Mohon tunggu...
alfiannur_gufron
alfiannur_gufron Mohon Tunggu... Guru - Guru di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 6

Hobi : Menulis, membaca, foto dan videografi, basket, mengajar, belajar bahasa baru, dll. Kepribadian : INTP-T Topik konten favorit : Opini, cerpen, jurnalistik, puisi, kalam islami

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sang Elang (Bab 9)

22 Agustus 2023   07:30 Diperbarui: 22 Agustus 2023   07:48 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 9 -- Serangan Maut


Bukankah peperangan adalah jalan terburuk yang dipilih manusia untuk membuat sebuat kedamaian ? Lantas, apa untungnya manusia saling berperang ? Saling memperebutkan kekuasaan, mengadu domba orang -- orang berakal sehat dengan orang -- orang berpenyakit kejiawaan. Memamerkan kekuatan, merasa dirinya lebih berhak atas kekuasaan yang pada hakikatnya kekuasaan itu hanyalah seperti cawan kosong di dalam kolam kering. Cawan itu kemudian diisi dengan air yang memenuhinya. Sampai suatu ketika cawan itu tidak mampu menampung air lagi hingga membuatnya tumpah ke permukaan kolam. Awalnya, air itu terus mengalir ke setiap sudut kolam. Kemudian, ketika aliran air tersebut sudah mennyentuh setiap sudut kolam, ia memutuskan untuk naik. Perlahan tapi pasti. 

Air tersebut seakan -- akan ingin menggapai puncak cawan. Cawan itu tetap diisi air dan ia tetap mengalirkan sisanya ke kolam. Hingga pada waktu yang tidak diduga, air yang ada di dalam kolam telah naik hingga menutupi dua pertiga tinggi cawan. Tetapi, cawan tetap merasa baik -- baik saja tanpa merasa curiga sedikitpun. Sayangnya, kepercayaan tersebut telah menipunya. Ia terlalu percaya kepada kolam tanpa memahami bahwa kolam tersebut terlalu tinggi untuk ukuran dirinya. Pada akhirnya, ia pun tenggelam dengan kepercayaannya yang lalu dan tidak pernah lagi terlihat baik -- baik saja. Itulah hakikat dari sebuah kepercayaan yang tidak didasari dengan pemahaman yang baik.

OoOoOoO

                Aku tidak menyangka bahwa Em masih hidup dan menggerakan kelompok rahasia. Bahkan, ia datang ke klan asalku dengan membawa kejutan. Tetapi, waktu tidak memberikan jeda untuk saling menyapa sedikitpun karena takdir memutuskan hal lain. Aku menghitung keseluruhan orang yang berada di sekitarku. Hanya 35 orang. Tidak kurang dan tidak lebih. Jumlah musuh menyentuh angka 1000 orang. Jumlah yang tidak masuk akal dengan kemungkinan untuk menang tidak lebih dari lima persen.

                "Kau salah, nona muda."

                Kata sebuah suara di kepalaku yang membuatku cukup terkejut mendengarnya.

                "Jumlah kita memang sedikit. Tetapi, kemampuan kita tetap diatas mereka. Lagi, jumlah mereka akan berkurang hingga sepertiganya saat mencapai 500 meter di depan kita."

                "Siapa kau ? Bagaimana kau bisa masuk ke dalam pikiranku ?" Tanyaku.

                Tidak ada suara yang menjawab. Tetapi, seseorang menepuk pundak dari belakang.

                "Aku Blauer Edelstein. Kau bisa memanggilku Ed ataupun Arch. Terserah dirimu." Kata seorang perempuan di belakangku. "Apakah kau mengenaliku, Nona Sarah ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun