Mohon tunggu...
Alfian Edward Watunwotuk
Alfian Edward Watunwotuk Mohon Tunggu... Lainnya - Traveller

Orang yang suka mendokumentasikan semua hal dalam bentuk tulisan dan gambar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Puncak, Macet dan Pangrango

17 September 2024   13:09 Diperbarui: 7 Oktober 2024   20:07 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang lebih 30 menit kami berteduh dan hujan pun mulai redah, saya dan Jerry mengecek kembali motornya dan sepertinya belum maksimal, alhasil keputusannya Dorothy pindah motor bersama saya dan Jerry dibiarkan sendirian agar beban motor tidak terlalu berat. 

Kamipun melanjutkan perjalanan kali ini beriringan 3 motor, saya dan Dorothy, Enda dan Jhere serta Jerry sendirian, dan seperti biasa Nadya dan Stefanus entah kemana. Baru saja hujan redah kini kembali lagi turun dengan derasnya, kami pun kembali terperangkap, kali ini lebih sial lagi karena kami benar-benar berada ditengah jalan dan "ditutupi' lautan kendaran kiri dan kanan kami, tidak ada jalan lain selain menunggu, menunggu dan menunguuuuu jalan terbuka.

Kurang lebih 1 jam kami terperangkap ditengah jalan, dan kemudian saya melihat ada cela di jalur kanan untuk menyalip kendaraan didepan, saya pun langsung tancap gas bukan bermaksud hati ingin mengambil jalur kanan (turun) tetapi saya ingin berhenti di komplek pertokoan yang ada di jalur kanan, sembari beristirahat karena kurang lebih dari jam 19.00-21.00 kami terperangkap kemacetan ditambah hujan yang lebat.

Malam itu puncak lumpuh total baik kendaraan naik maupun turun tidak bisa bergerak, semuanya basah, semuanya kelelahan, saya pun ajak teman-teman berdiskusi. Lokasi kami beristirahat ke basecamp pangrango via cibodas dilihat dari maps masih 1 jam 30 menit lagi, namun dengan kondisi seperti ini saya pikir akan lebih lama lagi.

Doc Pribadi
Doc Pribadi

Dengan mempertimbangkan kondisi jalan yang macet, fisik yang sudah lelah, dan kepastian sampai di basecamp sekitar jam 12 malam serta pendakian tektok jam 04.00 subuh, kami rasa fisik tidak akan sanggup, dan kami putuskan untuk membatalkan pendakian malam itu dan menunggu kesempatan untuk dapat putar balik mengikuti jalan turun.

Sebenarnya keputusan membatalkan ini sangat berat untuk diambil karena persiapan teman-teman lainya sudah sangat baik, namun daripada fisik kami yang jadi korban, lebih baik cancel saja. Bahkan kelompok yang menggunakan mobil pun belum bergerak sama sekali dari lokasi terakhir mereka melakukan sherlock ya mereka terjebak macet juga.

Untungnya pagi tadi kami sempat mengikuti kebaktian ibadah pemuda di GKI Pengadilan Bogor bersama-sama, Pak Pdt Tri menyampaikan tentang perbedaan pandangan anak muda dan orang tua mengenai makna kehidupan. Pdt Tri menyampaikan orang tua haruslah bijak dalam mengambil setiap keputusan, dan disisi lain berkaca dari kejadian kami di jalur puncak saya rasa anak muda pun juga harus bijak dalam mengambil keputusan. 

Kami pun turun setelah kurang lebih 30 menit menunggu jalur turun dibuka, sembari makan kami bersepakat besok paginya melakukan pendakian di kawasan Sentul City, Bogor yang menyajikan wisata 7 puncak Sentul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun