"Anumerta, kau yakin akan melepaskan ikatannya ? Jika mereka tidak bisa mengalahkan makhluk buas ini, ia akan pergi daratan dan meluluhlantakan segala sesuatu yang ia temui." Kata Snake, setelah berhasil mengakses ke tempatnya.
"Kau ragu ? Akibat yang akan terjadi nanti bukan urusan kita. Kita akan menjadi seorang pahlawan saat berhasil mengalahkan mutan itu, apabila ia berhasil menuju dunia permukaan dan mengamuk disana."
"Apa kau sudah gila ya ?! Kau bisa membuat kepunahan massal di dunia permu-"
BUGH !
"Masa bodoh dengan hal itu. Buka pengamannya sekarang juga atau kau tidak akan melihat perempuan yang kau sayangi lagi di rumahmu." Ancamku setelah meninju rahangnya.
Ia mengepalkan tangan dengan keras. Tetapi, ia memilih untuk menghadap ke arah komputernya lagi dan menonaktifkan keamanan yang ada di ruangan mutan tersebut. Setelah itu, ia langsung menatap penuh kebencian ke arahku dan keluar dari ruangan pengawas, untuk menyusul yang lainnya. Aku hanya tersenyum sinis melihat sikapnya barusan.
Ia akan menjadi ancaman baru bagiku... Tidak akan kubiarkan selamat begitu saja, apalagi hanya dia yang bisa mengendalikan subjek berbahaya tersebut.
Aku segera keluar dari ruangan dan bergegas menuju ruangan darurat. Sepanjang lorong aku merasakan dan menyerap setiap getaran amarah yang muncul dari subjek tersebut. Masih jauh dari tempatku. Tetapi getarannya cukup besar untuk jarak sejauh ini. Dari ujung lorong, aku bisa mendengar suara pintu ruangan pengawas terbuka dan Snake berjalan agak tergesa-gesa. Aku tersenyum kecil memikirkan apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Begitu aku masuk ke ruangan darurat, aku segera merapat di tembok sebelah kiri pintu. Dia kidal. Tangan kanannya tidak pernah digunakan untuk bekerja dengan baik. Dari balik tembok, suara langkah kaki terdengar mulai mendekat. Lalu...
BUKK !!!
Aku memukul wajahnya hingga terhuyung ke belakang. Belum sempat ia melakukan pertahanan, aku menendang perut dengan keras dan membuatnya terpental ke tembok. Ia terduduk sambil mengerang kesakitan. Pistol yang ia bawa terlempar jatuh di depanku saat kuhantam wajahnya dengan pukulan keras.
"Haah... Kau kira dirimu semampu dugaanmu ? Kau memang ahli dalam komputer dan mengendalikan binatang buas. Tapi, apa kau lupa ? Dulu, sejak aku kecil bisa menundukkan mereka dan menguasai peralatan yang terhubung dengan sistem komputer ? Lalu, kau lupa bahwa siapa sebenarnya aku ?" Kataku sambil menodongkan pistol miliknya tepat pada wajahnya yang penuh amarah.