Kabupaten Klaten (Jawa Tengah) memiliki keindahan alam yang masih terjaga, Kabupaten ini memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga kelestarian lingkungan dari sampah. Permasalahan sampah yang terjadi di Indonesia menjadi latar belakang penting dalam mendorong lahirnya Sekolah Ekologis. Sekolah menjadi lingkungan penting bagi anak-anak setelah lingkungan rumah. Penting bagi anak sekolah mendapatkan hak tumbuh kembangnya dalam lingkungan yang sehat termasuk bebas sampah.
Sebagai negara dengan populasi besar, Indonesia menghasilkan sampah yang cukup tinggi. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukan 68,7 juta ton sampah per tahun dihasilkan oleh Indonesia, namun hanya 61% yang dapat ditangani dengan baik. Disisi lain, VOA Indoensia menjelaskan sebanyak 500 ribu ton sampah per tahun mencemari perairan bahkan masuk kedalam ekosistem laut melalui sungai-sungai yang mengalir melewati 368 sungai besar di beberapa wilayah di Indonesia.
Kabupaten Klaten, meskipun dikenal dengan lingkungan yang asri dan sumber daya pertanian yang melimpah, juga tidak luput dari permasalahan sampah. Berdsarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) daerah ini menghasilkan sekitar 649.9 ton sampah per hari, dan 44% belum dikelola dengan baik. Sampah yang tidak terkelola dengan optimal dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan masyarakat.
Sampah yang belum dikelola secara optimal tersebut tak jarang mencemari ekosistem perairan yang ada di daerah irigasi maupun alisan sungai. Bahkan kasusnya sering terjadi banjir dikala hujan, karena penyumbatan aliran oleh sampah. Melihat geografis sebagian besar wilayah Kabupaten Klaten yang dilalui oleh sungai besar seperti sungai pusur, sungai dengkeng, sungai Bengawan Solo, dan beberapa anak sungai lainnya tentu berpotensi menyumbang sampah yang terbawa dari arus sungai. Sehingga dapat mencemari ekosistem perairan yang banyak dipakai oleh masyarakat untuk aktivitas sehari-hari.
Seperti yang terjadi di SMPN 2 Juwiring, yang berlokasi di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur dan aliran irigasi. Â Sekolah tersebut terletak hanya 500 meter dari Sungai Pleret yang merupakan bagian dari DAS Pusur dan beberapa anak sungai di belakang sekolah. Mengalirnya sungai yang membawa sampah tentunya akan berdampak pada bahan-bahan pencemar yang dirasakan oleh sekolah, seperti pencemaran sampah dan pestisida yang mengalir ke lingkungan sekolah. Parahnya lagi, kawasan sekitar sekolah setidaknya setahun sekali terendam banjir akibat sampah yang menghalangi aliran irigasi ke sungai.
Dalam upaya mengatasi permasalahan sampah di SMPN 2 Juwiring, mengikuti program 'Sekolah Ekologis'. Melalui program ini, siswa-siswa terlibat aktif dalam memahami permasalahan sampah di sekolah, sehingga bisa berkontribusi dalam mengurangi dan mengelola sampah disekolahnya.Selain itu model sekolah ekologis juga mendorong seluruh pihak sekolah bekerjasama dan berkontribusi pada pengelolan sampah hingga menjadikan lingkunannya menarik
Melalui kegiatan diskusi dan pemetaan yang pernah dilakukan sebelumnya, siswa dapat memahami perjalanan sampah dari sekolah hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Mereka mempelajari proses pengumpulan, pengangkutan, dan penanganan sampah di TPA. Pemahaman ini memberikan gambaran nyata tentang skala permasalahan sampah dan dampak negatifnya terhadap lingkungan, seperti pencemaran tanah, air, dan udara.
Oleh karena itu, Siswa menjadi lebih sadar akan pentingnya mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah (3R). Mereka terdorong untuk memulai inisiatif pengelolaan sampah di sekolah, seperti pemisahan sampah organik dan anorganik, pembuatan kompos, serta pendaur ulangan kertas dan plastik.
Untuk memperkuat upaya ini, telah dibentuk komunitas 'Green team' yang terdiri dari siswa-siswa yang peduli terhadap lingkungan. Kelompok ini bertugas untuk memantau dan mengelola sampah sekolah, serta menyebarluaskan kesadaran lingkungan kepada seluruh warga SMPN 2 Juwiring. Agar Green Team memiliki kemampuan dalam menjaga lingkungan sekolahnya, mereka dilatih dan difasilitasi secara berkala.
Dengan pendekatan yang edukatif dan partisipatif, program 'Sekolah Ekologis' di SMPN 2 Juwiring telah berhasil menumbuhkan generasi muda yang lebih sadar lingkungan. Mereka tidak hanya mampu berpikir kritis tentang permasalahan sampah, tetapi juga berkontribusi aktif dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan sekitar sekolah seperti kelestarian perairan.
Tidak hanya kegiatan diskusi saja, tetapi Gita Pertiwi bersama green team melakukan kegiatan seru lainnya agar menambah ketertarikan dan semangat para siswa. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah Biotilik. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari upaya mendukung program Sekolah Ekologis Dengan memahami timbulan sampah serta bahan berbahaya di sekitarnya, sekolah dapat merancang program-program edukasi dan pengelolaan yang lebih terarah, serta melibatkan seluruh warga sekolah dalam menciptakan perubahan positif untuk lingkungan.
Biotilik adalah penggunaan indikator biota seperti misalnya serangga air, kepiting, udang, siput, dan cacing untuk pemantauan lingkungan dan identik dengan istilah biomonitoring. Tujuan dari Biotilik adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat khususnya generasi muda untuk turut serta menjaga ekosistem sungai dengan memantau kerusakan sungai dengan mengamati keanekaragaman organisme yang ada disekitarnya.
Aliran air dan pohon di bantaran sungai adalah satu kesatuan yang harus dipertahankan dan dengan Biotilik dapat memberikan pentunjuk gangguan kondisi kesehatan lingkungan pada ekosistem sungai, sehingga dapat dirumuskan upaya penanggulangan yang dibutuhkan, Komponen pemantauan kesehatan sungai terdiri dari pemeriksaan habitat dan pemeriksaan Biotilik.
Prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan habitat meliputi kondisi substrat dasar sungai, vegetasi bantaran sungai, tingkat sedimentasi, adanya modifikasi sungai, dan aktivitas manusia di sekitar sungai. Pengamatan habitat dilakukan dalam jarak pandang 100meter yang menggambarkan kondisi lapang pandang yang diamati. Sedangkan prosedur pemeriksaan biota makroinvertebrata dengan parameter Parameter pemantauan makroinverterbrata adalah keragaman jenis famili, keragaman jenis EPT (Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera), Persentase kelimpahan EPT, Indeks Pencemaran Biotilik. Pemantauan di tentukan di 3 titik lokasi pada aliran sungai dengan kondisi substrat dasar dan jenis vegetasi yang berbeda untuk mendapatkan beragam jenis hewan. Pengambilan sampel biota dilakukan dari titik paling hilir dari wilayah Biotilik.
Dalam melakukan Biotilik ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan. Lakukan pengambilan sampel dengan kombinasi teknik kicking dan jabbing pada bagian tepi sungai yang tidak terlalu deras, tidak dalam dan ditumbuhi tanaman air. Setelah melakukan kicking atau jabbing, angkat jaring ke atas permukaan air dan celupkan kantong jaring beberapa kali ke dalam air hingga air yang keluar dari kantong jaring menjadi bening dan tidak berlumpur. Tuangkan sampel dari kantong jaring ke dalam nampan dan lakukan sortasi dengan mengambil hewan yang bergerak dan membaginya dalam satu jenis yang sama pada kotak penyekat. Lakukan analisis biota yang didapatkan selain ikan, berudu katak dan serangga darat, karena tidak termasuk dalam Biotilik.
Kegiatan Biotilik dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Januari ini diadakan di Sungai Pusur dengan Green team sebanyak 25 orang yang sebelumnya telah dibentuk di SMPN 2 Juwiring. Kegiatan Biotilik ini bekerja sama dengan FRI (Forum Relawan Irigas) dengan tujuan untuk mengenalkan anak-anak akan makhluk hidup yang ada di sekitar sungai tersebut. Biotilik juga dilakukan untuk melakukan monitoring pada Sungai Pusur, untuk mengetahui sebuah sungai tersebut sudah tercemar atau tidak tercemar.
"Aku seneng dengan kegiatan yang diadakan Gita Pertiwi ini, seru, karena kita jadi belajar tentang makhluk hidup di sungai. Ini kan juga berkaitan sama pelajaran biologi kita." Maria
Selain itu, sebanyak 25 anak di SMPN 2 Juwiring juga diajarkan untuk mengidentifikasi mikroplastik. Gita Pertiwi mengadakan acara ini dengan tujuan untuk menghadirkan kesadaran lingkungan bagi anak-anak dan agar anak-anak tergerak untuk menjaga ekosistem sungai.
Dalam kegaitan ini siswa mendapatkan banyak informasi baru dan lebih memahami dampak pencemaran sampah bagi lingkungan sekitar perairan.
"Aku seneng sama kegiatan Biotilik ini, karena kegiatannya di luar, jadi kita bisa sambil main dan belajar di sungai melihat kondisi pencemaran sampahnya. Kegiatan ini penting juga karena kitab isa lihat ternyata kondisi sampah di sini seperti apa dan bagaimana sebaiknya harus dilakukan agar lebih terjaga." Ujar Rama.
Hasil dari kegiatan Biotilik di Sungai Pusur oleh siswa green team SMPN Juwiring ini yang mana kondisi perairan masih cukup terjaga yang terbukti adanya biota yang beragam seperti kepiting, beberapa serangga air, ikan, laba-laba air, ulat, cacing, dan lainnya. Sedangkan gangguan sampah terutama plastik di sungai tidak banyak mencemari Sungai Pusur. Dengan ini diharapkan juga sekolah beserta masyarakat dapat bersama-sama menjaga kondisi sungai yang tidak tercemar oleh sampah.
Daftar Pustaka:
PPID Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2023. SIARAN PERS
Nomor: SP.184/HUMAS/PPIP/HMS.3/06/2023. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Di akses pada 13-01-2025.
GoodStats. 2023. Kinerja Pengelolaan Sampah di Indonesia (2023). Menilik Capaian Pengelolaan Sampah di Indonesia - GoodStats Data. Di akses pada 13-01-2025.
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. 2024. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. SIPSN - Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. Di akses pada 13-01-2025.
VAO Indonesia. 2021. Indonesia Terbebani Setengah Juta Ton Sampah di Laut Per Tahun. Indonesia Terbebani Setengah Juta Ton Sampah di Laut Per Tahun. Di akses pada 13-01-2025.
Panduan Biotilik Untuk Pemantauan Kesehatan Daerah Aliran Sungai. Ecoton. PANDUAN BIOTILIK PEMANTAUAN KESEHATAN SUNGAI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H