DZIINGGG !!
        Aku melihatnya berbalik dan melompat kearahku. Aku segera berlari dan meluncur dibawahnya.
        BUGH !
        Ia pun terlempar dengan posisi memegangi perutnya, mengaduh kesakitan, karena tidak menyangka aku bisa membalik serangannya. Aku tetap menodongkan revolver kearahnya.
        "Kau benar-benar pandai mencari celah. Tapi, tidak seharusnya kau melakukannya dengan gegabah seperti tadi. Masih beruntung kau tidak langsung kutembak tepat di kepalamu." Kataku.
        "Yah, setidaknya aku telah berusaha. Biasanya, orang tidak bisa menghindar serangan seperti itu. Sepertinya sekarang bukan hari keberuntunganku." Balasnya dengan santai. "Kau akan mengotori senjatamu dengan menembakku ? Kau salah mencari mangsa, kawan."
        Instingku segera aktif saat kurasakan ada bahaya yang mendekati tempat timku. Aku memukulkan gagang pistolku ke wajahnya dan membuatnya pingsan. Kugendong orang asing itu dan berlari ke tempat timku berada. Ada sekitar 50 pasukan dengan pakaian kamuflase gurun bergerak perlahan dengan senjata taktis mendekati mobil van. Tidak ada yang keluar dari mobil saat aku tiba-tiba berlari mengejar sesuatu. Aku sampai di dalam mobil van tepat pasukan itu mengepung kami pada radius 300 meter dari belakang menyebar ke tiga sisi, kiri, kanan, dan belakang.
        "Cold Eye, sepertinya ada sesuatu yang mendekati mobil van kita. Jumlah mereka lima kali lipat lebih banyak dari jumlah kita di mobil ini." Rog mengabariku sambil menerbangkan mini super drone miliknya.
        "Aku, Justice, Catastrophe, dan Burst, akan mengalihkan perhatian mereka. Sisanya, akan dibantu Oraqle, memasuki tempat Sarah berada. Jika kata Rog memang benar tidak ada ketegangan diantara Sarah dan para penjaga gerbang, itu berarti aman. Kalian hanya perlu menunjukkan simbol kelompok kita. Hanran tidak mungkin lupa siapa diriku. Selalu gunakan kode nama kalian untuk menghindari situasi yang lebih berbahaya. Lalu, Savior, kau urus orang ini. Tetap berhati-hati." Jelasku.
        Aku segera membawa senjata-senjata milikku dan keluar dari van. Diikuti Jenderal Pan, Dea, dan Raz, aku segera berlari kecil ke arah salah satu pohon besar di belakang van.
        "Butuh bantuan ?"