Persiba tampil menekan disegala penjuru. Di menit 70' ke atas, Pelatih Haryadi memasukkan Maldini Pali dan Heri Susanto. Menggantikan Bijahil Chalwa dan Ilham Irhaz.

Dengan masuknya Heri Susanto dan Bijahil Chalwa, permainan Persiba menjadi terfokus ke lini sayap. Tendangan bebas bagi Persiba di menit 77'. Pemain belakang Oky Derry dan beberapa pemain menumpuk di kotak penalti Madura. Umpan set piece itu  mengarah ke tengah dan kemelut di menangkan Oky Derry dan diteruskan ke Srdjan Lopicic. Tanpa sentuhan, Lopicic yang mendapatkan umpan matang langsung menyambar bola. Suporter bersorak sorai merayakan gol. Persiba unggul 3-2. 

Tapi, belum sampai satu menit merayakan gol, Peter Odemwingie menenggelamkan mimpi Persiba. Di menit 78' ia berhasil menyamakan keunggulan menjadi 3-3. 

Balistik dan seluruh penonton lagi-lagi tak merasa kecewa. Masih ada peluang untuk membalas. Bahkan "Sape Kerap" pun juga ngotot untuk menang. Ini dia yang membuat Kurniawan Kartija Ajie beberapa kali memblok dan memotong bola dari segala sudut. Masih ada harapan untuk menang. Kedua tim sama-sama tampil memanas dan menekan. Tak kenal lelah untuk merebut tiga poin. Penonton dibuat tegang. Jika Persiba draw, otomatis harapan untuk keluat dari zona merah nol persen. "Beruang Madu" harus menang!

Perpanjangan waktu 4' menit. Persiba benar-benar tampil habis-habisan. Di menit 90+2, Persiba mendapatkan corner kick. Sebagai prmain lokal,  Ajie tak ingin Persiba tahun depan bermain di Liga 2. Persiba harus menang. Harus!

Ia pun berlari menuju ke kotak penalti "Sape Kerap". Siapa tahu, bola berada di depan matanya dan diteruskan ke dalam gawang Madura.

Bola langsung di crossingke jantung pertahanan. Salah satu pemain Persiba menyundul bola. Tapi, bola terlalu pelan dan mudah dibaca, sehingga dengan mudahnya Heri Prasetyo menangkap bola itu.

Melihat Ajie yang masih berada di garis penalti Madura dan buru-buru berlari ke posisi asalnya, Heri Prasetyo langsung mengambil ancang-ancang untuk mengoper bola ke sudut kanan tengah lapangan. Peter Odemwingie berhasil menjemput. Tapi Ajie tak turun ke jantung pertahanan. Ia ingin merebut bola itu dari kaki Peter Odemwingie. Namun, Peter tahu bahwa Greg berada dalam posisi yang pas untuk menerima umpan. 

Ia oper bola itu ke arah kiri, tepat pada posisi Greg. Greg sempat menggiring bola, dan belum saja bola digiring ke dalam kotak penalti, ia lebih dulu menendang bola. Tak ada yang menghalau tendangannya. Bola masuk ke jala Persiba. Seluruh ofisial dan suporter Madura yang berada di sudut Tribun Timur kegirangan menyambut gol dari Greg.

Beberapa anggota Balistik, Persiba Fans Club  dan seluruh suporter "Beruang Madu" menutup mulut dan memegangi kepala. Bahkan, sudah ada yang langsung meneteskan air mata. Beberapa penonton yang berada di Tribun Barat memilih pulang, begitu juga yang dilakukan penonton di Tribun Timur. Seluruh pemain "Beruang Madu" terpukul. Bahkan tergeletak di rumput stadion, memandang ke langit dan mendengarkan gemuruh kekecewaan suporter.

Tak ada yang bisa dikatakan, kata-kata mutiara atau kata-kata bijaksana yang ampuh itu, tak bisa mewakili perasaan para Balistik. Air mata kesedihan sudah mewakili semuanya. Ya, hanya air matalah yang bisa mewakilkan semuanya. Usai pertandingan, semua pemain langsung duduk dan Ajie pun langsung ke belakang  gawang, menghampiri Balistik untuk meminta maaf. Yang ia temui adalah air mata kecewa.

Ajie sangat terpukul. Padahal, di babak pertama dan babak kedua, dialah yang sangat berperan andil memblok dan memotong setiap tendangan keras yang dilesatkan Greg, Odemwingie, Slamet Nur Cahyo, Bayu Gatra,  Asep Berlian, dan pemain Madura United lainnya.

Penjaga gawang itu tak seperti penyerang. Peran yang sangat begitu penting. Seorang penyerang bisa saja gagal karena tendangannya melenceng atau tak tepat sasaran. Namun, seorang penjaga gawang akan selalu diingat ketika ia melakukan kesalahan. Karena, sebelum bola masuk ke gawang, bola terlebih dahulu harus melewati posnya. Harus berduel dengan bola. 

Sebagian maaf Ajie tak diterima oleh beberapa suporter. Bahkan, ada anggota suporter yang melempar Ajie dengan botol mineral. Tak tahu bagaimana, terjadi kericuhan di bangku Tribun Selatan. Anthem Persiba, "Berjanji Untuk Setia" terdengar di pengeras suara stadion. Balistik dan pemain Persiba menyanyikan dan meresapi anthem itu dengan menggoreskan air mata. Dan kata "Persiba bangkit!" usai pertandingan tak ada lagi di Tribun Selatan.

Seperti biasa, usai pertandingan pemain mendatangi Tribun Selatan. Suasana tak kondusif. Beberapa suporter ada yang saling adu mulut. Marlon yang memberikan baju ke suporter di lempar kembali ke Marlon. "Mana yang bilangnya main dari hati!" kata para Balistik. Bahkan, ada yang bertanya pada dirinya sendiri : "ada apa!". Pemain hanya mendengar dan menundukkan kepala.

Sepak bola mengajarkan seorang suporter menjadi bijak dan pemain mestinya jauh lebih kerja keras lagi. Jika terlalu lama bersedih, tim akan tambah sadis menjadi "bulan-bulanan" tim lawan.

Tapi, ini sudah kali ke berapa suporter disakiti. Dan di pertandingan pekan ke-32,  adalah puncak kekecewaan suporter, di mana harapan untuk keluar dari degradasi tak ada lagi bagi Persiba.

Semua suporter secara satu persatu menyuarakan kekesalannya. Sangat kesal. Bahkan, Shila, dirijen Balistik pingsan. Bagaimana tidak, ia adalah salah satu suporter yang sangat loyal, hingga tur ke Malang, Gresik, Banjarmasin, Tenggarong, dan terakhir ke Makassar. Separuh  jiwanya pergi karena Persiba.

Suasana benar-benar tak kondusif. Adu mulut antar suporter pun begitu tegang. Ada yang tadinya sangat fanatik, kini sangat kesal dengan Persiba. Sangat-sangat kesal. Cacian berhamburan di sana-sini. Semua masih berada di bangku Selatan tak beranjak keluar stadion.

Ketua Balistik, Endrik Jatmiko yang tadinya hanya diam saja dan mengatakan semua mesti sabar, kali ini turun tangan. Ia mengambil toak dan berdiri di depan ribuan Balistik. Suaranya keras, lantang, jujur, dan tak terbata-bata. Intinya, tak seperti pidato politik.

"Jangan lihat nama yang ada di belakangnya, tapi lambang Manuntung yang berada di dadanya! Setuju!" tegasnya, sambil bersemangat.

Semua sepakat, menyuarakan: "Betul!"

LIga 1 2017 telah berakhir.   Diaturan yang berlaku, 3 tim papan bawah akan terdegradasi di Liga 2. Sedangkan Persiba berada diurutan ke-17 dengan total peserta 18 tim. Liga 2 bukanlah akhir dari segalanya.  Dalam jiwa Balistik, Sepak bola itu tak hanya bercerita mengenai si kulit bundar.  Banyak unsur-unsur kehidupan yang manusiawi dalam sepak bola dan suporter. Persaudaraan dan loyalitaslah yang Balistik tetap pegang teguh, di atas segala-galanya. Apa yang membuatnya percaya dan benar-benar yakin bahwa Persiba akan jaya pada suatu hari.

 Apa yang membuat Balistik yakin?  Kalau boleh saya jawab, Balistik  menyebutnya "Demi Lambang Manuntung di Dada".

Di situlah nafas dan nadi Balistik itu  hidup. Sehingga mereka selalu mempunyai sukma, untuk menggapai mimpi dan percaya bahwa mimpi itu akan terwujud, satu saat nanti, entah kapan.  Balistik akan tetap setia, selama Persiba tetap bermain sepak bola. Berbahagialah tim sepak bola yang sampai saat ini mempunyai suporter yang tetap setia bagi kesebelasannya.

*ALFIANSYAH, Tinggal di Kota Balikpapan. Bekerja sebagai media Officer Persiba Balikpapan dan mantan wartawan.   

FOTO : Suasana dan atmosfir Balistik ketika mendukung tim Persiba Balikpapan di Stadion Batakan, Balikpapan. DOK. PRIBADI ALFIANSYAH.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun